



Antara Janji Net Zero dan Peluang Hilang: Saat Inggris Melepas Minyak dan Gas Laut Utara, Norwegia Meraup Miliaran
— Di tengah ambisi menuju emisi nol bersih, Inggris dan Norwegia kini menempuh jalur yang sangat berbeda dalam mengelola sumber daya minyak dan gas di Laut Utara. Meski berbagi batas maritim di utara Kepulauan Shetland, arah kebijakan energi kedua negara berbanding terbalik.
Inggris memilih menutup peluang eksplorasi baru, sementara Norwegia justru menggali keuntungan besar dari cadangan lama—termasuk lapangan minyak dan gas tua seperti Frigg yang kini dihidupkan kembali.
Kemenangan Partai Buruh dalam pemilu Inggris tahun lalu membawa mandat yang tegas: tidak ada lagi izin baru untuk eksplorasi minyak dan gas. Janji tersebut sejalan dengan target net zero 2050, namun berdampak besar terhadap perekonomian energi nasional.
Di sisi lain, Norwegia memperluas investasi pada lapangan minyak tua dan menggunakan teknologi pengeboran canggih untuk mengakses cadangan yang sebelumnya dianggap mustahil dijangkau.
Dilansir dari The Telegraph, Selasa (14/10/2025), perusahaan energi Aker BP menjadi simbol keberhasilan strategi Norwegia. Berkat teknologi pengeboran horizontal dan pemetaan bawah laut presisi tinggi, perusahaan ini menemukan kembali sekitar 130 juta barel minyak di lapangan Frigg—wilayah yang selama puluhan tahun dianggap habis.
Dengan investasi sebesar £90 juta atau sekitar Rp 1,99 triliun (kurs £1 = Rp 22.090), proyek tersebut berpotensi menambah hingga satu miliar barel minyak, membuka kembali prospek besar bagi ekonomi Norwegia.
Sebaliknya, Inggris kini hanya memiliki cadangan tersisa sekitar 3,3 miliar barel di seluruh ladangnya. Sejumlah analis menilai, dengan kebijakan fiskal dan regulasi yang lebih bersahabat, cadangan tersebut seharusnya masih dapat digandakan. Namun, ketidakpastian pajak dan arah kebijakan membuat banyak perusahaan enggan berinvestasi di sektor energi Inggris.
Sementara itu, Norwegia menunjukkan pendekatan yang jauh lebih stabil. Menteri Energi Norwegia, Terje Aasland, menegaskan pentingnya kesinambungan sektor minyak bagi perekonomian negaranya. “Kami ingin terus mengembangkan wilayah Laut Utara untuk jangka panjang karena industri minyak dan gas sangat penting bagi lapangan kerja dan nilai ekonomi masyarakat Norwegia,” ujarnya, dikutip OGV Energy.
Keberhasilan itu tidak lepas dari kebijakan fiskal yang memberikan kepastian jangka panjang. Pemerintah Norwegia mengembalikan hingga 71,8 persen dari biaya eksplorasi yang gagal kepada perusahaan, langkah yang dinilai mendorong inovasi dan investasi berisiko tinggi.
Sebaliknya, Inggris mengenakan Energy Profits Levy atau pajak keuntungan energi yang kini mencapai 78 persen, sehingga banyak perusahaan menilai iklim investasinya tidak menarik.
Akibat kebijakan tersebut, produksi minyak dan gas Inggris turun hingga 40 persen dalam lima tahun terakhir. “Ketika kebijakan pajak kerap berubah dan arah energi tidak konsisten, perusahaan akan menarik investasi. Mereka tak bisa merencanakan jangka panjang,” kata analis energi Nordik, Tom Erik Kristiansen, kepada The Telegraph.
Kondisi ini membuat Inggris semakin bergantung pada impor gas, terutama dari Norwegia melalui pipa Langeled sepanjang 1.200 kilometer. Ironisnya, gas yang dihasilkan Norwegia menjaga pasokan energi Inggris, sementara pendapatan besarnya justru mengalir ke kas negara tetangga yang kini mengelola dana kekayaan negara lebih dari £1,5 triliun atau sekitar Rp 33.135 triliun.
Perbedaan kebijakan ini menjadi cermin bagi Eropa. Norwegia membuktikan bahwa eksploitasi energi fosil masih dapat berjalan seiring agenda transisi energi, selama dilakukan dengan tata kelola yang stabil dan berpandangan jauh ke depan. Inggris, sebaliknya, menghadapi dilema antara menjaga janji lingkungan dan mempertahankan ketahanan energi nasional.
Sebagaimana disorot banyak pengamat, keseimbangan antara ambisi iklim dan realitas ekonomi menjadi ujian besar bagi kepemimpinan Inggris. Jika tak menemukan formula yang tepat, negara itu berisiko kehilangan lebih dari sekadar minyak—tetapi juga kemandirian energi di tengah krisis global yang terus berubah.
Tag: #antara #janji #zero #peluang #hilang #saat #inggris #melepas #minyak #laut #utara #norwegia #meraup #miliaran