Egois! Orang yang Mementingkan Diri Sendiri Biasanya Menunjukkan 9 Kepribadian Ini Menurut Psikologi, Apa Saja?
Kepribadian egois orang yang mementingkan diri sendiri menurut Psikologi. (Pexels/ Andrea Piacquadio)
11:24
9 September 2024

Egois! Orang yang Mementingkan Diri Sendiri Biasanya Menunjukkan 9 Kepribadian Ini Menurut Psikologi, Apa Saja?

 

 Menurut Psikologi, orang yang mementingkan diri sendiri cenderung memiliki kepribadian yang mencerminkan sifat egois. Mereka seringkali fokus pada kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.

Karakteristik seperti ini bisa membuat mereka sulit menjalin hubungan yang sehat dan harmonis dengan orang-orang di sekitar mereka. Dalam banyak kasus, kepribadian egois ini tampak dalam berbagai situasi sosial, di mana mereka lebih memilih mementingkan diri sendiri daripada kesejahteraan bersama.

Memahami tanda-tanda kepribadian ini bisa membantu kamu mengenali dan menghindari dampak negatif dari interaksi dengan orang-orang yang cenderung bersikap sesukanya. Dilansir dari Hack Spirit pada Senin (9/9), dijelaskan bahwa ada delapan kepribadian egois orang yang mementingkan diri sendiri menurut Psikologi.

  1. Jarang menanyakan kehidupan orang lain

Orang yang terlalu fokus pada diri sendiri memiliki kebiasaan yang sangat mencolok: mereka jarang sekali menanyakan tentang kehidupan orang lain. Dalam percakapan, mereka cenderung mendominasi dan menjadikan diri mereka sebagai pusat perhatian.

Mereka kesulitan untuk melihat dunia dari perspektif selain diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka jarang bertanya tentang hari-harimu, perasaanmu, atau pengalamanmu. Jika kamu sering merasa hanya menjadi pendengar dalam percakapan tanpa kesempatan berbagi, kemungkinan kamu sedang berhadapan dengan seseorang yang terlalu fokus pada dirinya sendiri.

  1. Menguasai percakapan

Bayangkan seorang teman yang selalu mendominasi obrolan setiap kali kalian bertemu. Dia terus-menerus membicarakan dirinya sendiri - masalahnya, pencapaiannya, dunianya - tanpa memberi kesempatan kamu untuk berbagi. Perilaku ini merupakan ciri khas orang yang terlalu fokus pada diri sendiri.

Mereka cenderung menguasai percakapan, memusatkan perhatian pada cerita, ide, dan pendapat mereka sendiri. Seringkali mereka mengabaikan atau mengecilkan apa yang ingin disampaikan orang lain. Dominasi percakapan semacam ini mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk melihat nilai dalam pengalaman dan pemikiran orang lain.

  1. Kurang empati yang tulus

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain, suatu sifat yang seringkali kurang dimiliki oleh orang-orang yang terlalu fokus pada diri sendiri. Penelitian dalam bidang psikologi telah menunjukkan adanya hubungan kuat antara tingginya tingkat narsisme (bentuk ekstrem dari fokus berlebihan pada diri sendiri) dengan rendahnya tingkat empati.

Ketika berinteraksi dengan orang seperti ini, kamu mungkin akan merasakan bahwa mereka kesulitan untuk benar-benar berempati dengan pengalaman atau emosimu. Mereka mungkin bisa menunjukkan simpati - mengekspresikan kesedihan atas masalahmu - tapi empati melangkah lebih jauh dari itu. Empati adalah tentang berbagi perasaan, bukan sekadar mengakuinya.

  1. Sering memotong pembicaraan

Pernahkah kamu berada di tengah-tengah bercerita atau mengungkapkan pendapat, lalu tiba-tiba dipotong? Orang yang terlalu fokus pada diri sendiri memiliki kebiasaan untuk memotong pembicaraan. Mereka merasa bahwa pikiran, pendapat, dan cerita mereka lebih penting atau lebih menarik daripada orang lain.

