Tepis Anggapan MBG untuk Kalangan Mampu, BGN: Banyak Anak Baru Pertama Kali Minum Susu
Suasana makan bergizi gratis di SDN Sendangsari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo (KOMPAS.COM/BAYU APRILIANO )
06:26
21 Oktober 2025

Tepis Anggapan MBG untuk Kalangan Mampu, BGN: Banyak Anak Baru Pertama Kali Minum Susu

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyatakan bahwa 60 persen penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak memiliki akses untuk mendapatkan makanan bergizi setiap hari, bahkan keluarganya tak mampu membeli susu.

Hal ini disampaikan Dadan menanggapi anggapan bahwa MBG banyak dinikmati kalangan mampu.

"60 persen dari mereka (penerima MBG) itu tidak punya akses terhadap menu dengan gizi seimbang. Dan mereka juga tidak mampu beli susu. Karena tidak minum susu, tidak mampu beli susu," kata Dadan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

"Jadi banyak anak-anak yang kita intervensi (dengan MBG), itu baru pertama kali minum susu," imbuh dia.

Dadan menyampaikan bahwa kekurangan gizi ini terjadi karena banyaknya masyarakat miskin di tiga provinsi besar seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Anak-anak dari kalangan tersebut biasanya mengalami stunting.

Dilihat dari rata-rata pendidikan orang tuanya, mayoritas hanya lulusan sekolah dasar (SD).

"Kenapa begitu? Karena banyak anak lahir di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dari orang tua yang pendidikannya rata-rata 9 tahun. Jawa Barat itu lama pendidikannya hanya 8,8 tahun. Jawa Tengah itu 8,01 tahun. Jawa Timur itu 8,1 tahun. Itu artinya anak-anak ini lahir dari orang tua yang rata-rata lulusan SD," tutur Dadan.

Sampai saat ini, MBG telah menyentuh 36,7 juta penerima di 38 provinsi, 509 kabupaten/kota, dan 7.022 kecamatan.

Total itu baru sebesar 40 persen dari target sasaran.

Sementara, jumlah SPPG yang telah terbangun dan beroperasi mencapai 12.508 titik.

"Sekarang program makan bergizi baru menyentuh kurang lebih 40 persen. Jadi masih 60 persen hak anak yang tadi harus mendapatkan akses, menu gizi seimbang harus segera kita penuhi. Dan kita akan kejar sampai akhir tahun," tandas Dadan.

Sebagai informasi, Center of Economic and Law Studies (Celios) menyebut MBG terlalu membebani anggaran negara dan berpotensi menciptakan krisis fiskal baru.

Letak masalahnya ialah skema dari pemerintah yang mengalokasikan MBG untuk semua anak di Indonesia.

Direktur Kebijakan Publik Celios Media Wahyudi Askar berpendapat, alih-alih semuanya, pemerintah cukup menjalankan program MBG untuk masyarakat yang membutuhkan saja.

Sebab, jika diberikan secara menyeluruh, ada sekitar Rp 50,72 triliun yang akan dinikmati oleh anak-anak dari keluarga mampu.

"Ada total Rp 50 triliun (anggaran) MBG itu, yang justru malah dinikmati oleh anak-anak dari keluarga kaya. Sekarang kondisinya begini, masyarakat kaya juga bilang di studi CELIOS bahwa mereka tidak perlu MBG, mereka lebih memilih MBG disalurkan ke masyarakat yang lebih membutuhkan," kata Media.

Tag:  #tepis #anggapan #untuk #kalangan #mampu #banyak #anak #baru #pertama #kali #minum #susu

KOMENTAR