Tips Co-parenting Tanpa Drama Menurut Psikolog, Demi Anak Bahagia
Ilustrasi(Shutterstock)
22:25
27 November 2025

Tips Co-parenting Tanpa Drama Menurut Psikolog, Demi Anak Bahagia

Menjalani co-parenting setelah berpisah tidak selalu mudah.

Namun dengan komunikasi yang sehat dan fokus pada kebutuhan anak, pola ini dapat menjadi cara paling dewasa untuk menjaga stabilitas emosional anak dan meminimalkan konflik.

Psikolog Anak dan Remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan bahwa co-parenting bertujuan memastikan anak tetap mendapat dukungan, cinta, serta kehadiran dari kedua orangtuanya, meski hubungan romantis mereka sudah berakhir.

"Co-parenting adalah kerja sama antara dua orangtua dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak, meskipun hubungan romantis mereka sudah berubah, baik itu bercerai, berpisah, atau tidak tinggal dalam satu rumah," ujar Vera saat dihubungi Kompas.com, baru-baru ini.

Fokusnya tidak lagi pada dinamika sebagai pasangan, tetapi pada kemampuan orangtua untuk berfungsi sebagai satu tim pengasuhan yang konsisten, profesional, dan mendukung perkembangan anak.

Pendekatan ini sangat penting karena anak membutuhkan figur ayah dan ibu yang hadir tanpa harus menyaksikan konflik, drama, atau ketegangan yang seharusnya bukan menjadi beban mereka.

Mengapa co-parenting perlu dilakukan tanpa drama?

Menurut Vera, konflik antara orangtua sering kali meninggalkan dampak jangka panjang pada anak. Drama yang berulang dapat membuat anak merasa terjebak di tengah, merasa bersalah, atau harus "memilih" salah satu pihak.

Co-parenting yang sehat memberikan beberapa manfaat penting bagi anak, seperti:

1. Rasa aman dan stabil

Anak melihat kedua orangtuanya tetap kompak mengurus mereka, meski tinggal di dua rumah berbeda.

2. Regulasi emosi yang lebih baik

Anak belajar bahwa perbedaan pendapat bisa dikelola dengan dewasa dan tidak perlu menjadi pertengkaran.

3. Kedekatan dengan kedua orangtua

Keterlibatan aktif ayah dan ibu membuat anak tidak merasa kehilangan salah satu pihak.

4. Minim stres

Anak dapat fokus pada rutinitas dan pendidikan tanpa harus mengkhawatirkan konflik keluarga.

Tantangan dalam co-parenting

Vera menjelaskan bahwa co-parenting sering kali menghadapi sejumlah hambatan, antara lain:

  • Perbedaan gaya pengasuhan, misalnya soal disiplin, makanan, atau screen time.
  • Komunikasi yang tidak konsisten atau sering berubah-ubah.
  • Emosi masa lalu yang belum tuntas, sehingga interaksi menjadi tegang.
  • Isu logistik, seperti penjadwalan atau penjemputan anak.
  • Batasan yang kabur, terutama jika salah satu mulai berpasangan lagi.

Tantangan-tantangan ini wajar, tetapi dapat dikelola jika kedua pihak tetap menempatkan anak sebagai prioritas utama.

Hal yang harus orangtua lakukan saat ke pameran parenting.Pexels/VIDAL BALIELO JR Hal yang harus orangtua lakukan saat ke pameran parenting.

Cara menjalankan co-parenting tanpa drama

Psikolog Vera membagikan panduan praktis untuk menjaga hubungan co-parenting tetap sehat dan profesional:

1. Pisahkan emosi pribadi dari kebutuhan anak

Marah, kecewa, atau terluka adalah hal manusiawi. Namun emosi ini tidak boleh mengganggu keputusan pengasuhan.

2. Komunikasi yang jelas, singkat, dan terstruktur

Jika berbicara langsung memicu konflik, gunakan pesan tertulis atau aplikasi khusus pengaturan jadwal.

3. Terapkan prinsip negosiasi win-win

Tujuannya bukan menang dari mantan pasangan, tetapi memastikan anak mendapatkan yang terbaik.

4. Libatkan pihak ketiga bila perlu

Mediator keluarga atau psikolog dapat membantu meredakan perselisihan yang berlarut-larut.

5. Kelola emosi diri sendiri

Anak membutuhkan orangtua yang tenang dan responsif, bukan perfeksionis atau mudah terpancing emosi.

6. Fleksibel, tetapi tetap menjaga stabilitas

Jadwal boleh disesuaikan sesekali, tetapi ritme harian anak harus tetap konsisten agar mereka tidak kebingungan.

7. Libatkan anak sesuai usia

Semakin besar anak, semakin mereka perlu didengar terkait kebutuhan dan jadwalnya.

Menjaga keharmonisan demi anak

Co-parenting membutuhkan komitmen dan kedewasaan dari kedua orangtua.

Saat komunikasi terjaga dan batasan jelas, anak dapat tumbuh dengan perasaan aman, dicintai, dan dekat dengan kedua orangtuanya.

Pada akhirnya, co-parenting bukan tentang masa lalu orangtua, melainkan tentang masa depan anak. Dengan bekerja sebagai satu tim pengasuhan, hubungan tetap dapat berfungsi sehat, tanpa drama, demi kesejahteraan anak.

Tag:  #tips #parenting #tanpa #drama #menurut #psikolog #demi #anak #bahagia

KOMENTAR