Trump Beri Kebebasan ke Israel untuk Menyerang Tepi Barat, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata di Gaza?
Pasukan Israel (IDF) menangkap warga Palestina di Jenin, Tepi Barat saat operasi militer besar-besaran di wilayah tersebut, Kamis (23/1/2025) dini hari. IDF menerapkan eksekusi di tempat terhadap warga Palestina yang mereka curigai sebagai anggota milisi perlawanan. 
20:12
24 Januari 2025

Trump Beri Kebebasan ke Israel untuk Menyerang Tepi Barat, Bagaimana Nasib Gencatan Senjata di Gaza?

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah memberi 'lampu hijau' kepada Israel untuk melakukan serangan di Tepi Barat.

Dukungan ini membuat Israel berharap bahwa nantinya Trump akan memberikan lampu hijau kepada negara pendudukan untuk mencaplok Tepi Barat.

Selama masa jabatan pertamanya, Trump menjauh dari solusi dua negara dan berpihak pada Israel dengan cara yang lebih jelas.

Ia juga telah mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke kota yang diduduki.

AS juga mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Tak hanya itu, AS telah melunakkan pendiriannya terhadap permukiman ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki, meninggalkan posisinya selama empat dekade bahwa permukiman itu "tidak sesuai dengan hukum internasional".

Bahkan, utusan Trump untuk PBB, Elise Stefanik telah mendukung pandangan kontroversial bahwa Israel memiliki "hak alkitabiah" atas Tepi Barat.

Dikutip dari Middle East Monitor, Stefanik secara terbuka mendukung posisi yang dipegang oleh menteri sayap kanan Israel seperti Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir, yang mendukung kedaulatan Israel atas Tepi Barat yang diduduki berdasarkan klaim Alkitab.

Ketika didesak oleh Senator Chris Van Hollen untuk berbagi pandangan Smotrich mengenai hak-hak alkitabiah atas seluruh Tepi Barat dan apakah ia percaya bahwa Israel telah diberi wilayah itu oleh Tuhan, Stefanik secara eksplisit menegaskan posisinya dengan jawaban "ya".

Van Hollen mencatat bahwa pandangan seperti itu bahkan tidak dianut oleh para pendiri Israel, yang merupakan "Zionis sekuler, bukan Zionis religius".

Posisi Stefanik sejalan dengan faksi politik sayap kanan Israel, yang berupaya menciptakan kembali apa yang mereka anggap sebagai batas-batas kuno Alkitab, yang secara efektif mengabaikan sejarah dua ribu tahun dan hukum internasional saat ini.

Penafsiran ini digunakan untuk membenarkan perluasan pemukiman ilegal di Wilayah Pendudukan.

Selama sidang, Stefanik secara khusus menghindari pengakuan langsung atas hak Palestina untuk menentukan nasib sendiri.

Sambil menyatakan bahwa "rakyat Palestina berhak atas hak asasi manusia", ia mengalihkan pertanyaan tentang hak mereka untuk menentukan nasib sendiri dengan berfokus pada kritik terhadap Hamas.

Nasib Gencatan Senjata di Gaza

Pasca serangan Israel di Tepi Barat, banyak yang menyebut tindakan ini akan merusak kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza.

Selama empat hari berturut-turut, tentara Israel melancarkan serangan militer besar-besaran ke Kota Jenin, Tepi Barat dengan dalih melenyapkan "perlawanan Palestina".

Sejauh ini, tentara Israel telah menewaskan sekitar 12 warga Palestina, termasuk anak-anak, dan memaksa ratusan keluarga mengungsi dari rumah mereka.

Serangan Israel terhadap Jenin mendorong banyak penduduk di Jalur Gaza yang dilanda perang untuk mengungkapkan rasa takut yang semakin besar bahwa serangan di Tepi Barat dapat meluas kembali ke daerah kantong pantai yang terkepung itu.

Berbicara kepada The New Arab, warga Palestina di Gaza berpendapat bahwa kejahatan Israel di Jenin bertujuan untuk memprovokasi perlawanan Palestina di Gaza untuk meluncurkan roket.

Hal itu berarti bahwa gencatan senjata yang rapuh akan segera berakhir.

"Kami hampir tidak punya waktu untuk bernapas sejak gencatan senjata dimulai beberapa hari lalu."

"Kami masih terjebak dalam masa depan yang tidak diketahui, jadi kami tidak sanggup menanggung perang lagi," kata Om Ismail, seorang perempuan Palestina yang mengungsi di Deir al-Balah.

"Kini kami mendengar tentang penderitaan di Jenin, dan rasanya hanya masalah waktu sebelum bom kembali jatuh di sini. Saya takut perang akan kembali terjadi," kata ibu tiga anak itu.

Di tengah meningkatnya ketegangan, banyak warga di Gaza mendesak Hamas dan faksi bersenjata Palestina lainnya untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat menyebabkan perang yang menghancurkan lagi.

Setelah mengalami konflik berulang kali, warga Palestina di Gaza sangat waspada terhadap konsekuensi bencana dari permusuhan yang baru terjadi.

Meskipun ada seruan untuk menahan diri, pejabat senior Hamas telah mengulangi peringatan kepada Israel mengenai kekerasan yang terus berlanjut di Tepi Barat yang diduduki.

"Darah rakyat kami di Jenin tidak akan diabaikan. Gaza siap membela semua tanah Palestina, dan perlawanan akan dilakukan, jika perlu," kata seorang pejabat senior Hamas yang berkantor di Turki.

"Agresi terhadap rakyat kami di Tepi Barat merupakan kelanjutan dari kejahatan pendudukan Zionis. Kekerasan sistematis ini hanya akan memperkuat tekad perlawanan," imbuhnya.

Ia juga meminta negara-negara Arab dan Islam untuk menekan Israel agar menghentikan perangnya terhadap Palestina.

"Di Palestina, ada tempat-tempat suci Islam yang bukan hanya milik Palestina tetapi juga milik semua umat Islam. Kami (Hamas) tidak tahu mengapa seluruh dunia tetap bungkam terhadap kejahatan Israel," tegasnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Editor: Nuryanti

Tag:  #trump #beri #kebebasan #israel #untuk #menyerang #tepi #barat #bagaimana #nasib #gencatan #senjata #gaza

KOMENTAR