7 Kebiasaan Emosional Masa Kecil Penyebab Orang Memilih Diam saat Marah
Ilustrasi seorang anak kecil yang duduk sendirian dengan ekspresi sedih, mencerminkan awal mula kebiasaan menekan emosi. (Freepik)
23:18
29 Juni 2025

7 Kebiasaan Emosional Masa Kecil Penyebab Orang Memilih Diam saat Marah

 

Banyak orang dewasa cenderung memilih diam ketika merasa kecewa atau marah, alih-alih mengungkapkan perasaan mereka. Perilaku ini sering kali membingungkan bagi orang di sekitarnya. Kebiasaan ini sebetulnya bisa berakar kuat dari pengalaman emosional di masa kecil.

Melansir dari Geediting.com Minggu (29/6), keheningan ini sering merupakan hasil dari beberapa kebiasaan emosional yang terbentuk saat usia dini. Mengenali pola ini adalah langkah penting untuk memahami cara kita bereaksi terhadap emosi. Mari kita telaah tujuh kebiasaan tersebut.

1. Diajari Bahwa Perasaan Itu Kelemahan

Anak-anak yang diajarkan menekan emosi, seperti dilarang menangis, cenderung menginternalisasi pelajaran ini. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa mengungkapkan perasaan sama dengan menunjukkan kelemahan. Ini membentuk kebiasaan diam saat marah.

Akibatnya, mereka belajar menyembunyikan rasa sakit. Mereka lebih memilih diam daripada terlihat rentan di mata orang lain.

2. Reaksi Negatif terhadap Ungkapan Emosi

Jika ekspresi emosional anak direspons dengan penolakan atau hukuman, mereka belajar mengaitkan bicara dengan konsekuensi negatif. Mereka akan berpikir bahwa mengutarakan emosi hanya akan membawa masalah. Ini mengajari mereka untuk menyimpan perasaan rapat-rapat.

Pengalaman ini membuat mereka takut untuk berbicara. Mereka memilih keheningan demi menghindari reaksi yang tidak menyenangkan.

3. Takut Membebani Orang Lain

Tumbuh dengan aturan tak terucapkan untuk tidak membebani orang lain dapat membuat orang dewasa memendam perasaan. Mereka khawatir akan terlihat mengeluh atau mencari perhatian yang tidak perlu. Ini mendorong mereka untuk tetap diam saat ada masalah.

Mereka merasa beban emosional mereka akan mengganggu. Mereka lebih suka menahan diri daripada menciptakan ketidaknyamanan bagi orang lain.

4. Belajar Menghindari Konflik

Dalam keluarga yang terbiasa menghindari perbedaan pendapat, anak-anak belajar mengaitkan bicara saat kesal dengan menyebabkan konflik. Mereka melihat bahwa mengungkapkan ketidaksetujuan hanya akan menciptakan ketegangan. Ini mengarah pada pilihan untuk diam.

Bagi mereka, keheningan adalah jalan termudah. Ini adalah upaya untuk menjaga perdamaian, bahkan jika itu berarti mengorbankan ekspresi diri.

5. Terkondisi Menjadi "People-Pleaser"

Anak-anak yang sering dipuji karena "mudah diatur" atau "menurut" mungkin belajar menekan perasaan asli mereka. Mereka ingin mempertahankan citra positif dan menghindari mengecewakan orang lain. Ini membentuk kebiasaan mendiamkan masalah.

Mereka memprioritaskan kebahagiaan orang lain di atas kebutuhan emosional diri sendiri. Ini dilakukan demi menjaga harmoni dan penerimaan dari lingkungannya.

6. Dikelilingi oleh Invalidasi Emosional

Ketika perasaan anak berulang kali diabaikan atau diremehkan, mereka belajar bahwa emosinya tidak penting. Mereka mulai meragukan validitas perasaan mereka sendiri. Ini membuat mereka tetap diam saat merasa kecewa atau marah.

Mereka belajar untuk tidak memercayai intuisi emosionalnya sendiri. Ini menghasilkan kecenderungan untuk memvalidasi diri sendiri dan membungkam perasaannya.

7. Tidak Diajari Mengekspresikan Emosi Sehat

Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak terbuka membahas emosi, mereka akan kesulitan mengartikulasikan perasaannya. Mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk berbicara. Akibatnya, mereka memilih diam.

Mereka tidak tahu bagaimana cara mengkomunikasikan apa yang dirasakan. Ini meninggalkan mereka tanpa pilihan lain kecuali menahan diri.

Memilih diam saat merasa kesal sering kali bukan karena kurangnya kemauan untuk berbicara. Hal ini lebih kepada pola emosional mendalam yang berakar kuat dari masa kanak-kanak kita. Mengenali pola-pola ini adalah langkah penting menuju perubahan positif.

Tidak ada kata terlambat untuk belajar kembali cara mengekspresikan emosi dengan lebih sehat. Dengan memahami asal-usul kebiasaan ini, kita dapat mulai membangun cara berkomunikasi yang lebih efektif. Ini penting untuk kesejahteraan emosional jangka panjang kita.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #kebiasaan #emosional #masa #kecil #penyebab #orang #memilih #diam #saat #marah

KOMENTAR