Ketika Elon Musk Membantu Nvidia Jadi Penguasa AI…
Serah terima unit DGX-1 dari Jensen Huang ke Elon Musk pada 2016 yang kemudian menjadi titik balik sejarah teknologi modern. Mesin yang diantar CEO Nvidia itu digunakan oleh tim OpenAI untuk melatih model-model kecerdasan buatan awal mereka. (wccftech)
12:48
15 Desember 2025

Ketika Elon Musk Membantu Nvidia Jadi Penguasa AI…

Ringkasan:

  • Nvidia sempat gagal memasarkan superkomputer AI DGX-1 pada awal peluncurannya karena industri teknologi saat itu masih skeptis terhadap komputasi berbasis GPU dan AI, sehingga tidak ada satu pun pembeli.
  • Elon Musk menjadi pihak pertama yang percaya dan membeli DGX-1 pada 2016, melalui OpenAI yang membutuhkan daya komputasi besar untuk melatih model AI, sekaligus menyelamatkan Nvidia dari kegagalan awal produk tersebut.
  • Adopsi awal DGX-1 oleh OpenAI menjadi tonggak penting revolusi AI, memvalidasi teknologi GPU Nvidia dan membuka jalan hingga kini Nvidia mendominasi industri chip AI global dengan permintaan yang sangat tinggi.

- Bos perusahaan teknologi kenamaan, Elon Musk punya andil dalam kesuksesan Nvidia menjadi penguasa industri Artificial Intelligence (AI) saat ini. Setahun belakangan, chip AI Nvidia laku keras di pasaran.

Berbagai perusahaan AI besar seperti Google, Amazon, Microsoft, Meta, dan OpenAI bergantung dengan chip buatan Nvidia. Akan tetapi, sebelum Nvidia mendominasi industri AI, perusahaan tersebut sempat mengalami periode yang tidak mudah.

Perusahaan yang bermarkas di Silicon Valley itu pernah gagal dalam memasarkan komputer AI pertama mereka. CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan superkomputer AI pertama Nvidia, DGX-1 tidak mendapat sambutan positif saat pertama kali diperkenalkan ke pasar.

Kisah itu disampaikan Jensen dalam podcast Joe Rogan Experience. Dalam perbincangan tersebut, ia membeberkan perjalanan panjang Nvidia sebelum akhirnya mampu menguasai industri AI.

Menurut Jensen, Nvidia telah menggelontorkan dana hingga miliaran dolar untuk riset dan pengembangan DGX-1. Produk tersebut dirancang sebagai fondasi komputasi kecerdasan buatan masa depan. Namun, harapan besar itu tidak langsung berbuah hasil.

Alih-alih mendapat antusiasme, peluncuran DGX-1 justru disambut dengan keheningan. Jensen mengaku tidak ada satu pun pihak yang tertarik membeli produk tersebut saat pertama kali diumumkan.

“Ketika saya mengumumkan DGX-1, tidak ada satu orang pun di dunia yang menginginkannya," aku Jensen dengan nada getir.

"Saya tidak mendapatkan satu pun pesanan pembelian. Tidak ada yang mau membelinya. Tidak ada yang mau menjadi bagian dari (proyek) itu," lanjut Jensen.

Elon Musk menyelamatkan Nvidia

Elon Musk hadir menyelamatkan Nvidia di tengah kondisi pasar yang tidak berminat dengan DGX-1. Peristiwa itu terjadi pada 2016, jauh sebelum Musk mengakuisisi platform X (dulu Twitter). Namun, saat itu ia sudah memimpin Tesla dan menjadi pendiri OpenAI.

CEO Nvidia Jensen Huang menyebut, Musk menjadi satu-satunya tokoh yang menunjukkan ketertarikan serius terhadap DGX-1, di saat sebagian besar industri teknologi masih bersikap skeptis terhadap komputasi berbasis kecerdasan buatan.

"Dia (Elon) bilang, 'Tahu tidak, saya punya perusahaan yang sepertinya bisa benar-benar menggunakan alat ini,'" kata Jensen menirukan ucapan Musk.

Musk kala itu menjelaskan bahwa OpenAI, sebagai organisasi AI non-profit, membutuhkan daya komputasi yang sangat besar untuk mengembangkan dan melatih model kecerdasan buatan.

Mendengar hal tersebut, Jensen langsung menyambut antusias kehadiran pelanggan pertamanya. Bahkan, Jensen membungkus sendiri superkomputer itu, memasukkannya ke dalam mobil, lalu mengantarkannya secara langsung ke kantor Elon Musk.

"Saya membungkus satu unit, saya menyetir ke San Francisco, dan saya mengantarkannya langsung ke Elon pada tahun 2016," cerita Jensen, seperti dikutip KompasTekno dari Wccftech.

Menjadi tonggak revolusi AI

Bantuan Musk dan penyerahan unit DGX-1 oleh Jensen itu bisa dibilang menjadi salah satu momen penting dalam revolusi teknologi AI. Superkomputer tersebut digunakan oleh tim OpenAI untuk melatih model-model kecerdasan buatan generasi awal.

Tanpa keberanian Musk lewat OpenAI untuk mengadopsi teknologi Nvidia pada masa awal, perkembangan AI modern, termasuk ChatGPT, bisa jadi tidak akan tertunda lebih lama atau bahkan sulit terwujud.

Pasalnya, pada 2016, industri komputasi masih berfokus pada beban kerja berbasis CPU (Central Processing Unit). Akibatnya, sistem komputasi mahal berbasis GPU seperti DGX-1 dianggap tidak lazim dan kurang relevan.

Namun, adopsi awal oleh OpenAI menjadi validasi penting bagi Nvidia. Keputusan tersebut membuktikan bahwa arsitektur GPU buatan Nvidia sangat sesuai untuk kebutuhan pusat data kecerdasan buatan.

Kini, kondisi pasar berbalik sepenuhnya. Nvidia tidak lagi kesulitan menjual produknya. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan teknologi global justru harus mengantre untuk mendapatkan pasokan chip AI terbaru.

Jensen bahkan menyebut bahwa permintaan terhadap infrastruktur AI saat ini berada pada level tertinggi sepanjang sejarah perusahaan.

Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno. Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.

Tag:  #ketika #elon #musk #membantu #nvidia #jadi #penguasa

KOMENTAR