Strategi Permata Bank (BNLI) Kurangi Pembiayaan ke Sektor Tinggi Emisi
- PT Bank Permata Tbk (BNLI) mengupayakan untuk terus mendorong pembiayaan ke bisnis hijau atau green financing.
Tak hanya itu, Permata Bank juga menerapkan sejumlah strategi untuk dapat mengurangi pembiayaan ke bisnis tinggi emisi yang punya risiko merusak lingkungan.
Division Head, Sustainability, Permata Bank Harfelia Desti mengatakan, pihaknya memiliki strategi khusus agar pembiayaan yang disalurkan seminimal mungkin mengalir ke perusahaan yang melakukan eksploitasi lingkungan.
Ilustrasi pembiayaan hijau, green financing."Kami punya kebijakan internal, namanya kebijakan pembiayaan berkelanjutan," kata dia ketika ditemui di sela-sela acara bertajuk "Peran Perbankan dalam ESG, Green Lending, dan Tantangan Liputan Isu Berkelanjutan, Senin (22/12/2025).
Ia menambahkan, kebijakan tersebut mengatur terkait proses evaluasi kredit yang telah mengintegrasikan ESG.
Permata Bank akan melakukan uji tuntas (due diligence) dengan ketat sebelum memutuskan untuk menyalurkan kredit korporasi.
Proses ini tidak hanya berlaku pada industri tertentu, tetapi pada seluruh industri.
"Ada list of questions (daftar pertanyaan) itu ke setiap nasabah kami. Dalam proses evaluasi kreditnya, si pemutus kredit juga harus membaca hasilnya seperti apa," jelas dia.
Desti menjelaskan, pada beberapa kasus, pembiayaan ke sektor dengan jejak emisi karbon mungkin masih diberikan dengan beberapa persyaratan, misalnya jumlahnya yang terbatas dan tenornya yang relatif singkat.
"Jadi pembiayaan yang emisinya tinggi itu kami tidak tambah exposure-nya, jadi lebih fokus ke yang berkelanjutan," imbuh dia.
Ilustrasi pembiayaan hijau.Lebih lanjut, Desti menjabarkan, Permata Bank dalam dua tahun terakhir pihaknya melakukan climate risk stress test.
Salah satu hasil dari inisiatif ini adalah adanya klasifikasi terhadap industri yang memiliki tingkat emisi tinggi, seperti batu bara dan kelapa sawit.
"Biasanya bank, struktur kreditnya diatur, secara kebijakan istilahnya 'diperketat'. Struktur underwriting-nya juga lebih diperketat, portofolionya juiga di-manage bertahap," ungkap dia.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Yayasan Cerah Agung Budiono menuturkan, lanskap pembiayaan perbankan terhadap industri ekstraktif, khususnya batu bara sudah semakin surut.
Perbankan di kawasan Asia Selatan, Asia Timur kecuali China hingga Eropa telah memiliki kebijakan restiriktif untuk tidak memberikan pendanaan ke sektor tinggi emisi.
Namun demikian, ia memandang hal ini justru seolah-olah menjadi kesempatan bagi bank domestik untuk tetap menyalurkan pembiayaan ke sektor yang memiliki emisi karbon yang tinggi.
Adapun, perbankan pada dasarnya telah memiliki peta jalan untuk dapat mengurangi pembiayaan ke sektor yang tinggi emisi.
Hal tersebut sesuai dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tertuang dalam POJK 51 Tahun 2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan (LJK), Emiten, dan Perusahaan Publik.
Terkait dengan kemungkinan perbankan menyalurkan pembiayaan ke sektor ekstraktif, ia menyebut, OJK sepatutnya memiliki catatan terkait hal ini.
"Kalau bisa pendanaan-pendanaan yang berisiko ini di-ekspose," ungkap dia.
Perbankan sendiri disebut akan mengikuti aturan pemerintah terkait pengurangan pembiayaan ke sektor tersebut.
"Meskipun dalam konteks pembiayaan, politiknya itu nomor satu," timpal dia.
Menurut dia, perlu ada bank percontohan yang membuka keseluruhan portofolionya ke sektor-sektor yang berisiko seperti batubara, sawit, hutan, dan sebagainya.
Tag: #strategi #permata #bank #bnli #kurangi #pembiayaan #sektor #tinggi #emisi