7 Hal yang Anda Lakukan Tanpa Anda Sadari Membuat Anda Tidak Bahagia, Salah Satunya Terlalu Banyak Berpikir
- Untuk waktu yang lama, saya tidak tahu mengapa saya merasa sangat tidak bahagia.
Di permukaan, hidup saya tampak baik-baik saja-tidak ada yang berantakan, namun, saya terus-menerus merasakan ada sesuatu yang hilang.
Baru setelah saya mulai menggali lebih dalam, saya menyadari bahwa masalahnya bukan pada keadaan saya, melainkan pada diri saya sendiri.
Tanpa saya sadari, saya terjebak dalam kebiasaan dan pola pikir yang diam-diam menyabotase kebahagiaan saya.
Bagian terburuknya?
Mereka tampak begitu kecil dan tidak berbahaya pada saat itu. Dalam artikel ini, saya ingin membagikan apa yang telah saya pelajari tentang perilaku-perilaku halus dan licik yang mungkin menghambat Anda juga.
Karena terkadang, kebahagiaan bukanlah tentang menambahkan lebih banyak hal ke dalam hidup Anda. Ini adalah tentang melepaskan hal-hal yang menyeret Anda ke bawah. Dikutip dari hackspirit pada Kamis (5/12), berikut 7 hal yang membuat seseorang tidak bahagia.
1) Terlalu banyak berpikir
Perilaku pertama yang disebut oleh para psikolog sebagai penyebab utama ketidakbahagiaan adalah terlalu banyak berpikir.
Sebagai seseorang yang biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berpikir, hal ini sangat mengena bagi saya.
Terlalu banyak berpikir bisa terasa seperti Anda sedang memecahkan masalah, tetapi lebih sering daripada tidak, itu hanya menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada. Ini adalah sebuah siklus yang terus berputar, menciptakan stres, kecemasan, dan pada akhirnya ketidakbahagiaan.
Apa yang saya pelajari adalah bahwa terlalu banyak berpikir sering kali berasal dari rasa takut akan ketidakpastian. Kita ingin memiliki semua jawaban, tetapi hidup tidak berjalan seperti itu.
Kuncinya adalah menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian alami dari kehidupan. Ketika Anda mendapati diri Anda terlalu banyak berpikir, ingatkan diri Anda bahwa tidak apa-apa untuk tidak memiliki semua jawaban.
Fokuslah pada apa yang dapat Anda kendalikan dan biarkan sisanya berlalu. Perubahan pola pikir yang sederhana ini dapat membuat perbedaan besar dalam tingkat kebahagiaan Anda.
2) Menghindari ketidaknyamanan
Perilaku kedua yang diidentifikasi oleh para psikolog sebagai penghambat kebahagiaan adalah menghindari ketidaknyamanan.
Saya sendiri juga pernah melakukan hal ini.
Dulu saya percaya bahwa kebahagiaan berarti hidup yang bebas dari ketidaknyamanan dan kesulitan. Namun, semakin saya menghindari ketidaknyamanan, semakin saya tidak bahagia.
Saya ingat saat saya ditawari kesempatan untuk memberikan pidato di depan umum. Memikirkannya saja sudah menakutkan dan naluri pertama saya adalah menolaknya.
Namun kemudian saya memutuskan untuk menghadapi ketidaknyamanan saya dan menerima tawaran tersebut.
Itu tidak mudah, tetapi melangkah keluar dari zona nyaman membantu saya tumbuh dengan cara yang tidak pernah saya duga. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri saya dan membuka peluang-peluang baru.
Menghindari ketidaknyamanan mungkin terlihat seperti pilihan yang lebih mudah dalam jangka pendek, tetapi sering kali hal ini menyebabkan ketidakbahagiaan jangka panjang. Rangkullah ketidaknyamanan sebagai kesempatan untuk berkembang, dan hal itu dapat mengubah hidup Anda.
3) Mengabaikan perawatan diri
Ada suatu masa dalam hidup saya di mana saya begitu terjebak dalam pekerjaan dan tanggung jawab sehingga saya benar-benar mengabaikan kebutuhan saya sendiri. Saya membakar lilin di kedua ujungnya:
Makan dengan buruk
Tidak cukup tidur
Hampir tidak ada waktu untuk berolahraga
Akibatnya, suasana hati saya anjlok dan tingkat stres saya meroket
Pengabaian saya terhadap perawatan diri secara langsung berdampak pada kebahagiaan saya.
Lalu saya memutuskan untuk membuat perubahan. Saya mulai menjadwalkan waktu untuk perawatan diri seperti halnya janji penting lainnya.
Ini berarti:
Menyisihkan waktu untuk berolahraga secara teratur
Makan makanan yang lebih sehat
Mendapatkan tidur yang cukup
Meluangkan waktu untuk bersantai dan melakukan hal-hal yang saya sukai
Transformasi yang terjadi sungguh menakjubkan. Saya tidak hanya merasa lebih baik secara fisik, tetapi kesehatan mental saya juga meningkat. Tingkat stres saya menurun dan saya merasa lebih seimbang dan bahagia.
