Sociopat vs Psikopat, Mirip tapi Sangat Berbeda: Kenali Gejala, Karakteristik Penderita, dan Cara Mendapatkan Bantuan
Ilustrasi dua orang perempuan sedang memanipulasi seorang gadis (Dok. Freepik)
05:24
9 Oktober 2025

Sociopat vs Psikopat, Mirip tapi Sangat Berbeda: Kenali Gejala, Karakteristik Penderita, dan Cara Mendapatkan Bantuan

- Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula pemahaman dan logika manusia. Kita perlahan-lahan dapat memahami sesama dan mengetahui apa yang membuat seseorang lebih unik daripada orang lain. 

Manusia mulai mengenali berbagai sifat dan sikap sesamanya, dan menyadari mana sifat dan sikap yang benar serta salah. Dari situ akan ada reaksi untuk membetulkan yang salah, atau menghapus kesalahan tersebut. 

Ilmu psikologi dan psikiatri mengenali adanya kepribadian yang berbeda, salah satunya adalah beberapa bentuk dari kelainan kepribadian antisosial (ASPD). Dua bentuk ASPD yang paling dikenali, tapi sering salah dipahami adalah sosiopat dan psikopat

Dunia perfilman seringkali meromantisasi kedua kepribadian itu tanpa benar-benar mengetahuinya. Oleh kerena itu, para penonton juga sering salah mendiagnosa orang-orang di sekitar mereka, hanya karena mereka menunjukkan kemiripan. 

Psikopatik 

Dilansir dari Cleveland Clinic, psikopatik secara tradisional dipandang sebagai bentuk ASPD terparah dengan resiko besar adanya kekerasan. 

Buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5-TR) mengkategorikan psikopati sebagai sebuah varian ASPD, dan dapat dikenali dengan sifat-sifat ini: 

  1. Tidak adanya rasa takut
  2. Kurangnya rasa cemas
  3. Isolasi diri 
  4. Tingginya keinginan menjadi pusat perhatian
  5. Kesulitan untuk menyadari emosi pada diri dan orang lain
  6. Kurangnya pemahaman akan perbedaan benar dan salah
  7. Kurangnya empati dan rasa bersalah
  8. Tingginya rasa percaya diri 
  9. Penggunaan kharisma yang salah untuk menyembunyikan perasaan dan pikiran asli mereka

Dilansir dari laman kemalarikan.com, dr. Kemal Arikan menjelaskan bahwa orang-orang yang terdiagnosa psikopat memang seringkali menjadi pelaku kriminal. 

Mereka memiliki gaya interpersonal yang manipulatif, dari situ sering berdampak buruk pada kehidupan, pekerjaan dan hubungan mereka dengan orang lain. Orang-orang dengan psikopati cenderung memanipulasi orang-orang di sekitar mereka. Bahkan mampu mempermainkan emosi orang-orang terdekat mereka. 

Dalam kata lain, psikopatik adalah kepribadian egosentris yang ditandai dengan tidak adanya rasa penyesalan atas tindakan seseorang, kurangnya empati, dan cenderung melakukan kejahatan. 

Dilansir dari Simply Psychology, kepribadian ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada tahun 1806, dr. Phillipe Pinel, seorang dokter dari Perancis, menyebut kondisi ini "maniaque sans delire", atau kegilaan yang disadari. 

Lalu, sepanjang abad ke 19 hingga 20, istilah populer di Amerika Serikat dan Inggris terhadap kondisi ini adalah "kegilaan bermoral."

Sosiopatik 

Kepribadian sosiopatik sering menunjukkan kebiasaan manipulatif, seperti gaslighting, serta kesulitan untuk mengontrol emosi dan kesadaran sosial. Sosiopatik sering berkaitan dengan pelanggaran normal sosial dan penolakan akan sikap yang diterima baik oleh publik. 

Sosiopatik juga dikenal sebagai kelainan kepribadian antisosial, yang membuat pemilik kondisi ini tidak dapat memahami perasaan orang lain. 

Beberapa karakteristik sosiopatik yang dapat kita lihat adalah: 

  1. Seringnya terlibat dalam kriminalitas 
  2. Sulit untuk mengikuti peraturan dan hukum
  3. Sering membuat keputusan secara impulsif atau tanpa perencanaan 
  4. Agresi dan resiko adanya kekerasan secara fisik
  5. Mengambil resiko tanpa peduli akan keamanan terhadap diri dan orang lain
  6. Sulit untuk memenuhi tanggung jawab 
  7. Suka berbohong atau memanipulasi orang lain
  8. Tidak adanya rasa bersalah 
  9. Pada umumnya sombong

Peneliti menemukan total pemilik kondisi ini berkisar antara 1-4% populasi umum. Tapi ditemukan peluangnya lebih kecil terjadi pada perempuan. 

Kepribadian ini tidak memiliki sejarah yang kuat atau sekaya psikopati. Namun, Lee Nelken Robbins, Sheldon dan Eleanor Glueck telah melakukan studi terpisah tentang gangguan ini sejak tahun 1940an. 

Penelitian mereka menunjukkan adanya keberlanjutan sikap bermasalah dari usia muda hingga dewasa. Hal ini akan mendukung diagnosa mereka menurut DSM-III. 

Lee Nelken Robbins menyimpulkan bahwa ASPD adalah kelainan yang kronis dan persisten, sehingga tidak dapat mudah diperbaiki. Ia menarik kesimpulan pada tahun 1966, setelah meneliti 524 subjek di klinik bimbingan anak. 

Mendapatkan Bantuan

Karena kedua gangguan ini berakar dari pola berpikir dan sikap terdalam seseorang, hal itu membuat mereka kesulitan untuk mengetahui serta menyadari kapan mereka membutuhkan bantuan. 

Terapi dan konsultasi dapat membantu kita menata ulang pikiran dan perasaan kita. Terutama karena kelainan pada sifat seseorang tidak dapat disembuhkan seperti penyakit biasa. 

Melalui terapi, psikolog dapat membantu kita untuk membangun empati dan kepintaran emosional, sekaligus mengetahui trauma yang pernah terjadi. Serta membantu kita membangun kepercayaan dan hubungan yang lebih sehat. 

ASPD sangat sulit untuk diperbaiki atau diobati, terutama pada orang-orang yang memiliki gejala parah. Kondisi ini adalah kelainan yang sangat kompleks, sehingga gejala-gejala yang ada dapat berbeda dari satu penderita dari penderita lain. 

Orang-orang yang telah menunjukkan sifat agresif biasanya akan diresepkan obat untuk diminum secara rutin oleh psikiater. Di saat yang sama akan tetap dilakukan terapi berbicara dan terapi penting lainnya, sesuai dengan kebutuhan pasien. 

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #sociopat #psikopat #mirip #tapi #sangat #berbeda #kenali #gejala #karakteristik #penderita #cara #mendapatkan #bantuan

KOMENTAR