Terobosan Implan Mata dan Kacamata High-Tech Dorong Lompatan Global Pemulihan Penglihatan Lansia
- Kemajuan inovasi kesehatan global kembali menunjukkan langkah penting dalam memulihkan penglihatan yang hilang akibat penuaan. Sebuah implan mikro nirkabel yang ditempatkan di bagian belakang mata, dipadukan dengan kacamata berteknologi tinggi, kini terbukti membantu para lansia dengan degenerasi makula terkait usia (Age-related macular degeneration/AMD) kembali membaca dan mengenali bentuk.
AMD sendiri merupakan kondisi umum yang merusak bagian tengah penglihatan akibat kerusakan sel fotoreseptor dan neuron di pusat retina, sehingga penderitanya kesulitan mengenali wajah maupun membaca. Selain itu, AMD telah lama menjadi salah satu penyebab utama kebutaan fungsional pada kelompok usia lanjut.
Pengobatan yang tersedia selama ini hanya mampu memperlambat kerusakan tanpa benar-benar memulihkan kemampuan melihat. Pada tahap lanjut yang dikenal sebagai geographic atrophy, sebagian sel fotoreseptor memang masih bertahan, namun jumlahnya tidak lagi memadai untuk mendukung penglihatan detail, termasuk membaca maupun mengenali wajah.
Dilansir dari New Scientist, Rabu (26/11/2025), lompatan teknologi ini dikembangkan oleh Daniel Palanker dari Universitas Stanford, Amerika Serikat. Sistem tersebut, bernama PRIMA, bekerja melalui kamera mini pada kacamata yang menangkap visual lalu memproyeksikannya menggunakan cahaya inframerah ke chip implan berukuran 2 x 2 milimeter di retina. Palanker menegaskan, "Ini memungkinkan pasien menggunakan penglihatan prostetik dan penglihatan perifer secara bersamaan."
Untuk menguji efektivitasnya, penelitian melibatkan 32 peserta berusia di atas 60 tahun dengan tingkat penglihatan sangat rendah, lebih buruk dari 20/320. Setelah chip ditanamkan, para peserta mulai menggunakan kacamata khusus yang dapat memperbesar tampilan hingga 12 kali serta menyempurnakan kontras dan pencahayaan sesuai kondisi sekitar.
Setelah satu tahun pemantauan, hasilnya menunjukkan dampak signifikan. Sebanyak 27 peserta berhasil kembali membaca, mengenali pola, dan menambah kemampuan melihat hingga lima baris pada bagan uji penglihatan standar. Beberapa bahkan mencapai tingkat penglihatan setara 20/42.
Dalam keterangannya, Jose-Alain Sahel dari University of Pittsburgh mengenang, "Saya masih ingat seorang pasien berkata: 'Saya pikir mata saya sudah mati, tapi sekarang telah hidup kembali'."
Secara global, temuan ini dinilai sebagai langkah penting dalam pengembangan prostesis visual. Meski terapi berbasis sel punca maupun pendekatan genetik tengah dijajaki, keduanya masih berada pada tahap eksperimental. Karena itu, keberhasilan PRIMA sebagai prostesis pertama yang mampu memulihkan fungsi penglihatan pada AMD tahap lanjut menjadi landasan baru dalam strategi pemulihan penglihatan.
Walaupun sekitar dua pertiga peserta mengalami efek samping jangka pendek seperti peningkatan tekanan mata, kondisi tersebut tidak menghambat perbaikan penglihatan secara keseluruhan.
Francesca Cordeiro dari Imperial College London menilai, "Ini adalah studi yang sangat signifikan. Temuan ini memberi harapan bagi pasien yang sebelumnya menganggapnya sebagai fiksi ilmiah."
Ke depan, pengembangan PRIMA diarahkan pada peningkatan resolusi piksel chip serta penyempurnaan perangkat lunak untuk menampilkan skala abu-abu yang lebih baik, terutama untuk mendukung pengenalan wajah.
Palanker mengatakan, "Tujuan kami selanjutnya adalah mencapai ketajaman visual setara 20/80, dan dengan dukungan zoom elektronik yang mampu mendekati tingkat ketajaman 20/20."
Dengan sifatnya yang terus berkembang, teknologi implan retina seperti PRIMA berpotensi menjadi penentu arah baru pemulihan penglihatan lansia secara global, memberikan peluang baru bagi jutaan orang yang kehilangan penglihatan akibat proses penuaan yang selama ini dianggap tidak dapat dipulihkan.
Tag: #terobosan #implan #mata #kacamata #high #tech #dorong #lompatan #global #pemulihan #penglihatan #lansia