Cerita Irfan Kristiyanto, Mengolah Daun dan Ranting Jadi Produk Fesyen Rambah Prancis hingga Rusia
Irfan Kristiyanto pemilik Jarihitam Ecoprint. Bisnis yang mengolah material alam menjadi beragam produk bermotif unik, mulai dari kain, pakaian, tas, hingga sepatu. (KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY)
11:16
15 Desember 2025

Cerita Irfan Kristiyanto, Mengolah Daun dan Ranting Jadi Produk Fesyen Rambah Prancis hingga Rusia

Susunan daun dan ranting pada selembar kain ternyata mampu menghasilkan produk bernilai tinggi yang menembus pasar global. Kreasi ini dihasilkan oleh Irfan Kristiyanto, yang mengolah material alam menjadi beragam produk bermotif unik, mulai dari kain, pakaian, tas, hingga sepatu.

Dengan membangun usaha bernama Jarihitam Ecoprint, produk buatan Irfan telah menembus pasar Prancis hingga Rusia.

Ia bercerita, rasa penasaran terhadap teknik ecoprint mendorongnya merintis Jarihitam Ecoprint pada 2018. Saat itu, ecoprint belum banyak dikenal di Indonesia, bahkan informasi mengenai teknik ini di internet masih sangat terbatas.

Selama sekitar dua bulan, Irfan bereksperimen teknik pengerjaan, media kain, dan daun. Uji coba dilakukan berulang kali dan tak jarang berujung gagal, hingga akhirnya ia menemukan teknik dan formula yang tepat untuk menghasilkan produk bermotif khas yang bernilai jual tinggi.

"Saya berpikir ini menarik sekali karena bahan bakunya dari lingkungan, semuanya ada di sekitar kita," ujar Irfan di studionya, Lembang, Jawa Barat, dikutip Senin (15/12/2025).

Pakaian produksi Jarihitam Ecoprint, bisnis milik Irfan Kristiyanto yang mengolah material alam menjadi beragam produk bercorak alam yang unik.KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY Pakaian produksi Jarihitam Ecoprint, bisnis milik Irfan Kristiyanto yang mengolah material alam menjadi beragam produk bercorak alam yang unik.

Dengan modal awal sekitar Rp 25 juta yang dikumpulkan bertahap, dia mulai menekuni ecoprint secara serius. Kini dengan produksi kain, pakaian, tas, hingga sepatu, bisnis kriyanya mampu menghasilkan omzet berkisar Rp 40-50 juta per bulan.

Komersialisasi Jarihitam dimulai sejak 2018 lewat pameran-pameran offline. Irfan sengaja tidak langsung masuk pasar online, sebab menurutnya ecoprint perlu disentuh dan dirasakan.

Langkahnya ke pasar global dimulai saat Dinas Perindustrian dan Perdagangan memboyong Jarihitam dalam misi dagang ke luar negeri. Keikutsertaan dalam pameran berskala internasional membuka pintu ekspor Jarihitam.

Belgia menjadi negara pertama yang disambangi pada 2018, disusul Prancis dan Jerman pada 2019, lalu Selandia Baru pada 2020. Kerja sama ekspor terpanjang dijalan dengan pembeli dari Rusia sepanjang 2024-2025, dan masih akan berlanjut.

"Harapannya tahun depan pintu-pintu rezeki lainnya bisa terbuka," kata dia.

Bagi Irfan, ecoprint bukan sekadar produk, melainkan sebuah ekosistem bisnis. Sejak memulai bisnisnya, dalam tiga bulan pertama, dia sudah berani membuat kelas untuk memperkenalkan ecoprint ke masyarakat sekitar.

Pakaian produksi Jarihitam Ecoprint, bisnis milik Irfan Kristiyanto yang mengolah material alam menjadi beragam produk bercorak alam yang unik.KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY Pakaian produksi Jarihitam Ecoprint, bisnis milik Irfan Kristiyanto yang mengolah material alam menjadi beragam produk bercorak alam yang unik.

Dia ingin bisnis dan alam bisa berkelanjutan. Sebab, pengembangan penjualan perlu dibarengi kesinambungan alam. Prinsip ini yang membuat Jarihitam tidak hanya menjual produk, tetapi juga pengetahuan dan pendampingan.

"Ketika saya mengajak orang untuk belajar ecoprint, harapannya banyak orang yang akan menanam. Kita harus menjaga kesinambungan, harus menanam. Sebagai mentor, saya menekankan bahwa kita jangan hanya mengambil daun, lalu habis dan pindah tempat. Itu sama saja seperti hama," ucapnya.

Dengan membangun komunitas ecoprint, ketersediaan bahan baku untuk produksi Jarihitam dapat terjaga secara berkelanjutan. Warga di sekitar studio yang berlokasi di Lembang, serta para peserta kelas, dilibatkan dalam rantai produksi, mulai dari penjahit hingga penyedia bahan baku.

Irfan juga memperluas komunitas melalui kolaborasi dengan Koperasi Pemasaran Tlatah Nusantara Raya dan Jasa Raharja, anggota Holding Indonesia Financial Group (IFG).

Ia memberikan kelas pelatihan bagi para ahli waris korban kecelakaan lalu lintas untuk bisa memproduksi kriya dengan teknik ecoprint. Dengan demikian, mereka bisa terlibat dari rantai produksi Jarihitam.

Sepatu produksi Jarihitam Ecoprint, bisnis milik Irfan Kristiyanto yang mengolah material alam menjadi beragam produk bercorak alam yang unik.KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY Sepatu produksi Jarihitam Ecoprint, bisnis milik Irfan Kristiyanto yang mengolah material alam menjadi beragam produk bercorak alam yang unik.

Sementara melalui Tlatah Nusantara Raya, produk Jarihitam dipasarkan di delapan butik yang berada di hotel-hotel di Bandung. Irfan juga aktif mengikuti berbagai pameran kriya di Jakarta untuk memperluas pasar.

Ia mengaku hingga saat ini permodalan Jarihitam sepenuhnya mengandalkan keuangan pribadi. Namun, jika terdapat pemesanan dalam skala yang besar, Irfan membuka peluang untuk mencari pendanaan guna mendukung pengembangan bisnisnya.

Terlebih, saat ini bisnisnya sudah didukung komunitas yang besar, sehingga sehingga sumber daya untuk memenuhi pesanan juga semakin memadai.

"Dulu saya berpikir kalau dapat order banyak itu akan kewalahan kalau saya kerjakan sendiri. Tapi setelah saya punya banyak murid, berapa pun oder yang masuk, saya siap," pungkas Irfan.

Tag:  #cerita #irfan #kristiyanto #mengolah #daun #ranting #jadi #produk #fesyen #rambah #prancis #hingga #rusia

KOMENTAR