Pengadilan Kriminal Internasional Tunda Penerbitan Surat Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kiri) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan). 
21:40
24 Juli 2024

Pengadilan Kriminal Internasional Tunda Penerbitan Surat Penangkapan Netanyahu dan Gallant

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) memutuskan untuk menunda penerbitan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Yoav Galant,

Kedua petinggi pemerintahan Israel itu dituduh melakukan kejahatan perang di Gaza.

ICC menunda penerbitan surat penangkapan keduanya dengan dalih untuk memberikan kesempatan pendapat hukum lebih lanjut.

Pengadilan Kriminal Internasional itu mengatakan, langkah tersebut diambil setelah lebih dari 60 negara dan organisasi meminta penundaan penerbitan keputusan untuk menyampaikan keberatan mereka terkait permintaan penangkapan tersebut.

"Pengadilan menambahkan, mereka memberikan waktu kepada negara bagian dan pihak yang berkeberatan hingga 6 Agustus untuk menyampaikan pendapat mereka ke kantor Jaksa Agung Karim Khan," kata laporan Khaberni, Rabu (24/7/2024).

Mei lalu, Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengajukan permintaan ke pengadilan untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan atas tuduhan melakukan kejahatan perang dan genosida terhadap kemanusiaan, sehubungan dengan perang di Gaza dan serangan tanggal 7 Oktober lalu, terhadap Netanyahu dan Gallant. 

Khan mengatakan pada saat itu bahwa Perdana Menteri Israel dan Menteri Pertahanannya memikul tanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Amir Khan menambahkan bahwa bukti menyimpulkan bahwa para pejabat Israel secara sistematis merampas hak-hak dasar kehidupan warga Palestina, dan bahwa Netanyahu dan Gallant terlibat dalam penyebab penderitaan dan kelaparan warga sipil di Gaza.

Netanyahu tiba di Washington pada awal kunjungannya di mana ia akan menyampaikan pidato di Kongres pada hari Rabu, dan menggambarkan kunjungannya sebagai “penting pada saat Israel berperang di 7 front.”

Warga Palestina memeriksa kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel terhadap rumah mereka di desa Khuzaa, dekat Abasan sebelah timur Khan Yunis dekat pagar perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza selatan pada 27 November 2023, di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Warga Palestina memeriksa kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel terhadap rumah mereka di desa Khuzaa, dekat Abasan sebelah timur Khan Yunis dekat pagar perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza selatan pada 27 November 2023, di tengah gencatan senjata antara Israel dan Hamas. (KATA KHATIB/AFP)

Tiga Aduan Baru

Terkait kejahatan perang tersebut, Delegasi pengacara akan mengajukan tiga pengaduan baru terhadap Israel ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada Rabu (24/7/2024).

Delegasi pengacara ini dipimpin oleh Jill Duffer, Abdel Majeed Marari, Issa Goltaslar dan Khaled Al-Shouli.

"Pengaduan pertama berkaitan dengan serangan (Israel) pada 8 Juni 2024 di kamp Nuseirat, yang menyebabkan syahidnya 274 warga Palestina dengan tujuan membebaskan 4 tahanan dalam serangan itu," kata juru bicara tim kuasa hukum, Dr. Abdul Majeed Marari, dalam sebuah pernyataan pada Selasa (23/7/2024).

Pengaduan kedua berkaitan dengan Dr. Adnan Al-Bersh, ahli bedah ortopedi Palestina terkenal, yang ditangkap pada 14 November 2023 saat menjalankan tugas medis dan kemanusiaan di Rumah Sakit Al-Awda.

Dr. Adnan Al-Bersh tidak diadili dalam kerangka hukum ketika ditangkap, dan pengaduan ke ICC atas masalah itu akan disampaikan atas nama saudaranya yang telah memberi kuasa kepada tim kuasa hukum.

Pengaduan ketiga disampaikan oleh Dr. Muhammad Abu Salamiya, seorang dokter anak dan direktur Rumah Sakit Al-Shifa, yang ditangkap pada tanggal 15 November 2023 dengan tuduhan palsu bahwa ia memiliki pangkalan militer yang dilindungi oleh rumah sakit tersebut.

Selama diculik, Dr. Muhammad Abu Salamiya langsung menjadi sasaran penyiksaan dan penganiayaan di dua penjara Israel, seperti diberitakan Alghad TV.

Israel tidak dapat membuktikan tuduhan terhadapnya dan dia dibebaskan bersama 50 orang lainnya pada tanggal 1 Juli 2024.

Di sela-sela proses peradilan di markas besar Mahkamah Pidana Internasional tersebut, tim pengacara akan mengadakan rapat kerja dengan Departemen Korban di ICC, guna menyelenggarakan pembelaan kolektif dan individu terhadap jumlah korban yang sangat besar, yang sejauh ini 756 warga Palestina di Gaza telah terdaftar dan daftarnya masih panjang.

