47 Persen Masyarakat Indonesia Punya Kebiasaan Emotional Eating, Padahal Ini Lho Dampaknya
ilustrasi makan sambil bekerja (freepik.com)
08:21
25 Januari 2024

47 Persen Masyarakat Indonesia Punya Kebiasaan Emotional Eating, Padahal Ini Lho Dampaknya

Mengonsumsi makanan-makanan bergizi merupakan salah satu hal yang memang menjadi keharusan. Hal ini karena makanan bergizi berpengaruh untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang.

Namun, mengonsumsi makanan bergizi saja tidaklah cukup. Pasalnya , jika pola perilaku makan seseorang masih kurang baik, maka kandungan makanan yang dikonsumsi tidak dicerna tubuh dengan baik. Hal ini yang masih menjadi masalah pada beberapa masyarakat di Indonesia.

Berdasarkan penelitian hasil survei Health Collaborative Center (HCC), masyarakat Indonesia masih memiliki kebiasaan emotional eating, yaitu kebiasaan seseorang menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi emosi, bukan makan karena lapar.

Ilustrasi makan di restoran (Pixabay/bridgesward)Ilustrasi makan di restoran (Pixabay/bridgesward)

Padahal, ketika makan yang dibutuhkan seseorang adalah mindful eating, yaitu teknik untuk membantu mengelola kebiasaan makan dengan lebih baik. Peneliti Utama Studi Perilaku Makan Mindful and Emotional Eating HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH mengungkapkan, sebanyak 47 persen masyarakat Indonesia masih memiliki kebiasaan emotional eating.

Meski mindful eating lebih besar angkanya, yakni 53 persen, kebiasaan emotional eating ini juga masih menjadi masalah yang harus diperhatikan. Pasalnya, kondisi ini membuat makanan yang dikonsumsi menjadi tidak baik bagi tubuh.

“Sebanyak 53 persen mindful eater dan ini lebih banyak, sementara yang 47 persen ini emotional eater. Ini juga cukup tinggi karena ketika emotional eater, hormon yang keluar itu bisa sebabkan stres sehingga enzimnya tidak bekerja maksimal. Hal ini membuat makanan yang dikonsumsi jadi tidak tercerna dengan baik,” jelas Dr. Ray dalam Diskusi Media bersama HCC, Rabu (24/1/2023).

Sementara itu, jika seseorang melakukan mindful eating, ini akan berdampak baik bagi tubuhnya. Nantinya, saat makan seseorang akan jadi lebih bahagia. Hal ini akan membantu membuat hormon-hormon bahagia keluar sehingga makanan diserap baik oleh tubuh. Jika hal ini terjadi, makan dampak dari makanan sehat itu akan juga baik pada tubuh.

“Mindful eater ini akan terhindar dari stres, nantinya hormon yang keluar hormon bahagia, dopamin, oksitosin, dan lain-lain. Hal ini juga membantu menurunkan risiko terserang berbagai penyakit,” kata Dr. Ray.

Cara menerapkan mindful eating

Untuk menerapkan mindful eating pada dasarnya memang tidak mudah. Namun, hal ini bisa diterapkan dengan berbagai hal di antaranya:

1. Waktu makan yang tepat

Dr. Ray menyarankan, untuk menerapkan mindful eating, seseorang harus bisa menjaga waktu makannya. Artinya, ia harus bisa memiliki jam makan yang jelas.

“Makan besar sesuai dengan timing yang sama gitu ya. Jadi kalau makan pagi, makan siang, makan malam harus jelas. Jangan kemudian hari ini makan siang jam 2, besoknya makan siang jam 4. Jadi keteraturan pola makan itu merupakan praktik awal,” jelasnya.

2. Merekam kebiasaan makan yang baik

Hal lainnya yang penting diperhatikan yaitu merekam kebiasaan baik itu. Maksudnya, dalam diri harus memiliki kesadaran untuk memiliki pola perilaku makan yang baik. Hal ini harus diterapkan pada diri sendiri.

3. Jangan makan sambil bekerja

Usahakan ketika makan, tidak sambil melakukan pekerjaan. Dr. Ray mengatakan, makan sambil menjalankan pekerjaan akan memberikan perasaan stres dan bisa menjadikan seseorang emotional eater. Untuk itu, tidak direkomendasikan makan sambil bekerja.

4. Usahakan tidak diet

Dr Ray mengungkapan 57 persen orang dengan emotional eater sedang dalam masa diet. Dari kebiasaan diet ini akan membuat seseorang ketika makan menjadi tidak mindful. Hal tersebut yang membuat makanan menjadi tidak dicerna dengan baik.

Editor: Bimo Aria Fundrika

Tag:  #persen #masyarakat #indonesia #punya #kebiasaan #emotional #eating #padahal #dampaknya

KOMENTAR