Soroti Harga Gabah Lebih Rendah di Daerah, Wamentan: Jangan Sampai Tengkulak Jadi Company
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Sudaryono, menyoroti temuan adanya penjualan gabah lebih murah dari harga pasaran yang ditetapkan pemerintah seharga Rp 6.500 per kilogram.
Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan keputusan harga gabah dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500 per kilogram.
Sayangnya, masih ada oknum yang menjual dengan harga lebih rendah.
"Pak Presiden sudah mengumumkan, sudah memberikan keputusan, harga gabah Harga Pembelian Pemerintah (HPP-nya) kami naikkan dari Rp 6.000 ke Rp 6.500. Nah ini ada beberapa daerah yang lebih rendah dari Rp 6.500," ujar Sudaryono saat ditemui di Kantor Kementerian Sosial, Salemba, Jakarta Pusat, Senin (20/1/2025).
Sudaryono menuturkan, Kementerian Pertanian langsung mendatangi lokasi dan menanyakan alasan penjualan di bawah harga pasaran.
Ia menegaskan, Kementan ingin memastikan bahwa "tengkulak" tidak bermunculan dan menjadi bisnis baru di daerah yang merugikan para petani.
"Jangan sampai, mohon maaf, kita selalu mengatakan tengkulak, jangan sampai tengkulak ini jadi kompani (company) baru, saya selalu mengatakan begitu," ucapnya.
Sudaryono menyebut, tengkulak yang mengambil untung banyak, padahal mereka tidak ikut menanam, tidak ikut bertani, dan tidak memupuk lahan.
"Tidak ikut ke sawah, hanya beli, tapi dia mengambil untungnya paling banyak. Saya kira ini salah satu program major, program besar yang kita laksanakan," imbuhnya.
Sebagai informasi, pemerintah memutuskan menaikkan harga gabah di tingkat petani dari sekitar Rp 6.000 menjadi Rp 6.500 per kilogram.
Kenaikan ini diputuskan dalam rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (30/12/2024).
Tak hanya itu, pemerintah juga menaikkan harga jagung di tingkat petani dari Rp 5.000 menjadi Rp 5.500 per kilogram.
Dengan begitu, harga pembelian pemerintah (HPP) naik sebesar Rp 500 per kilogram untuk gabah dan jagung.
Tag: #soroti #harga #gabah #lebih #rendah #daerah #wamentan #jangan #sampai #tengkulak #jadi #company