Selain itu, laporan rinci pertama mengenai dampak perang terhadap kesehatan mental diterbitkan oleh Program Kesehatan Mental Komunitas Gaza (GCMHP).

Laporan tersebut mengidentifikasi dampak buruk trauma perang terhadap seluruh penduduk Jalur Gaza dan Departemen Korban akan membahas bagaimana Pengadilan Kriminal Internasional dapat menangani kasus-kasus kesehatan yang kompleks.

IDF Tembaki Warga Palestina Karena Bosan

Adapun Kelompok perlawanan Palestina Hamas meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki pengakuan tentara Israel baru-baru ini tentang kejahatan perang yang dilakukan selama pertempuran di Jalur Gaza.

Hamas mengajukan permohonan tersebut pada hari Rabu (10/7/2024), dua hari setelah media Israel +972 Magazine dan Local Call menerbitkan laporan rinci dari mantan tentara Israel.

Mantan tentara Israel itu menceritakan bagaimana mereka menembakkan senjata mereka karena "bosan" dan menganggap warga Palestina yang terlihat sebagai ancaman.

“Pengakuan tentara pendudukan Zionis dan konfirmasi mereka bahwa mereka diberi lampu hijau oleh para pemimpin tentara pendudukan teroris untuk melakukan kejahatan paling keji, seperti menembaki warga sipil tak bersenjata, membakar dan menghancurkan rumah di Gaza, memerlukan tindak lanjut yang serius oleh Kantor Kejaksaan Pengadilan Kriminal Internasional,” ungkap Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir PressTV.

Keenam tentara Israel yang diwawancarai itu, menceritakan bahwa meerka secara rutin mengeksekusi warga sipil terutama karena mereka telah memasuki wilayah yang ditetapkan sebagai “zona terlarang” oleh IDF.

Para tentara mengatakan lingkungan mereka dipenuhi dengan mayat warga sipil, yang dibiarkan membusuk atau dimakan hewan liar.

Mereka menyebut bahwa tentara Israel hanya menyembunyikan jenazah menjelang kedatangan konvoi bantuan internasional.

Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024. Tentara Israel (IDF) di satuan Brigade Givati ​​berdiri di atas sebuah tank di Rafah timur di Jalur Gaza selatan, dalam gambar selebaran yang dirilis pada 10 Mei 2024. (Kredit foto: Pasukan Pendudukan Israel)

"Jika pasukan melihat seseorang mendekat dan tidak tahu apakah mereka bersenjata atau menimbulkan ancaman, maka kami diperbolehkan menembak pada pusat massanya (tubuhnya), bukan ke udara," kata seorang tentara yang diidentifikasi sebagai B.

"Kami dibolehkan menembak siapa saja, seorang anak muda, gadis, wanita tua," lanjutnya.

Hamas mengatakan praktik kriminal yang dilakukan pasukan Israel menjadikan warga sipil tak bersenjata sebagai “target hiburan".

Mereka juga mengecam komunitas internasional karena gagal mengambil tindakan hukuman terhadap rezim fasis Israel, yang telah melanggar semua aturan selama serangan gencar di Gaza.

Israel melancarkan serangan berdarahnya ke Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 38.295 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza, dan melukai 88.241 lainnya.

Baru-baru ini, The Lancet, sebuah jurnal medis umum terkemuka, memperkirakan bahwa jumlah korban tewas akibat agresi Israel bisa mencapai 186.000 atau bahkan lebih karena banyak warga Palestina yang terkena dampak tidak langsung dari perang Gaza.

Operasi tentara Israel di Kota Gaza

Sementara itu, pertempuran dan pemboman mengguncang kota terbesar Gaza pada hari Kamis (11/7/2024), kata seorang koresponden AFP.

Lebih dari 300 unit pemukiman dan lebih dari 100 pertokoan hancur.

Hamas mengatakan pasukan Israel telah mundur dari distrik Shujaiya di bagian timur Kota Gaza.

Saksi mata mengatakan tank dan tentara telah bergerak ke wilayah lain di Kota Gaza.

Seorang koresponden AFP melaporkan serangan udara di lingkungan Sabra, sementara militan terlibat dalam bentrokan sengit dengan pasukan Israel di Tel al-Hawa.

Meningkatnya pertempuran, pemboman dan pengungsian terjadi ketika perundingan gencatan senjata diadakan di Qatar.

Namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Kamis menuntut agar Israel mempertahankan kendali atas wilayah utama Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir.

Hal itu bertentangan dengan posisi Hamas yang menyatakan bahwa Israel harus menarik diri dari seluruh wilayah Gaza setelah gencatan senjata.

Tag:  #pengadilan #kriminal #internasional #tunda #penerbitan #surat #penangkapan #netanyahudan #gallant

KOMENTAR