40
Ilustrasi gen Z menggunakan ponsel untuk mengakses sosial media (Freepik)
14:54
4 November 2024
Tidak Melulu Salah Mereka, Ini 3 Alasan Banyak Gen Z Dipecat Perusahaan
Generasi Z yang lahir di rentang tahun 1997-2012 sudah mulai memasuki dunia kerja sejak masa pandemi. Hidup di tengah teknologi yang semakin canggih, perilaku mereka banyak dikeluhkan.
Hal ini menyusul banyaknya laporan pemecatan terhadap karyawan yang termasuk dalam generasi Z. Namun, ini tak sepenuhnya salah mereka. Pemahaman yang lebih komprehensif terkait jalannya dunia membuat orang-orang di generasi Z memiliki sikap yang berbeda dari orang generasi sebelumnya yang cenderung manut-manut saja. Dikutip dari Forbes, setidaknya ini 3 alasan orang di generasi Z banyak dipecat di pekerjaannya. 1. Kurang Motivasi Kurangnya motivasi adalah salah alasan yang sering digunakan perusahaan saat memecat karyawannya yang masuk dalam generasi Z. Semua orang, mulai dari Generasi Milenial hingga Generasi Baby Boomer, gemar membicarakan keengganan Gen Z untuk bekerja "keras" demi apa yang ingin mereka capai dalam hidup tanpa perlu menjelaskan alasannya. Namun, penyebabnya jelas. Generasi ini menyaksikan secara langsung bagaimana para pengusaha sering memperlakukan karyawan yang loyal dengan tak baik. PHK, pemotongan gaji, dan kurangnya keamanan kerja merupakan tema umum dalam kehidupan orang tua mereka yang tentu tak ingin mereka rasakanm Oleh karena itu, para Gen Z mengembangkan rasa skeptisisme terhadap karier yang tengah dijalaninya saat ini. 2. Berbicara Dalam Bahasa yang Berbeda Orang yang lahir di generasi ini sebetulnya sering dipuji sebagai penduduk asli digital, hal itu tidak selalu berarti keterampilan interpersonal yang kuat dalam lingkungan kerja tradisional. Tumbuh besar dengan media sosial dan komunikasi berbasis teks berarti banyak karyawan muda mungkin kesulitan dengan percakapan tatap muka, terutama yang diharapkan dalam lingkungan profesional. Pasalnya, generasi ini memulai karier mereka saat mengirim pesan singkat — sesuatu yang sangat mereka sukai — masih bisa diterima daripada harus menghadiri rapat tim. Mereka kehilangan waktu tatap muka di kantor pada titik krusial dalam pengembangan karier mereka. Hal ini berpotensi menciptakan kesenjangan dalam pembelajaran mereka dan membuat mereka tidak siap untuk industri yang mengharuskan rapat, presentasi, dan kolaborasi mendalam. Masalah muncul ketika tempat kerja mengharapkan Gen Z untuk menyesuaikan diri tanpa menawarkan jalan tengah. Kesenjangan komunikasi ini dapat dengan mudah menyebabkan kesalahpahaman, kesalahan, atau bahkan kesan bahwa para pekerja ini tidak terlibat — padahal sebenarnya, mereka hanya menggunakan metode yang berbeda untuk berkomunikasi. 3. Menolak Mentalitas Kerja Tanpa Kehidupan yang Berkualitas Ini seharusnya alasan yang wajar-wajar saja. Namun, selain orang dari Gen Z, lebih banyak yang tak acuh dengan kualitas hidup selama pekerjaannya menghasilkan. Nah, Gen Z tidak begitu. Kehilangan pekerjaan bagi mereka adalah penolakan mereka terhadap budaya kerja tradisional yang menekankan jam kerja panjang, ketersediaan konstan, dan keterlibatan dalam pekerjaan seseorang. Gen Z tidak mempercayai bahwa semakin seseorang bekerja keras, maka karier akan semakin melesat. Mereka menginginkan lebih dari sekadar gaji yang tinggi, mereka menginginkan keseimbangan, makna , dan rasa kepuasan pribadi yang tidak sepenuhnya terkait dengan pekerjaan. Laporan Deloitte lainnya dari tahun 2023 menemukan bahwa 50% responden Gen Z menempatkan “keseimbangan kehidupan dan pekerjaan” sebagai salah satu prioritas utama mereka saat mempertimbangkan pekerjaan. Generasi yang “mengungkapkan pendapat” ini cenderung tidak menoleransi lingkungan tempat kerja yang tidak sehat dan lebih cepat meninggalkan posisi yang tidak memenuhi harapan mereka.
Editor: Banu Adikara
Tag: #tidak #melulu #salah #mereka #alasan #banyak #dipecat #perusahaan