Cerita Pejuang KPR Bertahan di Tengah Himpitan: Sempat Kepikiran Jual Rumah Jika Kena PHK...
Ilustrasi KPR. (iStock)
11:32
4 Juni 2025

Cerita Pejuang KPR Bertahan di Tengah Himpitan: Sempat Kepikiran Jual Rumah Jika Kena PHK...

– Di tengah situasi ekonomi yang sulit saat ini, anak muda yang membeli rumah dengan sistem Kredit Pemilikan Rumah (KPR) harus bersiasat agar pembayaran cicilan tetap berjalan lancar.

Di sisi lain, mereka juga dituntut mengatur keuangan sebaik mungkin agar cicilan KPR tetap seimbang dengan kebutuhan keluarga dan biaya hidup sehari-hari.

Ichsan (30), warga Cisauk, Kabupaten Tangerang, yang menjalani KPR dengan sistem bunga floating, mengatakan bahwa ia harus melakukan pekerjaan tambahan agar penghasilan tetap cukup untuk menutup pengeluaran bulanan, kebutuhan keluarga, dan cicilan KPR.

“Tentu (cicilan KPR) berdampak ke pengeluaran dan agak sulit menabung karena harus bayar cicilan. Strategi bertahan saat ini dengan mengambil side job di luar pekerjaan,” ujar Ichsan kepada Kompas.com, Kamis (15/5/2025).

Meski demikian, Ichsan mengaku belum merasakan tekanan berat dari cicilan KPR yang dijalaninya.

Ia mengambil KPR pada 2018 melalui salah satu bank Himbara, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dalam tiga tahun pertama, cicilan KPR menggunakan sistem bunga flat, kemudian beralih ke sistem floating selama 17 tahun.

“Cicilan awal saat itu Rp 5,2 juta. Sekarang Rp 5,5 juta,” tutur Ichsan.

Sejak awal, pihak bank sudah memberi tahu adanya risiko kenaikan bunga cicilan. Karena itu, Ichsan mulai mempersiapkan diri dengan menjalani side job di luar pekerjaan utamanya sebagai karyawan swasta.

Hingga saat ini, cicilan KPR-nya telah berjalan sekitar tujuh tahun. Ichsan mengaku masih mampu bertahan dan belum berniat mengajukan restrukturisasi kepada pihak bank.

Restrukturisasi KPR sendiri adalah proses di mana bank atau lembaga keuangan mengubah syarat-syarat pinjaman KPR guna membantu debitur yang mengalami kesulitan dalam membayar cicilan.

Ichsan juga belum mempertimbangkan untuk menjual rumah yang ia tinggali bersama keluarganya. Ia lebih memilih memperbanyak side job agar kondisi keuangan keluarga tetap seimbang.

Ia berharap pemerintah mampu menjaga tingkat suku bunga serendah mungkin agar tidak memberatkan para pejuang KPR.

“Kalau tekanan mental sih belum saya rasakan. Hanya saja, saya berharap pemerintah menjaga suku bunga serendah mungkin agar tidak berdampak ke cicilan KPR yang sistemnya floating,” tambahnya.

 

Niat Restrukturisasi KPR hingga Jual Rumah

Pejuang KPR lainnya, Lynda (30), berencana menempuh restrukturisasi KPR. Namun, ia mengaku masih perlu banyak belajar sebelum mengambil langkah tersebut.

Untuk sementara, Lynda mulai mengambil side job di luar pekerjaannya sehari-hari.

“Aku lagi berniat restrukturisasi, tapi aku perlu belajar dulu. Sekarang sih triknya lebih ke side job,” tutur karyawati swasta ini kepada i, Selasa (27/5/2025).

Menurut Lynda, gaji dari tempatnya bekerja sebenarnya cukup untuk menutupi biaya hidup dan cicilan KPR. Namun, kebutuhan tersier dan aktivitas sosial membuatnya merasa perlu mencari tambahan pemasukan.

Ia memulai KPR pada 2020 melalui bank BRI dengan skema bunga flat selama dua tahun, lalu beralih ke sistem floating.

“Cicilan awal Rp 2,3 juta, lalu naik terus. Sampai 2024 kemarin jadi Rp 2,7 juta. Aku berharap enggak naik lagi,” kata Lynda.

“Sebenarnya dari awal, BRI sudah kasih tahu soal skema flat yang kemudian lanjut ke floating. Bahkan dijelaskan juga skemanya, gimana dan kapan bisa naik.”

Di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) akhir-akhir ini, Lynda merasa waswas jika situasi tersebut menimpanya. Terlebih, tenor cicilan KPR-nya masih panjang.

Karena itu, ia juga mempertimbangkan kemungkinan menjual rumah jika sewaktu-waktu terkena PHK.

Lynda berharap pemerintah Indonesia menjaga stabilitas ekonomi nasional untuk mencegah para pejuang KPR mengalami gagal bayar.

Ia juga berharap pihak bank lebih aktif menyosialisasikan skema cicilan yang dapat meringankan beban nasabah.

“Harapan ke pemerintah, jaga perekonomian agar pejuang KPR tidak gagal bayar. Sesimpel sembako dijaga harganya deh kalau enggak bisa yang skala besar,” ungkap Lynda.

“Untuk bank, saat ini tidak bijak kalau menaikkan suku bunga. Kalau ada skema yang dapat meringankan nasabah, tolong disosialisasikan dengan baik,” tambahnya.

Tag:  #cerita #pejuang #bertahan #tengah #himpitan #sempat #kepikiran #jual #rumah #jika #kena

KOMENTAR