10 Desa di Lebanon Masih Jadi 'Zona Merah' Pasca Israel-Hizbullah Gencatan Senjata
Kedua pihak harus mematuhi perjanjian tertulis yang memerintahkan mereka untuk menghentikan serangan.
Pada fase pertama yang tidak boleh lebih dari 60 hari, pemerintah Lebanon akan "membersihkan" infrastruktur dan persenjataan tidak sah di wilayahnya.
Tentara Israel (IDF) mengumumkan selama fase itu, warga Lebanon yang sebelumnya mengungsi dari perbatasan selatan dilarang memasuki 10 desa yang masuk daftar hitam Israel.
“Sampai pemberitahuan lebih lanjut, Anda dilarang bergerak ke selatan ke garis desa-desa berikut dan sekitarnya, dan juga di dalam desa-desa itu sendiri: Shebaa, Al-Habbariyeh, Marjayoun, Arnoun, Yahmar , Al-Qantara, Shaqra, Bara'shit, Yater, dan Al-Mansouri,” kata juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, di media sosial X, Rabu.
"Tentara Israel tidak bermaksud untuk menargetkan Anda (penduduk Lebanon), dan sehingga pada tahap ini Anda dilarang kembali ke rumah Anda dari jalur ini ke selatan sampai pemberitahuan lebih lanjut,” lanjutnya.
Ia menekankan tentara Israel masih mengawasi daerah perbatasan Lebanon selatan dan dapat menembak siapa pun yang bergerak di wilayah tersebut.
“Setiap orang yang bergerak ke selatan dari jalur ini, dia menempatkan dirinya dalam bahaya," katanya.
Ancaman serupa juga disebutkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat Israel (IDF), Herzi Halevy.
“Anggota Hizbullah dilarang mendekati pasukan kami, daerah perbatasan, dan desa-desa yang terletak di daerah yang telah kami identifikasi akan menjadi sasaran," kata Herzi Halevy, Kamis (28/11/2024).
Ia memperingatkan Hizbullah dan siapa pun yang memasuki wilayah tersebut dapat dikategorikan sebagai sasaran.
“Ada kekuatan di lapangan, pasukan darat dan dari Komando Utara. Mereka adalah yang pertama menghadapi orang-orang yang kembali ke desa-desa dalam keadaan pencegahan, dengan tembakan dan kemampuan dari udara," lanjutnya.
"Ada pasukan di udara sepanjang waktu, dan pasukan angkatan laut yang mengumpulkan informasi dan juga mampu menyerang di sektor barat,” tambahnya, seperti diberitakan MTV Lebanon.
Prancis dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS), yang menengahi gencatan senjata Israel dan Hizbullah berkomitmen untuk mengawasi jalannya perjanjian itu.
Serangan Hizbullah di Israel utara dimulai pada 8 Oktober 2023 sebelum akhirnya Hizbullah dan Israel menyetujui gencatan senjata pada 27 November 2024.
Gencatan senjata Hizbullah dan Israel ini menyusul serangan Israel ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024).
Sebelumnya, Hizbullah menuntut Israel untuk mencapai gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza terlebih dahulu sebelum menghentikan serangan di Israel utara.
Menanggapi kabar tersebut, Hamas menerima keputusan Hizbullah yang telah mencapai gencatan senjata dengan Israel.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 44.249 jiwa dan 104.746 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (27/11/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Mayadeen.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #desa #lebanon #masih #jadi #zona #merah #pasca #israel #hizbullah #gencatan #senjata