



Flu Burung Sebabkan 17.000 Anak Anjing Laut Mati
Lebih dari 17.000 anak anjing laut gajah selatan ditemukan mati di Semenanjung Valdes Argentina.
Jumlah tersebut merupakan 95 persen dari anak anjing laut yang lahir tahun lalu.
Kematian massal yang mengerikan itu disebabkan oleh virus flu burung H5N1 yang mematikan.
Wabah flu burung secara resmi dikonfirmasi oleh Layanan Kesehatan Hewan Pemerintah Argentina (SENASA).
Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran di kalangan konservasionis dan ilmuwan bahwa virus bisa bermutasi sehingga dapat menular dari mamalia ke mamalia.
"Saya mulai meneliti hewan-hewan ini pada tahun 70an, dan saya belum pernah melihat hal seperti itu," ungkap Claudio Campagna, peneliti konservasi di Wildlife Conservation Society (WCS) di Argentina.
Kematian massal
Mengutip Live Science, Selasa (23/1/2024) dalam makalah yang dipublikasikan 25 Desember 2023 di jurnal Marine Mammal Science, peneliti melaporkan kematian anak anjing laut gajah selatan (Mirounga leonina) pada bulan November 2023.
Anak anjing laut ini biasanya lahir papda bulan September hingga November dan tinggal bersama induknya selama sekitar tiga minggu.
Data lapangan diambil dari tiga wilayah di sepanjang Semenanjung Valdés, yang memiliki garis pantai sekitar 500 kilometer.
"Kami menemukan bahwa lebih dari 95 persen anak anjing di wilayah sampel telah mati, dan kami mengetahui bahwa pada tahun 2022, sekitar 18.000 telah lahir," kata Campagna.
Peneliti belum mengetahui apakah populasi anjing laut gajah dewasa terkena dampak virus ini atau tidak.
Namun, studi mencatat ada 46 kematian anjing laut dewasa di pantai dengan kepadatan tinggi, di mana satu kematian dalam satu tahun jarang terjadi.
Hewan yang terinfeksi menunjukkan gejala neurologis dan pernapasan, seperti kepala gemetar, keluarnya cairan dari hidung, dan kurangnya koordinasi.
Virus yang sama juga bertanggung jawab atas kematian massal lainnya di Amerika Selatan, termasuk ribuan kematian singa laut di Peru, Chile, Argentina, Uruguay, dan Brasil.
Penularan antar mamalia
Sekarang, peneliti mempertimbangkan bagaimana anjing laut bisa tertular flu burung. Ilmuwan sebelumnya berasumsi bahwa mamalia tertular dari kontak dengan burung melalui kotoran atau bangkai mereka yang mati.
Namun Campagna menekankan bahwa anak anjing laut sebagian besar menyusu induknya dan oleh karena itu tidak akan memakan unggas yang terinfeksi.
"Sehingga penularan dari mamalia ke mamalia adalah cara untuk menjelaskan begitu banyak anak anjing laut yang mati," katanya.
Campagna mengatakan ada kemungkinan virus tersebut menyebabkan perpindahan mamalia ke mamalia ketika ditularkan dari koloni singa laut ke anjing laut gajah.
Kematian massal anak anjing laut dapat berdampak pada populasi di tahun-tahun mendatang.
Anjing laut gajah selatan membutuhkan waktu rata-rata tiga hingga enam tahun untuk menjadi dewasa secara seksual, yang berarti jumlah koloni mungkin akan berkurang secara drastis pada tahun 2026 hingga 2027.
Wildlife Conservation Society (WCS) berencana menghitung seluruh populasi pada bulan September mendatang.
"Kita akan mendapatkan jumlah akurat betina yanag tersisa. Mungkin ini akan menjadi kabar baik dan angka kematian tidak akan terlalu tinggi," tambah Campagna.