Netanyahu: Gencatan Senjata Tak Berarti Perang Berhenti, Israel Selalu Siap Balas Serangan Hizbullah
Ia menekankan Israel akan menangani dengan tegas setiap pelanggaran terhadap perjanjian ini.
"Kami sekarang berada dalam gencatan senjata, dan saya menekankan bahwa ini adalah gencatan senjata, bukan akhir perang," kata Netanyahu dalam sesi khusus pemerintah yang diadakan di kota Nahariya, Selasa (3/12/2024).
"Tujuan kami jelas, yaitu memulihkan populasi dan membangun kembali wilayah utara tinju dan hadapi pelanggaran apa pun, berapa pun ukurannya," lanjutnya.
Ia menolak tuduhan Hizbullah yang mengatakan Israel baru-baru ini melanggar gencatan senjata yang dimulai pada Rabu (27/11/2024) pekan lalu dan mengatakan sebaliknya.
"Kemarin, pelanggaran serius terjadi, dan sebagai tanggapannya, kami menyerang lebih dari 20 sasaran di Lebanon," lanjutnya.
Netanyahu menambahkan, pemerintahannya tidak akan membiarkan kembalinya kondisi yang terjadi sebelum 6 Oktober 2023.
"Kami tidak akan kembali ke negara yang menerima peluncuran rudal atau ledakan rudal secara berkala, tidak peduli seberapa terbatasnya," katanya.
Ia menekankan, pemerintahannya akan berupaya untuk mendorong banyak proyek yang bertujuan untuk membangun kembali kota-kota yang terkena dampak dan meningkatkan investasi di bagian utara negara itu.
Netanyahu Puji Donald Trump setelah Kecam Hamas
Netanyahu berterima kasih kepada Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, atas sikapnya yang ia gambarkan "kuat" dalam menanggapi nasib sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
"Ini adalah pernyataan yang memperjelas ada satu orang yang bertanggung jawab atas situasi ini, yaitu Hamas," katanya.
"Israel tidak akan berhenti bekerja sampai para tahanan baik yang hidup maupun yang mati ditemukan kembali," lanjutnya.
Pemerintah AS yang menjadi sekutu utama Israel akan kembali dipimpin oleh Donald Trump untuk masa jabatan kedua.
Sebelumnya, Donald Trump mengecam Hamas yang merilis video tentang 33 sandera yang tewas karena serangan udara Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Donald Trump mengancam akan ada "Neraka" di Timur Tengah yang merujuk pada Gaza, jika para sandera tidak dibebaskan.
"Jika para sandera tidak dibebaskan sebelum 20 Januari 2025, tanggal saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ADA NERAKA YANG HARUS DIBAYAR di Timur Tengah, dan bagi mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman terhadap Kemanusiaan ini," tulis Donald Trump di media sosial TRUTH, Senin (2/12/2024).
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 44.502 jiwa dan 105.454 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (3/12/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #netanyahu #gencatan #senjata #berarti #perang #berhenti #israel #selalu #siap #balas #serangan #hizbullah