Ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia, Upaya Lestarikan Wastra di Kalangan Gen Z
Peserta grand final Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 di Grand Ball Room Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu 7 September 2024. 
21:25
9 September 2024

Ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia, Upaya Lestarikan Wastra di Kalangan Gen Z

- Masifnya penetrasi budaya asing di Indonesia membuat upaya mengenalkan wastra tenun dan songket di kalangan generasi z (gen z) menjadi tidak mudah.

Namun, menurut pemerhati budaya, Prof Dr Muhammad Hatta upaya tersebut bukan mustahil untuk dilakukan.

Maka, ia menyambut gembira digelarnya ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 yang digagas Prof Anna Mariana selaku Ketua Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara. 

"Mengenalkan tenun dan songket tidaklah mudah. Ini tantangan untuk mencegah agar generasi muda tidak gandrung pada budaya- budaya luar," ujar Hatta yang merupakan pembina Komunitas Indonesia Internasional Fashion Art & UMKM dalam keterangannya, Senin (9/9/2024).

Grand final Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 baru yang saja usai digelar dikatakan Prof Hatta, mempunyai sejumlah target dan sasaran.

"Pertama, membidik serta mendorong keterlibatan generasi muda. Sebab ketika bicara generasi muda, mayoritas saat ini lebih tertarik dengan budaya dan produk-produk luar negeri," lanjut dia.

Karenanya, ajang tersebut mendorong kecintaan dan rasa bangga generasi muda menggunakan wastra tenun, songket sebagai busana ciri khas bangsa.

"Sasaran kedua adalah peran pemerintah harus semakin terlihat. Sebab acara ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas, membantu pembinaan serta edukasi bagi daerah-daerah, kepada para pengrajin (penenun) juga butuh bantuan dari sisi pemasaran. Tentu juga harus dibantu juga dalam hal permodalannya, ketersediaan bahan bakunya. Dalam konteks ini kinerjanya memang kompleks," demikian terangnya.

Lebih daripada itu, menurut Prof. Hatta, kegiatan ini mendorong pelestarian, pengembangan serta pemajuan bagi wastra tradisional tenun dan songket Indonesia.

Ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 adalah event yang kelima. Kegiatan tahunan ini diharapkan tidak berhenti pada budaya wastra saja, namun akan berkembang pada budaya-budaya secara lebih luas lainnya.

Wastra ialah kain tradisional yang sarat akan makna & filosofi budaya Nusantara. Masing-masingnya memiliki ciri khas yang dapat kita bedakan berdasarkan simbol motif, warna, ukuran sampai material, bahan baku, sampai proses pembuatan yang masih dibudayakan secara turun-temurun oleh penenun.

"Kita harapkan ke depannya tenun dan songket ini berkembang pemanfaatannya. Misalnya pada UMKM yang membuatnya menjadi fashion," kata Tjokorda Agung Kusumayudha seusai konferensi pers Grand Final Ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024, Sabtu (7/9/2024).

Lebih lanjut ia mengatakan, selama ini di daerah pengembangan tenun dan songket terwakili oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda). Dengan pembinaan dari istri gubernur dan bupati atau wali kota.

Dia berharap, pengembangannya bukan cuma sekadar pameran terus dibeli oleh aparat pemda. Lalu setelah itu tidak berujung serta berkelanjutan lagi.

"Mereka harus mampu mendatangkan investor, pembeli, sehingga terus tercipta daya belinya yang tidak terbatas suatu waktu sehingga terus berkembang serta berkelanjutan ," harapnya.

Ia juga berharap ke depannya, Grand Final Ajang Putra Putri Tenun Songket Indonesia 2024 dapat menciptakan wawasan kebangsaan , serta sejarah , budaya kedaerahan.

"Jadi cara pandang dan pemahamannya (generasi muda) terhadap budaya lokal lebih baik lebih baik. Lebih paham di tengah serbuan budaya asing yang masuk ke Indoensia," katanya lagi.

Prof .Dr. Hatta kemudian mengingatkan untuk waspada adanya ancaman akuisisi secara ilegal dari negara lain terhadap budaya tenun dan songket kita ciri khas budaya kita indonesia.

"Kan sekarang banyak budaya kita diplagiat, diambil negara lain. Nah kalau ini tidak ada upaya keras untuk menjadikannya sebagai ciri khas Indonesia, serta tidak mendapat perlindungan hukum (Hak Cipta) dari Pemerintah Indonesia, tidak mendapat melindunginya secara legal dan resmi, lama-lama bisa hilang," katanya mengungkap kecemasannya.

Jadi, menurut dia, ini jelas bukan hanya kewajiban penenun tenun dan songket di daeraha, tapi ini merupakan tugas pemerintah.

"Baik kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif maupun kementerian lain-lainnya bisa memberikan bantuan," ucap Prof. Hatta.

Pengunjung melihat pakaian bordir di salah satu stan pada Festival Batik, Bordir dan Tenun Nusantara, di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/8/2024). Pameran yang akan berlangsung hingga 4 Agustus 2024 tersebut memamerkan beragama fesyen berbahan batik, bordir, tenun, songket, dan ecoprint. Acara ini juga diisi dengan talkshow, workshop, dan fashion show. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) *** Local Caption *** 

Pengunjung melihat pakaian bordir di salah satu stan pada Festival Batik, Bordir dan Tenun Nusantara, di Graha Manggala Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (1/8/2024). Pameran yang akan berlangsung hingga 4 Agustus 2024 tersebut memamerkan beragama fesyen berbahan batik, bordir, tenun, songket, dan ecoprint. Acara ini juga diisi dengan talkshow, workshop, dan fashion show. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) *** Local Caption *** (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Pada kesempatan yang sama, Prof Anna mariana mengungkapkan, ada puluhan juta penenun aktif di setiap daerah di Indonesia, yang berada di bawah naungan Yayasan Cinta Budaya Kain Nusantara & Yayasan Putera Puteri Tenun Songket Indonesia.

"Sebelum COVID-19 jumlah yang dibina sebanyak kurang 42-an juta an orang kurang lebih nya, tapi jumlahnya menurun drastis saat pendemi COVID," sebut Anna.

"Ini harus kita dorong lagi. Kami bina selama kurang lebih 37 tahun, kini kondisinya drop dan hancur saat pandemi COVID , persoalannya yang utama , karena tak adanya daya beli," ucap Prof Anna.

Karena itu, lanjut diam perlu diadakan pameran-pameran dan berharap ada dukungan pemerintah upaya penetapan "Hari Tenun Nasional" dan penetapan penggunaan wajib berbusana tenun dan songket setiap minggu bagi seluruh lapisan masyarakat indonesia.

"Kami dorong Presiden dan Pemerintah Indonesia, karena sangat urgent dan sangat penting bagi peningkatan ekonomi para perajin- perajin di daerah-daerah," pungkasnya. 

Editor: Eko Sutriyanto

Tag:  #ajang #putra #putri #tenun #songket #indonesia #upaya #lestarikan #wastra #kalangan

KOMENTAR