Sajak: Meditasi Belabelu
ILUSTRASI. (BUDIONO/JAWA POS)
10:36
8 Desember 2024

Sajak: Meditasi Belabelu

Meditasi Belabelu

”Ayo kita bersulang, isi cawan dengan arak paling berorama.

Siram, sirami empedu, lambung, dan usus besarmu dengan berahi nikmat. Kenyangkan perut lantas tidurlah dengan dengkur paling sakral.”

 


Makan dan kenyang adalah puisi-puisi

paling bergairah

Kusiapkan pisau dan kuali dengan api

paling sempurna

Kutangkap ikan-ikan, sayat lepaskan segala durinya

Iris segala daging, potong dadu-dadu,

dari iga hingga lidah

Kukur kelapa jadi santan tuangkan

99 bumbu.

Salam, cabai, serai, merica, lengkuas,

tomat, dan pala

Jangan terlewat ketumbar, garam, jahe,

kunir, gula, dan kemangi.

Masukkan dalam periuk, nyalakan api dengan kayu bakar paling kering.

Belah-potonglah tulang, jadikan kaldu dan sungsum.

 


”Hirup aroma sedap itu agar perutmu selalu lapar. Hirup dan ingatlah Tuhan!”

 


Siapkan sendok piring di atas meja makan sambil nyanyi ”di sini senang di sana senang”

 


Meditasi pun segera dimulai!

 


”Jaga pisau penyayat daging itu agar tetap tajam. Kerat dagingmu seinci-seinci.

Sayat kulitmu, kelupas sekelupas.Bedahlah perut keluarkan jeroanmu jadi gulai.

Hidangkan, hidangan pada semua yang lapar, sebab raga adalah penghalang moksa.”

 


(Belabelu menunggang macan. Meraung dan melompat: moksa!)

Ngawi, 2024

---

Tamsil Ingatan

Kubaca peta dan aksara

di telapak tangan

Mereka namakan rajah nasib

dan suratan takdir

 


”Iqra!” seru mereka

 


Lantas kutemukan riwayat-

riwayat itu

Harus kubaca tanpa menunggu

restu para peramal

 


Kubaca dengan lampu-lampu sunyi

Aksara-aksara ingatan berderet

di sepanjang jalan

Seperti sungai jadi jejak-

jejak ular tangga

Tersuruk-suruk susuri rumah kenangan

 


Semisal membaca kitab wingit

Tanda dan lambang-lambang

jadi mantram

Membentang di antara

tiang-tiang ingatan

Mengantarku menuju jalan pulang

Perahu-perahu berlayar

larut malam

Menuju muara

Entah di mana

Arus-arus kusam dengan begitu banyak kelokan

 


Menggigil kubaca sendirian

Tanda dan lambang

Di langit, di arus, di dalam tubuh sendiri

 


Tak termakna!

 

 

 

Dengan pilu kukatupkan tangan

Jemari menuding-nuding awan tanpa rembulan,

Tanpa rasi gubuk penceng

 


Aku berputar dari pusat segala resah

Menuju penat dan putus asa

yang panjang

Tikungan tajam di kanan kiri

 


Perahu melaju tanpa lampu

Menuju lampau masa sekarat

Melintasi tebing-tebing dendam

Hantu pemburu paling keji

 


Semua kenangan jadi batu

Meluncur ke jurang-jurang ingatan

 


Telapak tangan bergetar

Guratan-guratan hitam

Jadikan ujung-ujung jalan remang

 


Kenangan!

 


Tujuan akhir

Genangan kubangan ingatan

 


Meluncur serong dan miring

Tak ke kanan tak ke kiri

 


Ingatan mengendarai angin kencang

Perahu-perahuku menghajar

tebing hitam

Serbuk-serbuk ingatan berhamburan

Terapung-apung bersama pecahan-pecahan papan.

Ayah, ayah aku gagal pulang!

 


Ngawi, Januari 2024

---

TJAHJONO WIDARMANTO, Penyair tinggal di Ngawi

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sajak #meditasi #belabelu

KOMENTAR