Simak dan Ketahui! Ini Sejarah Hari Raya Galungan umat Hindu yang Dilaksanakan Dua Kali Dalam Setahun
Hari Raya Galungan umat Hindu Bali sebelumnya sudah dilaksanakan pada 28 Februari 2024.
Bulan ini, umat Hindu di Bali akan kembali merayakan Hari Raya Galungan yang jatuh pada tanggal 25 September 2024.
Untuk tahun 2024, umat Hindu Bali merayakan dua kali Hari Raya Galungan yaitu pada bulan Februari dan September.
Perayaan Galungan tersebut dihitung berdasarkan penanggalan Pawukon.
Melansir laman Kebudayaan Kemdikbud.go.id, penanggalan Pawukon merupakan sistem penanggalan tradisional yang memiliki waktu ukur untuk menentukan segala aktivitas daur hidup dan kematian manusia.
Sistem penanggalan Pawukon ini menjadi sistem penanggalan tradisional asli yang terbentuk dari kebudayaan masyarakat Indonesia.
Penanggalan Pawukon biasanya digunakan oleh masyarakat Jawa, Madura, Bali, dan Lombok untuk menghitung pranata mangsa (tata waktu).
Dalam penanggalan Pawukon, perhitungan waktu diambil dari perubahan rotasi bumi selama 7 hari (saptawara) yang dimulai dari hari redite (minggu) hingga hari tumpak (sabtu).
Perhitungan pada penanggalan Pawukon juga mengikuti konsep astronomi yang dibagi menjadi 30 wuku.
Tiap wuku tersebut akan bergeser selama 7 hari, hal ini mempengaruhi perputaran wuku dalam satu kali rotasi menjadi 210 hari (7 hari x 30 wuku).
Dalam Manuskrip Pawukon Jawi yang dibuat oleh Keraton Kartasura pada abad ke-17, terdapat penjelasan wuku yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar dari tiap wuku.
Ilustrasi gambar dari tiap wuku disimbolkan dengan figur keluarga Watu Gunung, yaitu Prabu Watu Gunung, istrinya Shinta dan Landhep serta 27 putranya.
Sementara itu, perayaan Galungan sendiri belum diketahui secara pasti kapan umat Hindu Bali mulai melakukanya.
Melansi artikel Jurnal Jnanasiddhanta yang ditulis oleh Putu Maria Ratih dkk, perayaan Galungan oleh umat Hindu tercatat pada lontar Kidung Panji Amalat Rasmi yang berbahasa Jawa Kuno.
Sedangkan, menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan mulai pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan yang berangka tahun saka 804 atau 882 masehi.
Sejak saat itu, perayaan Galungan mulai dilaksanakan rutin selama tiga abad, Namun, pada tahun 1103 Saka perayaan Galungan sempat dihentikan tanpa alasan yang jelas.
Pada tahun 1126 Saka ketika Raja Sri Jayakasunu diangkat, Galungan mulai kembali dirayakan setelah terlupakan selama 23 tahun.
Hal ini juga tertulis dalam lontar Sri Jayakasunu yang bercerita tentang Raja Sri Jayakasunu bertapa meminta petunjuk kepada kepada dewa di Pura Besakih.
Hal ini dilakukan oleh Sri Raja Jayakasunu karena beliau merasa resa heran dengan kematian raja dan para pejabat sebelumnya.
Dalam tapanya tersebut, konon Raja Sri Jayakasunu mendengar bisikan religius dari Dewi Durga.
Dalam bisikkan tersebut Dewi Durga memberitahu kepada Raja Sri Jayakasunu agar merayakan kembali Galungan setiap Rabu Kliwon Dungulan.
Dewi Durga juga menjelaskan mengapa raja dan pejabat sebelumnya berumur pendek, hal itu dikarenakan mereka tidak pernah lagi merayakan Galungan.
Hingga saat itu, umat Hindu di Bali sampai saat ini masih merayakan Galungan dengan meriah.
***
Tag: #simak #ketahui #sejarah #hari #raya #galungan #umat #hindu #yang #dilaksanakan #kali #dalam #setahun