Di Balik Dapur MBG: Tangan-Tangan Sunyi yang Menyiapkan Jutaan Makanan Bergizi
Waktu berjalan cepat bagi program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam satu tahun pelaksanaannya, program tersebut telah menjangkau 50,3 juta anak dan ibu hamil di 38 provinsi di Tanah Air.
Setiap harinya, 17.555 Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) atau dapur MBG, menyiapkan paket-paket makanan bergizi untuk dibagikan secara cuma-cuma, lalu didistribusikan ke penerima manfaat.
Di balik kesuksesan MBG, ada tangan-tangan cekatan dari balik dapur umum yang jarang tersorot publik. Padahal, tanpa jasa mereka, paket makanan bergizi yang dinanti anak-anak sekolah tak akan pernah sampai ke meja makan.
Saat JawaPos.com menyambangi SPPG Jemur Wonosari yang berada di Jalan Jemur Andayani XV No.12, Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya, suasana dapur terlihat padat namun berjalan teratur sesuai bagian masing-masing.
Nunuk Rahmawati, 44 tahun, Koordinator Pemorsian SPPG Jemur Wonosari, tampak telaten menyiapkan makanan di ompreng. APD penutup kepala, sarung tangan, hingga masker, menjadi 'alat perangnya' di dapur.
Matanya merilik ke sana dan ke mari, memastikan setiap ompreng terisi lengkap. Tak boleh ada lauk maupun buah yang tertinggal. Di sela kesibukan, Nunuk dan pegawai lain bersenda gurau untuk mengusir penat.
"Jadi di sini itu dapurnya on (beroperasi) terus selama 24 jam, dan pegawainya itu dibagi jadi 3 shift sesuai dengan bagiannya. Kalau saya di pemorsian masuk jam 3 pagi," tutur Nunuk kepada JawaPos.com, Jumat (12/12).
Di ruangan berukuran sedang dengan dinding bercat putih, pegawai SPPG Jemur Wonosari di bagian pemorsian tampak sibuk bekerja. Denting logam ompreng dan suara alat masak beradu, mengiringi aktivitas pegawai.
Tangan-tangan mereka cekatan menimbang porsi, lalu memasukkan nasi, lauk, sayur, dan buah ke dalam ompreng stainless steel yang berjajar rapi di atas meja. Setiap ompreng dicek ulang sebelum didistribusikan.
Sebagai ibu tunggal dengan dua anak yang masih sekolah dan kuliah, Nunuk mengaku bersyukur bisa bekerja di SPPG, mengingat mencari pekerjaan di usia kepala empat bukan perkara mudah.
"Sukanya saya pribadi, kalau dari ibu-ibu, kita kan terbiasa kerja di bidang dapur, kaya masak begini. Jadi ya nggak beban, senang punya banyak teman, dapat uang, rasanya seperti lagi nyiapin bekal anak," kelakar Nunuk.
Hal senada disampaikan oleh Gamal Aldin, bagian Cuci Ompreng. Ia baru satu bulan bekerja di SPPG Jemur Wonosari. Pemuda berusia 21 tahun tersebut mendapat informasi lowongan kerja dari kakeknya.
"Saya sebelumnya kerja di bakery bagian produksi. Lalu pindah kesini karena diajak kakek saya. Di sini kerjanya santai sih, kadang juga bantu bagian lain, kaya hari ini saya bantu pemorsian," tutur Gamal.
Setiap hari, Gamal membersihkan ratusan ompreng yang kembali dari sekolah. Soal sisa makanan, ia menyebut bergantung pada menu, lauk ayam biasanya habis tak tersisa. Nasi juga mayoritas dilahap habis oleh penerima MBG.
"Kalau ditanya lelah, ya wajar. Tetapi senang aja kalau buka ompreng itu makanan habis. Terus kadang juga ada surat-surat dari anak-anak, kaya 'makasih ya, makanannya enak', itu senang saya lihatnya," tutur Gamal lalu tersenyum.
SPPG Jemur Wonosari Produksi 4.000 Paket MBG per Hari
Kepala SPPG Jemur Wonosari, Syamsudin Duka mengatakan setiap harinya, dapur MBG yang ia pimpin memproduksi lebih dari 4.000 paket makanan, yang didistribusian ke 6 sekolah di Kecamatan Wonocolo.
"Dapur MBG kita melayani 6 sekolah, yakni KB Yasporbi, TK Yasporbi, SD Taquma, SMP Negeri 13 Surabaya, SMA Negeri 10 Surabaya, dan SMK 1 PGRI Surabaya, dengan jumlah penerima manfaat kurang lebih 3.364 anak," tuturnya.
Selain sekolah, SPPG Jemur Wonosari juga mendistribusikan paket makanan bergizi untuk bumil, busui, dan balita ke 5 posyandu di tiap RW, yakni Posyandu RW 9, RW 5, RW 4, RW 3, dan Posyandu RW 2.
Menurut Syamsudin, program Makan Bergizi Baik memberikan dampak positif. Mulai dari memenuhi gizi anak, menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar, hingga membuka lapangan pekerjaan baru.
"Hari ini yang memberikan fasilitas pekerjaan kepada orang-orang yang umurnya di atas 40 itu MBG. Pekerjaan yang mereka lakukan pun mudah, seperti pekerjaan sehari-hari di rumah, menyiapkan makanan," imbuhnya.
Bahkan, Syamsudin bercerita di kampung halamannya, Gorontalo, program Makan Bergizi Gratis diidam-idamkan oleh anak-anak sekolah, karena banyak dari mereka yang tidak sarapan dan dibawakan bekal.
"Di Gorontalo, anak-anak ini pulang sekolah nggak ada makanan, orang tuanya masih bekerja. (Dengan MBG) Hari ini orang tua sangat bersyukur, uang jajan bisa lebih hemat dan tidak khawatir di sekolah mau makan apa," tukas Syamsudin.
Tag: #balik #dapur #tangan #tangan #sunyi #yang #menyiapkan #jutaan #makanan #bergizi