22
Dr Prihartanto menjelaskan proses pengolahan MGL dalam LMIREM di sidang doktoralnya di Departemen Teknik Lingkungan ITS. (istimewa)
20:18
31 Januari 2025
Doktor ITS Kaji Potensi Landfill Mining, ''Menambang'' Gunung Sampah untuk Dapatkan Bahan Baku Energi
- Upaya mencari solusi atas permasalahan sampah terus berkembang, salah satunya melalui konsep landfill mining. Kajian terbaru dari Dr Prihartanto, lulusan Program Studi S3 Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), mengungkapkan bahwa landfill mining berpotensi menjadi solusi dalam pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan. Dr Prihartanto menjelaskan, penerapan landfill mining yang terintegrasi dengan proses pemulihan energi dan material (LMIREM) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, adalah langkah maju dalam memanfaatkan kembali sampah yang sudah menumpuk. "Pemilihan topik ini berasal dari kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) yang semakin memprihatinkan, dengan banyaknya risiko bencana akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik," ungkapnya di Surabaya, Kamis (30/1). Proses landfill mining melibatkan penggalian kembali sampah yang telah menumpuk di TPA untuk diolah kembali. Material galian landfill (MGL) yang dihasilkan kemudian dipilah berdasarkan ukuran dan jenis, untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku baru atau energi. "Material ini bisa dimanfaatkan menjadi kompos dari material sejenis tanah (MST) atau bahan bakar refused derived fuel (RDF)," jelas Prihartanto. Sampah yang berukuran lebih kecil dari 10 milimeter dapat diproses menjadi kompos. Sedangkan sampah berukuran lebih besar dipisahkan menggunakan teknologi wind sifter, yaitu aliran udara yang memisahkan material ringan seperti kertas dan plastik. "Sampah yang telah dipisahkan ini kemudian dapat diolah menjadi RDF dengan kalori yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif," tambahnya. Meskipun menawarkan banyak manfaat, Prihartanto menyebutkan bahwa landfill mining masih menghadapi beberapa tantangan besar. Salah satunya adalah penggunaan listrik konvensional dalam pengoperasiannya, yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem perairan. "Teknologi ini masih cukup mahal, dan jika tidak dikelola dengan hati-hati, dapat menyebabkan dampak buruk pada lingkungan sekitar," ungkapnya. Untuk mengatasi masalah ini, Prihartanto merekomendasikan penggunaan tenaga surya sebagai sumber listrik alternatif yang lebih ramah lingkungan. "Penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya bisa mengurangi dampak buruk terhadap ekosistem dan mengurangi biaya operasional," tambahnya. Selain itu, ia menekankan pentingnya pengurangan sampah dari hulu untuk mengurangi tekanan pada TPA. "Jika pengurangan sampah dimulai sejak hulu, maka volume sampah yang terkumpul di TPA akan berkurang dan teknologi landfill mining pun akan lebih efektif," ujarnya. Kajian ini mendapat apresiasi dari Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr Novrizal ST MSi, yang turut hadir sebagai penguji dalam sidang promosi doktor Dr Prihartanto. "Kajian ini sangat membantu dalam pengambilan kebijakan terkait pengelolaan sampah di Indonesia," ungkap Novrizal. Dia berharap bahwa teknologi landfill mining dapat segera diterapkan di berbagai TPA di Indonesia. "Saya yakin bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah penumpukan sampah di TPA. Selain itu, ini juga bisa menjadi bagian dari strategi mitigasi perubahan iklim," katanya. Dengan semakin terbatasnya lahan untuk TPA dan meningkatnya jumlah sampah, landfill mining berpotensi menjadi solusi yang berkelanjutan dalam pengelolaan sampah. Jika didukung oleh kebijakan yang tepat dan inovasi teknologi, konsep ini dapat membantu menciptakan pengelolaan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan di Indonesia.
Editor: Estu Suryowati
Tag: #doktor #kaji #potensi #landfill #mining #menambang #gunung #sampah #untuk #dapatkan #bahan #baku #energi