Sajak: Barzakh
ILUSTRASI. (BUDIONO/JAWA POS)
21:20
8 Februari 2025

Sajak: Barzakh

Barzakh

Dan, pastilah ia telah lenyap

dari air matanya

Dari tetek bengek

kecemasan sajak-sajak senja

 


Tak ada tilas pantai

Tak ada bekas luka

Ia mungkin trembesi,

mungkin kuda,

Ia Kresna di padang Kurusetra

Dan luka-luka adalah Arjuna

Yang terpana pada wujudnya

Pada ketiadaannya sendiri juga

 


Sedang aku kesatria buta

Dalam sihir kabut Pambayun

Terlampau gegabah

Aku memasukinya, menyesapnya

Hingga kepala bahasa pecah

Dan kata-kata berserakan

Tinggal tanpa detak, tanpa makna

 


Tidak, kekasih, sejak saat itu

Aku tak mungkin lagi

Baik-baik saja. Beri aku jeda.

Beri aku doa-doa.

(2023)

---

Serentang Pantai

Seseorang telah membuat serentang pantai bagi dirinya sendiri. Ia baringkan senja di sana dan tangannya yang jingga itu mengusap segala luka di matanya.

 


Kapal, ia punya kapal dengan tujuan yang hanya tercatat di kedalaman hatinya. Tujuan yang dicatatnya sendiri bersama sebuah kisah rahasia. Yang mengendap. Yang mengendap, mungkin untuk seluruh sisa napasnya.

 


Seseorang telah membuat

serentang pantai bagi dirinya sendiri. Sungguh, ia ingin pergi ke suatu cinta dari suatu cinta. Keinginan pergi yang aku luput memahami.

(2023–2025)

 

 

 

---

Ruang Hening

Ia melahirkan puisi

dari percakapan-percakapan

Rencana-rencana perjumpaan

Yang hanya diam di kepalanya

Ia burung penjelajah, katanya

Bukan hiasan pada kandang

Ia menjumpai aneka senja

Dan dadanya kenyang oleh rindu

Bila ia menetap pada sebuah tatap

Ia letakkan seluruh isi dadanya

Seperti pagi menelanjangi

Kuncup-kuncup melati

Di halaman rumah yang hijau basah

Seseorang, ia tahu,

pada suatu rindu yang entah

Berharap datang

memetik darma.

(2023–2025)

 


---

Ia Melukis Wajah

Ia telah melukis sebuah wajah

Barangkali wajahnya sendiri juga

Yang tak amat dikenalinya

Atau sebuah topeng wajah

Milik seseorang yang dia sangka

nyata adanya

 


Ada kembang pada telinga

Daun-daun gugur

Barangkali jenazah air mata

Atau bangkai-bangkai luka

Yang tak lagi punya tempat di sana

 


Ia telah melukis sebuah wajah

Dan ia percaya ia dapat mencintainya

Seperti ia dapat melupakan

Segala halau

yang dulu pernah ditampungnya.

 


Selamat jalan. Selamat berbahagia.

 


(2023)

DIDIK WAHYUDI adalah penulis, berdomisili di Jombang

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sajak #barzakh

KOMENTAR