4) Perbandingan yang konstan
Perilaku keempat yang diidentifikasi oleh para psikolog yang dapat membuat kita tidak bahagia adalah terus membandingkan diri kita dengan orang lain.
Saya ingat ketika saya membuka media sosial, melihat kehidupan semua orang yang sempurna, dan merasa tidak mampu. Rasanya seperti semua orang berhasil sementara saya hanya menginjak air.
Penelitian telah menemukan bahwa mengikuti secara pasif di media sosial, yang sering kali melibatkan perbandingan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain, dapat menyebabkan perasaan iri dan penurunan kepuasan hidup.
Setelah membaca tentang penelitian ini, saya memutuskan untuk membatasi waktu saya di media sosial dan fokus pada perjalanan saya sendiri.
Saya mulai menyadari bahwa setiap orang memiliki jalan yang unik dengan tantangannya masing-masing.
Menerima perjalanan saya, alih-alih membandingkannya dengan orang lain, membawa rasa damai dan kepuasan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
5) Mengabaikan emosi Anda
Ada sebuah fase dalam hidup saya di mana saya akan memendam perasaan saya, berpikir bahwa itu adalah tanda kekuatan untuk tidak menunjukkan kerentanan. Saya akan memasang wajah yang berani, bahkan ketika segala sesuatunya berantakan.
Tetapi pendekatan ini hanya menyebabkan lebih banyak stres dan ketidakbahagiaan. Rasanya seperti sebuah panci presto yang menunggu untuk meledak.
Saya belajar bahwa mengakui dan mengekspresikan emosi saya bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian penting dari kesehatan mental.
Sekarang, ketika saya merasakan suatu emosi, entah itu kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, atau ketakutan, saya membiarkan diri saya merasakannya sepenuhnya.
Saya mengekspresikannya dengan cara yang sehat, entah itu berbicara dengan seseorang tentang hal itu atau menuliskannya dalam jurnal.
Tindakan sederhana untuk mengakui dan mengekspresikan emosi saya ini telah membawa lebih banyak kejelasan, kedamaian, dan kebahagiaan secara keseluruhan ke dalam hidup saya.
Emosi adalah cara tubuh kita berkomunikasi dengan kita. Jangan abaikan mereka; dengarkan apa yang mereka katakan.
6) Mengejar kesempurnaan
Saya dulu adalah seorang perfeksionis, selalu mengejar cita-cita yang tidak realistis dan tidak mungkin tercapai. Saya percaya bahwa jika saya bisa menjadi sempurna, maka saya akan bahagia.
Namun, seperti yang dikatakan oleh psikolog terkenal Brené Brown, “Perfeksionisme bukanlah jalan yang menuntun kita pada bakat dan tujuan hidup kita; itu adalah jalan memutar yang berbahaya.”
Setelah saya menginternalisasi kutipan ini, saya menyadari bahwa pengejaran saya akan kesempurnaan sebenarnya menghambat saya. Hal ini menyebabkan saya stres, cemas, dan kecewa karena saya selalu gagal memenuhi harapan saya yang tidak realistis.
Jadi, saya memutuskan untuk melepaskan kesempurnaan dan merangkul kemajuan sebagai gantinya. Saya fokus pada peningkatan kecil dan bertahap dan merayakan setiap langkah maju, sekecil apa pun.
Pergeseran dari kesempurnaan ke kemajuan ini membawa perubahan yang signifikan dalam hidup saya.
Hal ini tidak hanya mengurangi stres dan kecemasan saya, tetapi juga memungkinkan saya untuk menikmati perjalanan menuju tujuan saya, sehingga meningkatkan kebahagiaan saya secara keseluruhan.
7) Menilai kebahagiaan secara berlebihan
Ironisnya, perilaku ketujuh yang dapat merusak kebahagiaan kita, menurut psikologi, adalah menilai kebahagiaan secara berlebihan.
Kedengarannya aneh, bukan? Tapi dengarkan saya.
Dalam upaya saya mengejar kebahagiaan, saya menyadari bahwa saya telah mulai memberikan begitu banyak tekanan pada diri saya sendiri untuk merasa bahagia setiap saat. Jika saya tidak merasa bahagia, saya pikir ada yang salah dengan diri saya.
Namun, pengejaran kebahagiaan yang terus menerus ini ternyata merupakan sebuah jebakan. Hal itu membuat saya kurang bahagia dan lebih stres.
Sebenarnya, wajar dan normal untuk mengalami berbagai emosi. Hidup tidak selalu cerah dan penuh pelangi, dan tidak apa-apa.
Jadi, alih-alih terobsesi untuk selalu merasa bahagia, saya mulai mengincar keseimbangan emosional - membiarkan diri saya merasakan semua emosi tanpa menghakimi.
Tag: #yang #anda #lakukan #tanpa #anda #sadari #membuat #anda #tidak #bahagia #salah #satunya #terlalu #banyak #berpikir