Apa Teknologi Baterai yang Disebut Tom Lembong? Ini Perbedaan LFP dengan Nikel
Ilustrasi proses pengisian daya mobil listrik. (dok. JawaPos.com)
15:36
22 Januari 2024

Apa Teknologi Baterai yang Disebut Tom Lembong? Ini Perbedaan LFP dengan Nikel

  - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka menyebutkan tim pemenangan paslon nomor urut 1, Thomas Lembong atau Tom Lembong sering menggaungkan soal Lithium Ferro Posphate (LFP) dalam Debat Keempat Cawapres, pada Minggu (21/1) malam.   Gibran menyinggung soal pernyataan Timnas AMIN yang kerap menyebutkan bahwa Tesla tidak menggunakan nikel. Perihal itu, Gibran menilai informasi yang disampaikan pesaingnya merupakan kebohongan publik.   Lebih lanjut, Wali Kota Solo ini juga menegaskan bahwa Tesla itu menggunakan nikel. Dalam hal ini, Gibran menekankan bahwa seharusnya nikel itu diakui sebagai kekuatan RI.   Terlebih, kata dia, cadangan nikel di RI adalah terbesar di dunia. Gibran menyayangkan sikap Timnas AMIN yang cenderung mempromosikan LFP yang notabene berasal dari luar negeri.   "Ini kan kebohongan publik, mohon maaf, Tesla itu pakai nikel Pak, dan kita sekarang, kita itu Indonesia adalah negara yang punya cadangan nikel terbesar sedunia, ini kekuatan kita. ini bargaining kita. Jangan malah, membahas LFP itu sama saja mempromosikan produknya China, Pak," tegasnya.   Kemudian, Gibran mengutarakan keanehannya dengan menduga bahwa Thomas Lembong dan tim sukses paslon nomor urut 2, tidak memberi paham kepada cawapresnya. "Ini agak aneh ya, yang sering ngomongin LFP itu adalah timsesnya, tapi cawapresnya enggak paham, LFP itu apa. Kan aneh," jelasnya.   Lebih lengkap, berikut ini perbedaan antara LFP dan Nikel?   Untuk diketahui, Lithium Ferro Phosphate (LFP) sering juga disebut sebagai Lithium Iron Phosphate Battery (LiFePO4). LFP adalah jenis baterai bebas perawatan atau maintenance free yang dapat diisi ulang atau rechargeable.   Dilansir dari Motor1.com, keduanya memiliki sejumlah perbedaan. Sehingga masing-masing menawarkan kelebihan serta kekurangan. Baterai LFP bekerja dengan cara yang sama seperti baterai litium-ion.   Keduanya, memiliki anoda dan katoda, pemisah dan elektrolit, dan menggunakan aliran ion litium di antara dua elektroda selama siklus pengisian dan pengosongan. Bedanya adalah bahan yang digunakan untuk berbagai komponennya menjadi lebih murah dan mudah didapat.   Saat ini, Tiongkok adalah produsen terbesar baterai jenis ini dan juga pengguna terbesar. Faktanya, banyak mobil listrik murah yang diproduksi di dalam negeri sudah menggunakan baterai LFP.   Namun, teknologi ini juga berkembang pesat di negara-negara Barat. Salah satunya karena industri ini membuat kemajuan besar dan kesenjangan dengan baterai lithium-ion semakin dekat.   Kelebihan Baterai LFP   Selain keuntungan ekonomi sebesar USD 100/kWh dibandingkan dengan USD 160/kWh untuk baterai NMC dan ketersediaan bahan baku. Baterai LFP lebih disukai karena alasan lain.   Pertama, baterai LFP diklaim bisa bertahan lebih lama. Baterai sering kali dapat melampaui 10.000 siklus pengisian dan pengosongan tanpa terlalu mengurangi kinerjanya.   Selain itu, baterai dengan bahan ini juga lebih aman karena tidak mudah terbakar dan lebih tahan terhadap panas, serta dapat melepaskan energi lebih cepat karena hambatan internalnya lebih kecil. Akhirnya, baterai tersebut juga dapat habis sepenuhnya tanpa mengalami kerusakan besar.   Kekurangan Baterai LFP   Di sisi lain, seperti yang telah disebutkan, baterai LFP memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dibandingkan baterai NMC. Artinya, mereka harus lebih besar dan lebih berat untuk menjamin otonomi yang setara.   Selain itu, untuk ukuran dan massa yang sama, mereka dapat menempuh jarak yang lebih pendek antar titik pengisian daya. Namun perbedaannya semakin berkurang.   Jika dulu pengurangannya bisa mencapai 70 persen, kini hanya 20 hingga 25 persen, bahkan lebih sedikit lagi pada produk generasi terbaru. Svolt memiliki baterai LFP yang mencapai 200 Wh/kg, sedangkan CATL memiliki baterai yang melebihi 160 Wh/kg.   Ada dua masalah lainnya, Baterai LFP memiliki tegangan lebih rendah sebesar 3,2 V dibandingkan dengan 3,7 V dan umumnya mengisi ulang lebih lambat. Namun, sehubungan dengan baterai lithium-ion, beberapa produk generasi terbaru mencapai kecepatan pengisian yang sama dengan baterai lithium-ion 'normal'.  

  Misalnya, Zeekr, merek grup Geely, telah menghadirkan Golden Brick, baterai yang akan memasuki pasar pada tahun 2024 dan bahan aktifnya mewakili lebih dari 80 persen total baterai. Menurut perusahaan, kendaraan ini akan memberikan jangkauan 217 mil (350 kilometer) hanya dalam 10 menit berhenti di stasiun pengisian.   Seperti diketahui, Tiongkok berinvestasi lebih awal dan lebih banyak dibandingkan negara lain pada jenis baterai LFP. Hal ini terjadi karena, dibandingkan negara lain, mereka merasa perlu menurunkan harga mobil listriknya untuk mendorong penjualan.   BYD, misalnya, telah memperkenalkan baterai Blade yang mengadopsi bahan kimia LFP, namun banyak produsen menawarkan produk serupa. NIO, JAC, GAC, dan bahkan produsen baterai besar, dimulai dengan CATL, memiliki produk semacam itu di katalog mereka.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #teknologi #baterai #yang #disebut #lembong #perbedaan #dengan #nikel

KOMENTAR