Perilaku ini bukan berarti setiap orang yang memotong pembicaraan selalu terlalu fokus pada diri sendiri - terkadang kita semua bisa terlalu bersemangat dan menyela dengan terburu-buru. Namun, jika seseorang terus-menerus memotong pembicaraan, terutama tanpa pengakuan atau permintaan maaf, itu bisa menjadi tanda orang yang terpusat pada diri sendiri.

  1. Sering berperan sebagai korban

Hidup memang terkadang memberikan tantangan kepada kita semua. Namun, cara kita menghadapi kesulitan-kesulitan itulah yang benar-benar menentukan siapa kita. Orang yang terlalu fokus pada diri sendiri cenderung memposisikan diri sebagai korban.

Mereka sering menganggap diri mereka sebagai sasaran, bahkan dalam situasi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka.

Alih-alih bertanggung jawab atas tindakan mereka atau mengakui peran mereka dalam situasi bermasalah, mereka akan mengalihkan kesalahan dan menjadikannya tentang diri mereka sendiri. Ini adalah mekanisme pertahanan, cara untuk mendapatkan simpati dan perhatian.

  1. Kesulitan memberi pujian tulus

Pujian adalah cara indah untuk mengungkapkan kekaguman dan membawa kegembiraan bagi orang lain. Kita semua senang menerimanya, tetapi memberikannya dengan tulus juga sama pentingnya.

Namun, kamu mungkin memperhatikan bahwa individu yang terlalu fokus pada diri sendiri kesulitan melakukan hal ini. Mereka mahir dalam memuji diri sendiri tetapi sering kesulitan ketika harus memuji orang lain dengan tulus.

Ini bukan tentang menghitung siapa yang lebih banyak memberi pujian. Ini tentang kemampuan untuk mengakui dan menghargai kualitas, prestasi, atau usaha orang lain tanpa mengaitkannya kembali dengan diri sendiri.

  1. Lebih banyak mengambil daripada memberi

Pernahkah kamu merasa selalu membantu seorang teman? Setiap kali dia membutuhkan sesuatu, entah itu nasihat, bantuan, atau hanya seseorang untuk mencurahkan isi hati, kamu selalu ada untuknya.

Tapi ketika situasinya berbalik, dia jarang ada untukmu. Hubungan yang sehat dibangun atas keseimbangan. Mereka berkembang dengan adanya rasa saling menghormati dan pemahaman bahwa kedua belah pihak akan saling mendukung dan mengangkat satu sama lain. Namun, dengan individu yang terlalu fokus pada diri sendiri, keseimbangan ini sering kali miring.

  1. Terlalu kompetitif

Sedikit persaingan yang bersahabat bisa menjadi hal yang menyenangkan dan memotivasi. Ini bisa mendorong kita untuk meningkatkan diri dan berusaha mencapai kesuksesan.

Namun, ketika seseorang mengambil setiap kesempatan untuk mengubah bahkan hal-hal yang paling sepele menjadi kontes, itu mungkin menjadi tanda fokus berlebihan pada diri sendiri.

Individu yang terlalu fokus pada diri sendiri sering memiliki kebutuhan yang intens untuk menang, menjadi yang terbaik, atau diakui sebagai yang superior. Ini bisa muncul dalam berbagai cara, seperti selalu ingin memiliki kata terakhir dalam diskusi, terus-menerus mengalahkan prestasi orang lain, atau mengubah aktivitas santai menjadi kompetisi yang sengit.

  1. Kurang kesadaran diri

Mungkin ciri yang paling mencolok dari seseorang yang terlalu fokus pada diri sendiri adalah kurangnya kesadaran diri. Mereka sering gagal mengenali bagaimana tindakan dan perilaku mereka memengaruhi orang lain.

Mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka mendominasi percakapan, kurang berempati, atau lebih banyak mengambil daripada memberi. Tanpa kesadaran diri, sulit untuk tumbuh dan berubah.

Jadi jika seseorang dalam hidupmu menunjukkan perilaku-perilaku halus yang telah kita bahas tetapi tampaknya sama sekali tidak menyadari dampaknya, itu merupakan indikator kuat dari fokus berlebihan pada diri sendiri yang melekat.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #egois #orang #yang #mementingkan #diri #sendiri #biasanya #menunjukkan #kepribadian #menurut #psikologi #saja

KOMENTAR