Trio Ahli Kuantum AI Google Raih Nobel Fisika 2025
Ilustrasi ilmuwan Google Quantu AI Michel Devoret yang memenangkan Nobel Fisika 2025.(Google)
16:24
9 Oktober 2025

Trio Ahli Kuantum AI Google Raih Nobel Fisika 2025

– Ilmuwan Google yang menjabat sebagai Chief Scientist of Quantum Hardware di Google Quantum AI, Michel Devoret, sukses meraih Nobel Fisika 2025, salah satu penghargaan paling bergengsi di dunia sains.

Penghargaan ini ia raih bersama dua rekannya, John Martinis (mantan pemimpin divisi hardware di Google Quantum AI) dan John Clarke (ilmuwan dari University of California, Berkeley).

Ketiga ilmuwan tersebut diakui atas penelitian mereka tentang efek kuantum yang ternyata bisa dimunculkan di benda fisik berukuran besar (makroskopik), bukan hanya di partikel-partikel super kecil seperti elektron atau foton (mikroskopik).

Efek kuantum di dunia nyata

Efek kuantum umumnya terjadi pada skala mikroskopik, yakni di level partikel atom dan subatom yang tak bisa dilihat mata telanjang.

Dalam kondisi normal, fenomena seperti ini tidak muncul di benda berukuran besar karena mudah “hilang” akibat gangguan dari lingkungan sekitar, seperti panas dan getaran.

Namun, riset Michel, Martinis, dan Clarke membuktikan bahwa efek kuantum dapat dihadirkan dan diamati pada sebuah sirkuit listrik di dalam chip.

Sirkuit ini bahkan menunjukkan perilaku khas dunia kuantum, misalnya arus listrik yang dapat mengalir ke dua arah sekaligus, sesuatu yang mustahil terjadi di dunia normal.

Dalam sistem listrik biasa, arus hanya bisa mengalir ke satu arah pada satu waktu. Tetapi di dunia kuantum, partikel-partikel dapat berada dalam dua keadaan sekaligus (superposisi), sehingga arus bisa maju dan mundur bersamaan.

Komponen kunci: Josephson Junction

Untuk menciptakan efek kuantum dalam sistem fisik, ketiga ilmuwan ini menggunakan komponen khusus bernama Josephson Junction.

Josephson Junction merupakan sambungan dua bahan superkonduktor yang dipisahkan oleh lapisan isolator sangat tipis, memungkinkan elektron “menembus” penghalang tersebut melalui efek yang disebut quantum tunneling.

Komponen inilah yang memungkinkan arus listrik di dalam sirkuit menampilkan perilaku kuantum dan dapat dikontrol secara eksperimental.

Pendiri sekaligus pemimpin Google Quantum AI, Hartmut Neven, menyebut penelitian yang melibatkan Josephson Junction ini sebagai fondasi bagi pengembangan komputer kuantum modern.

Komputer kuantum Sycamore milik Google

Google/ Rocco Ceselin Komputer kuantum Sycamore milik Google

“Josephson Junction menjadi basis bagi qubit (versi lain dari bit, namun unit informasi di komputer kuantum) superkonduktor yang kami kembangkan di Google Quantum AI,” ujar Neven dalam blog resmi Google.

Neven menambahkan, riset yang membuahkan Nobel Fisika 2025 ini juga membuka jalan bagi berbagai pencapaian besar Google di bidang komputasi kuantum.

Termasuk di antaranya seperti chip kuantum “Willow” yang diperkenalkan tahun lalu, serta demonstrasi “Quantum Supremacy” lewat komputer kuantum Google Sycamore pada 2019 lalu.

Kala itu, komputer ini berhasil menyelesaikan perhitungan yang tidak dapat dilakukan oleh komputer klasik.

Lima penerima Nobel dari Google

Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari blog resmi Google, Kamis (9/10/2025), Google kini memiliki lima penerima Nobel dari kalangan karyawan dan alumninya.

Selain Michel Devoret dan John Martinis, penghargaan serupa sebelumnya diterima oleh Demis Hassabis, John Jumper, dan Geoffrey Hinton pada 2024 atas kontribusi mereka di bidang kecerdasan buatan (AI).

“Penghargaan ini adalah bukti kekuatan riset fundamental. Setelah puluhan tahun, temuan mereka di dunia sains terus menginspirasi kami untuk membangun era komputasi berikutnya,” pungkas Neven.

Tag:  #trio #ahli #kuantum #google #raih #nobel #fisika #2025

KOMENTAR