Sering Dapet Stereotip Jelek: Cek Kebenaran Tentang Apa yang Dicari Para Pekerja Gen Z dalam Karier
Ilustrasi kebenaran tentang apa yang dicari oleh para pekerja gen z dalam karier. (Pexels)
20:04
21 Oktober 2024

Sering Dapet Stereotip Jelek: Cek Kebenaran Tentang Apa yang Dicari Para Pekerja Gen Z dalam Karier

- Streotip tentang GenZ atau generasi z di tempat kerja nampaknya bukanlah hal yang asing lagi. Mereka dikenal sebagai orang yang suka memberontak, tidak mau menerima kritik atau instruksi, terlalu banyak menuntut, dan merasa berhak atas hak istimewa.

Etos kerja mereka juga dikenal buruk karena dianggap selalu dimanja seumur hidup yang membuat mereka malas dan tidak mau berkorban. Para pekerja gen z ini sering dituduh memiliki ego yang tinggi dan ekspektasi yang tidak realitas.

Mereka dianggap tidak perlu membuktikan diri sebelum dipromosikan atau mendapatkan gaji yang tinggi. Stereotip ini adalah hal yang memisahkan antar pekerja dan menyebabkan konflik yang tidak perlu antar generasi di tempat kerja.

Kenyataannya, pekerja gen z sangat termotivasi, ingin tahu, dan kreatif. Mereka dapat menjadi kekuatan yang positif untuk perubahan di tempat kerja. Mereka hanya ingin mendapat balasan berupa menghormati dan bersikap adil.

Dilansir dari truity, sebuah penelitian telah mengungkapkan sikap generasi z dan memperjelas bahwa mereka telah mendapatkan reputasi yang buruk. Berikut ini kebenaran tentang apa yang dicari oleh para pekerja gen z dalam karir.

1. Untuk belajar, tumbuh, dan maju

Dalam penelitian ini, generasi z cenderung menyatakan persetujuan kuat terhadap pernyataan: Kemajuan karir dan kesuksesan masa depan selalu ada dalam pikiran saya.

Generasi z selalu berpikir dan membuat rencana ke depan. Mereka siap bekerja keras untuk meraih kesuksesan dalam karirnya. Sebagian generasi z mungkin meremehkan berapa lama waktu yang mereka perlukan untuk mencapai tujuan karir jangka panjang mereka.

Namun, hal ini terjadi karena kurangnya pengalaman mereka, bukan oleh rasa kecemerlangan mereka sendiri yang berlebihan. Saat menjawab survei tersebut, pekerja gen z mengungkapkan keinginan untuk mengembangkan keterampilan dan menambah pengetahuan dengan menghadiri lokakarya atau mengambil kelas khusus atau kursus pendidikan berkelanjutan.

Mereka bahkan nggak ragu untuk kembali kuliah untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi atau belajar di bawah bimbingan mentor yang lebih berpengalaman. Mereka tahu bahwa mereka memiliki banyak hal untuk dipelajari dan siap melakukan apa pun untuk maju, terlepas dari berapa banyak waktu dan upaya yang dibutuhkan.

2. Keamanan dan stabilitas pekerjaan jangka panjang

Salah satu tuduhan aneh yang ditujukan untuk pekerja gen z adalah bahwa mereka menjalani hidup terlalu mudah yang membuat mereka tidak siap untuk menghadapi lingkungan yang kompetitif di tempat kerja.

Namun, faktanya selama beberapa dekade terakhir, generasi ini telah mengalami cukup banyak gejolak sosial, budaya, dan ekonomi yang berlangsung seumur hidup. Hal ini dapat menjelaskan mengapa mereka umumnya lebih cemas tentang masa depan daripada generasi lainnya.

Beberapa orang cukup tua untuk mengingat Resesi Hebat tahun 2008, yang menyebabkan kemerosotan ekonomi global yang mungkin sulit diatasi oleh orang tua mereka. Semua jelas mengalami pandemi Covid-19, yang mengganggu pendidikan mereka sekaligus menyebabkan hilangnya pekerjaan dan inflasi.

Mereka juga telah mendengar peringatan terus-menerus tentang ancaman perubahan iklim dan merasa bertanggung jawab untuk menjadi bagian dari solusinya. Mereka telah melihat kebangkitan AI, yang tampaknya telah menempatkan seluruh kategori pekerjaan pada risiko yang mungkin tergantikan.

Lebih dari generasi lainnya, mereka dibebani oleh banyak utang pinjaman mahasiswa, akibat dari biaya pendidikan tinggi yang terus meningkat. Beberapa hal ini bukanlah gambaran generasi yang dimanja.

