Pameran Keris, Bukti Pusaka Khas Indonesia Masih Eksis 
KOLEKTOR: sebagian koleksi keris yang dipamerkan tertulis milik Menteri Kebudayaan Fadli Zon. (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)
10:52
8 Desember 2024

Pameran Keris, Bukti Pusaka Khas Indonesia Masih Eksis 

Pengunjung Museum Nasional Indonesia (MNI) atau yang akrab disapa Museum Gajah dapat menikmati pameran Pesona Keris Nusantara hingga akhir tahun. Total ada lebih dari 200 keris yang dipamerkan sejak 25 November hingga 31 Desember.

RATUSAN keris yang dipajang di Pesona Keris Nusantara berasal dari sejumlah rumpun. Mulai rumpun keris Jawa, Madura, Melayu, Bugis-Makassar, Bali, hingga Lombok. Pameran hasil kerja sama MNI, Kementerian Kebudayaan, dan Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) itu juga menghadirkan tontonan yang variatif.

Sentuhan teknologi hadir pada sejumlah bagian ruang pameran. Misalnya, ada layanan audiovisual berupa film dokumenter pembuatan keris. Kemudian juga ada layanan layar sentuh untuk mengetahui lebih detail tentang keris. Sebagian koleksi keris yang dipamerkan tertulis koleksi milik Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Peresmian Pesona Keris Nusantara juga dipimpin Fadli Zon. Setelah seremoni, dia bersama sejumlah undangan berkeliling ruangan pameran. Fadli pun sempat memberikan keterangan kepada awak media.

”Pameran ini bertepatan dengan 19 tahun keris diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity (Karya Agung Budaya Dunia),” kata Fadli saat pembukaan Senin (25/11) lalu.

Keris, menurut Fadli, adalah benda budaya asal Indonesia kedua yang diakui UNESCO. Sebelumnya, ada wayang yang diakui pada 2003, lalu keris pada 2004. Lewat pameran itu, Fadli mengatakan bahwa keris bukan hanya produk kebudayaan Jawa. Eksistensinya sudah menyebar ke banyak tempat.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon ingin generasi Z mengenal lebih dalam mengenai eksistensi keris di Indonesia. (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)

Pameran tersebut juga menampilkan koleksi keris bersejarah yang baru dikembalikan dari Belanda. Politikus Partai Gerindra itu mengatakan, saat ini masih ada beberapa keris yang dalam proses pengembalian dari Belanda ke Indonesia. Yakni, keris milik Teuku Umar, Nogo Siluman milik Diponegoro, dan keris peninggalan Perang Puputan Bali.

Fadli mengatakan, pameran keris itu digelar dalam rangka mengingatkan kembali masyarakat Indonesia terhadap keris. ’’Khususnya masyarakat muda,’’ ujarnya. Pameran tersebut diharapkan dapat menumbuhkan literasi tentang keris. Sekaligus mendekatkan keris terhadap generasi milenial dan generasi Z.

Upaya itu penting dilakukan karena keris bukan hanya bagian dari sejarah. Keris masih terus diproduksi hingga saat ini. Fadli mengungkapkan bahwa regenerasi empu-empu keris masih berlangsung sampai sekarang. Bahkan, ada empu keris generasi muda dari kelompok perempuan.

Fadli mengatakan, keris yang dihasilkan empu-empu saat ini tidak kalah bagus dibandingkan keris masa lampau. Dia menjelaskan, daerah seperti Jawa, Madura, Sulawesi, Bali, dan Lomba masih memproduksi keris sampai sekarang. Bagi Fadli, keris sudah menjadi bagian dari seni kontemporer.

TETAP EKSIS: Pengakuan UNESCO terhadap keris membawa dampak positif terhadap peningkatan aktivitas ekonomi di bidang perkerisan. (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)

Meski begitu, Fadli berujar masih ada masyarakat yang salah paham terhadap keris. Setiap berbicara atau berjumpa dengan keris, selalu ditanya apakah ada isinya atau tidak. Dia menegaskan bahwa keris dibuat dengan cara yang begitu keras dan butuh tenaga ekstra sehingga di dalamnya terdapat cipratan semangat dari si pembuat.

Sementara itu, keris Indonesia telah ditetapkan sebagai Karya Agung Budaya Dunia oleh UNESCO pada 25 November 2005. Kemudian terinskripsi dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda pada 2008.

Pengakuan itu membawa dampak positif terhadap peningkatan aktivitas ekonomi di bidang perkerisan. Di sisi lain, ada tantangan yang kuat dalam hal transmisi nilai-nilai budaya keris Indonesia ke generasi berikutnya. (wan/c7/kkn)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #pameran #keris #bukti #pusaka #khas #indonesia #masih #eksis

KOMENTAR