



Sajak: Barzakh
Barzakh
Dan, pastilah ia telah lenyap
dari air matanya
Dari tetek bengek
kecemasan sajak-sajak senja
Tak ada tilas pantai
Tak ada bekas luka
Ia mungkin trembesi,
mungkin kuda,
Ia Kresna di padang Kurusetra
Dan luka-luka adalah Arjuna
Yang terpana pada wujudnya
Pada ketiadaannya sendiri juga
Sedang aku kesatria buta
Dalam sihir kabut Pambayun
Terlampau gegabah
Aku memasukinya, menyesapnya
Hingga kepala bahasa pecah
Dan kata-kata berserakan
Tinggal tanpa detak, tanpa makna
Tidak, kekasih, sejak saat itu
Aku tak mungkin lagi
Baik-baik saja. Beri aku jeda.
Beri aku doa-doa.
(2023)
---
Serentang Pantai
Seseorang telah membuat serentang pantai bagi dirinya sendiri. Ia baringkan senja di sana dan tangannya yang jingga itu mengusap segala luka di matanya.
Kapal, ia punya kapal dengan tujuan yang hanya tercatat di kedalaman hatinya. Tujuan yang dicatatnya sendiri bersama sebuah kisah rahasia. Yang mengendap. Yang mengendap, mungkin untuk seluruh sisa napasnya.
Seseorang telah membuat
serentang pantai bagi dirinya sendiri. Sungguh, ia ingin pergi ke suatu cinta dari suatu cinta. Keinginan pergi yang aku luput memahami.
(2023–2025)
---
Ruang Hening
Ia melahirkan puisi
dari percakapan-percakapan
Rencana-rencana perjumpaan
Yang hanya diam di kepalanya
Ia burung penjelajah, katanya
Bukan hiasan pada kandang
Ia menjumpai aneka senja
Dan dadanya kenyang oleh rindu
Bila ia menetap pada sebuah tatap
Ia letakkan seluruh isi dadanya
Seperti pagi menelanjangi
Kuncup-kuncup melati
Di halaman rumah yang hijau basah
Seseorang, ia tahu,
pada suatu rindu yang entah
Berharap datang
memetik darma.
(2023–2025)
---
Ia Melukis Wajah
Ia telah melukis sebuah wajah
Barangkali wajahnya sendiri juga
Yang tak amat dikenalinya
Atau sebuah topeng wajah
Milik seseorang yang dia sangka
nyata adanya
Ada kembang pada telinga
Daun-daun gugur
Barangkali jenazah air mata
Atau bangkai-bangkai luka
Yang tak lagi punya tempat di sana
Ia telah melukis sebuah wajah
Dan ia percaya ia dapat mencintainya
Seperti ia dapat melupakan
Segala halau
yang dulu pernah ditampungnya.
Selamat jalan. Selamat berbahagia.
(2023)
DIDIK WAHYUDI adalah penulis, berdomisili di Jombang