Apa yang telah mereka alami menunjukkan bahwa masa depan selalu berada di batas yang berisiko, itulah sebabnya mereka mencantumkan keamanan dan stabilitas pekerjaan di antara prioritas tertinggi mereka.

Itu juga menjawab alasan mengapa mereka mungkin lebih skeptis saat diberi tahu bahwa mereka harus mulai dari bawah dan terus maju. Mereka lebih suka mencari pekerjaan yang menawarkan gaji bagus dan peluang yang jelas untuk maju sejak awal dan untuk menghindari terjebak dalam pekerjaan buntu yang bisa hilang dalam semalam.

3. Mengedepankan kerja sama tim dan saling menghormati

Ada stereotip yang menganggap bahwa generasi z merasa mereka harus maju ke garis depan sebelum pekerja yang lebih senior, hanya karena mereka terlihat sangat terdidik dan paham teknologi.

Namun, meskipun mereka ambisius, pekerja generasi z tidak ingin maju dengan mengorbankan rekan kerja mereka. Mereka memahami bahwa perlu waktu untuk naik pangkat di profesi apapun dan bersedia menunggu giliran selama mereka tahu giliran itu akan tiba pada akhirnya.

Dalam survei, mereka menyatakan preferensi kuat untuk kerja sama dan lebih menyukai dinamika kerja sama tim di mana pencapaian terbagi dengan adil. Mereka juga merupakan pendukung kuat etika di tempat kerja.

Hal ini berarti mereka mencoba memperlakukan semua orang dengan rasa hormat dan pertimbangan setiap saat (sementara berharap juga diperlakukan dengan cara yang sama).

4. Idealisme dan bertanggung jawab secara sosial

Salah satu tujuan utama pekerja gen z adalah mengejar karir yang mencerminkan dan mendukung nilai-nilai mereka atau dikenal dengan idealisme. Mereka sadar sosial dan menghargai orisinalitas, serta mengharapkan perusahaan tempat mereka bekerja untuk memiliki orientasi yang sama.

Ketika mereka yakin bahwa atasan mereka hanya tertarik pada keuntungan semata, antusiasme mereka terhadap pekerjaan dapat menghilang dengan cepat, Hal ini memungkinkan mereka untuk berhenti sesegera mungkin. Banyak pengusaha yang melaporkan pengalaman buruk dengan karyawan gen z.

Ini bisa terjadi karena perusahaan tidak dapat meyakinkan mereka bahwa upaya mereka akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Gen Z teguh pada keyakinannya dan hanya ingin bekerja untuk organisasi yang mendukung keberagaman, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, penghormatan terhadap hak-hak pekerja, dan gerakan lain untuk perubahan sosial yang positif.

Ketika mereka melihat hal-hal seperti itu ditanggapi dengan serius oleh perusahaan tempat mereka bekerja, mereka akan menjadi karyawan yang tekun, berdedikasi, dan loyal. Tidak ada alasan bagi perusahaan untuk khawatir tentang sifat ini.

Pandangan gen z tentang hal ini sangat selaras dengan kekhawatiran konsumen modern. Ini membuat mereka mengharapkan perusahaan tempat mereka membeli barang dan jasa bertanggung jawab secara sosial.

5. Hidup yang seimbang dan kerja sehat

Beberapa keluhan tentang pekerja gen z terjadi karena salah memahami upaya mereka untuk menjaga keseimbangan kehidupan dan pekerjaan yang sehat. Para pekerja Gen Z sering melihat kerabat mereka dari Gen X atau Boomer menginvestasikan begitu banyak waktu dan energi pada pekerjaannya.

Ini membuat generasi pekerja tersebut akhirnya merasa lelah dan jenuh, dan mereka bertekad untuk tidak membiarkan hal ini terjadi pada mereka. Generasi ini mengharapkan atasan mereka menghargai keinginan mereka untuk memiliki kehidupan pribadi yang aktif dan memuaskan.

Ini adalah prioritas bagi mereka. Tetapi mereka juga bertekad untuk tidak membiarkan kehidupan pribadi mereka mengganggu tanggung jawab pekerjaan mereka. Dari perspektif gen z, keseimbangan kehidupan dan pekerjaan yang baik berarti tidak mengabaikan kedua sisi persamaan.

Mereka tetap sangat bangga dengan kualitas pekerjaan mereka. Ini merupakan sesuatu yang tampaknya tidak dipahami oleh mereka yang menuduh generasi ini kurang berdedikasi atau berkomitmen.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #sering #dapet #stereotip #jelek #kebenaran #tentang #yang #dicari #para #pekerja #dalam #karier

KOMENTAR