Israel-Iran Memanas Lagi: Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?
Tentara Israel memeriksa lokasi serangan rudal Iran di Kota Ramat Gan, dekat Ibu Kota Tel Aviv, Sabtu, 14 Juni 2025. Perang Israel-Iran berkecamuk sejak 13 Juni, ditandai dengan saling balas rudal dan drone.(AFP/JACK GUEZ)
06:44
15 Juni 2025

Israel-Iran Memanas Lagi: Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?

PERANG Israel-Iran memanas lagi. Perang ini membuat prediksi sejumlah lembaga internasional terhadap ekonomi dunia akan bertambah pesimistis lagi.

Bank Dunia – sebelum Perang Israel-Iran memanas lagi- telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 dari 2,7 persen menjadi 2,3 persen.

Pemangkasan itu didasarkan pada kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menciptakan ketidakpastian perdagangan global.

Sementara itu, OECD juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 dari 3,1 persen menjadi 2,9 persen dengan alasan utama yang sama dengan Bank Dunia.

Tak berbeda, IMF juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 yang sebelumnya 3,3 persen menjadi 2,8 persen. Alasannya lagi-lagi kebijakan tarif resiprokal Trump.

Kini setelah perang Israel-Iran memanas lagi, proyeksi itu akan makin turun. Dampak paling nyata dari perang tersebut adalah kenaikan harga pangan dan energi, khususnya minyak dunia.

 

Harga minyak dunia bakal naik karena tersendatnya pasokan minyak dari Timur Tengah. Banyak kapal laut yang akan menempuh jalur lebih jauh dengan memutar ke Afrika.

Perjalanan memutar itu menambah waktu perjalanan sekitar satu hingga 2 minggu dan menambah biaya sekitar 1 juta dollar AS per perjalanannya.

Banyak yang memperkirakan harga minyak dunia akan naik menjadi 72-73 dollar AS per barel. Padahal, minyak merupakan komoditas strategis yang digunakan oleh hampir semua sektor usaha.

IMF menyatakan bahwa setiap 10 persen kenaikan harga minyak dunia akan menaikkan tingkat inflasi dunia sebesar 0,4 persen.

Inflasi dunia yang melonjak akan membuat banyak negara melakukan kebijakan untuk mengeremnya dengan cara memperketat kebijakan fiskal dan moneter.

Amerika Serikat tentu tak akan tinggal diam. Ada kemungkinan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) akan ditahan atau bahkan dinaikkan.

Jika ini dilakukan, maka dollar AS akan menguat dan mata uang dunia lain akan melemah yang punya implikasi luas bagi ekonomi domestik tiap negara.

Apa yang harus dilakukan Indonesia?

Indonesia memang harus menyikapi perang Israel-Iran. Pertama, pemerintah perlu meninjau kembali asumsi harga minyak di APBN 2025 sebesar 70 dollar AS per barel. Ada yang memperkirakan harga minyak dunia akan naik menjadi 72-73 dollar AS per barel.

Kedua, memastikan pasokan minyak dalam negeri aman dengan mencari alternatif sumber impor minyak dari negara-negara lain serta mencegah para spekulan yang biasanya memanfaatkan situasi.

Ketiga, dalam jangka panjang, kebijakan mengembangkan dan menggunakan energi terbarukan yang bisa menggantikan minyak perlu terus dilakukan.

Keempat, tentang dampak perang Israel-Iran terhadap nilai tukar rupiah, Bank Indonesia perlu menenangkan masyarakat dan dunia usaha bahwa cadangan devisa Indonesia pada Mei 2025 sebesar 152,5 miliar dollar AS.

Angka itu setara 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor plus pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri, cukup untuk sewaktu-waktu melakukan intervensi ke pasar jika nilai tukar perlu distabilkan.

Ini akan mencegah spekulasi yang akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terdepresiasi terlalu dalam.

Di samping itu, kebijakan untuk kerja sama menggunakan mata uang lokal dalam pembayaran internasional atau Local Currency Settlement (LCS) yang selama ini sudah dilakukan terus diperluas.

Kebijakan lain seperti penempatan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam yang akan memperkuat jumlah cadangan devisa perlu dilanjutkan.

Tag:  #israel #iran #memanas #lagi #yang #harus #dilakukan #indonesia

KOMENTAR