



Cerita Hari Pertama Retreat: Saat Kepala Daerah Harus Tunduk pada Aturan Dua Lagu ala Praja IPDN
Retreat gelombang kedua untuk kepala daerah dimulai pada Minggu (22/6/2025).
Sebanyak 86 kepala daerah berbaris rapi menggunakan seragam komponen cadangan (Komcad), berbaris bak tentara yang siap dikirim ke medan peperangan.
Mereka hadir tak hanya untuk kewajiban sebagai kepala daerah, tetapi juga sebagai komitmen untuk melayani rakyat.
Itulah harapan Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, dalam pembukaan Apel Manggala, sebuah upacara penyambutan megah yang diiringi oleh Defile Drumband Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat.
"Kami ingin agar Bapak Gubernur, Wakil Gubernur, Wali Kota, Wakil Wali Kota, Bupati, dan Wakil Bupati, peserta Retreat semakin kuat kebersamaan dalam keberagamannya. Semakin bangga menjadi bagian dari pelayan Nusantara," katanya dalam pembukaan.
Namun, ternyata puluhan kepala daerah ini tak semuanya siap digembleng layaknya praja IPDN.
Ada beragam peristiwa unik yang seharusnya menjadi kenormalan para praja dalam didikan mereka selama empat tahun di kampus tersebut, tetapi menjadi hal baru bagi kepala daerah.
Berikut ringkasan Kompas.com, hari pertama retreat kepala daerah di IPDN Jatinangor, Jawa Barat.
Makan dengan dua lagu
Para kepala daerah yang menjadi orang nomor satu di daerahnya masing-masing harus menurunkan egonya dalam retreat kali ini.
Dengan para praja IPDN, para kepala daerah makan bersama dengan cara yang sama, sesuai ketentuan yang ada. Makanan harus habis dalam waktu dua lagu.
Ketentuan dua lagu harus habis juga diterapkan untuk para tamu terhormat kali ini.
Hasilnya, mereka merasa kagok.
Ruang Menza yang ramai dengan praja duduk di meja diikuti oleh puluhan kepala daerah.
Lonceng awal berbunyi, lagu pertama diputar.
Lagu kedua berputar, para kepala daerah masih santai.
Banyak yang tidak mengerti bahwa lagu tersebut sebagai tanda durasi makan siang akan segera habis.
"Tadi ada yang cerita kaget, mereka bilang makannya baru 3/4 tiba-tiba lonceng (tanda selesai) sudah bunyi," kata Bima.
Menu sama dan asal comot
Selain itu, Bima juga menyoroti ada kepala daerah yang asal comot makanan setelah tiba di Ruang Menza.
Mereka tidak tahu bahwa makan siang di Ruang Menza berarti makan siang dengan cara terpimpin.
"Tadi saya masih melihat banyak yang belum menyesuaikan, begitu duduk di meja langsung nyaber pisang. Kalau di tradisi di sini semuanya disiplin, semua komando, dan makan hanya dua lagu selesai," ujar Bima Arya.
Untuk memberikan penyesuaian, dia mengatakan, Rektor IPDN Halilul Khairi akan memberikan pemahaman tata tertib selama di kampus berlangsung.
"Jadi harus menyesuaikan, sekarang oleh Pak Rektor sedang disampaikan tata tertib makan (dengan durasi) dua lagu, tidak boleh merokok sembarangan, dan lain-lain," katanya.
Sedangkan untuk menu makan siang, peserta retreat disamakan dengan para praja.
Hanya satu hal yang berbeda, yakni minuman penutup dengan es cendol dawet.
Kepala daerah berpita kuning dan merah
Selain makanan, hal yang tak bisa diimbangi oleh para kepala daerah yang mengikuti retreat adalah kesehatan para praja yang terjaga dan masih muda.
Bima mengatakan, 10 peserta retreat kepala daerah gelombang kedua dalam pengawasan ketat karena alasan kesehatan.
Pengawasan ketat ini diperoleh setelah hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada Sabtu, 21 Juni 2025, menyatakan bahwa ada 10 peserta harus diberikan pengawasan ketat.
Menurut Bima Arya, lima di antaranya diberikan pita berwarna kuning, sedangkan lima lainnya yang dinyatakan atensi khusus diberi pita berwarna merah.
"Jadi, sekitar sepuluh orang ada dalam pengawasan ketat, yang sangat ketat tentu yang pita merah tadi," ujar Bima.
Namun, dia tidak mengungkapkan secara perinci siapa saja kepala daerah yang disebut mendapatkan atensi khusus karena kondisi kesehatannya.
Bima Arya hanya mengatakan, karena adanya kondisi khusus ini, kelas pembelajaran akan disesuaikan oleh panitia retreat.
Salah satunya, terkait tempat pemberian materi.
Awalnya, menurut dia, ruang kelas yang akan digunakan berada di gedung baru tetapi harus menaiki anak tangga hingga tiga lantai.
Namun akhirnya, ruang kelas bisa dipindahkan untuk menyesuaikan peserta yang memiliki kebutuhan khusus tersebut.
“Kita nanti tanyakan apakah kuat atau tidak? Kalau tidak, tidak ada masalah. Kita akan geser kelasnya, kita sesuaikan untuk yang lebih aksesibel,” kata Bima Arya.
Tag: #cerita #hari #pertama #retreat #saat #kepala #daerah #harus #tunduk #pada #aturan #lagu #praja #ipdn