Iran: Israel Rugi Besar di Lebanon, Netanyahu Terpaksa Setujui Gencatan Senjata dengan Hizbullah
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. 
14:20
28 November 2024

Iran: Israel Rugi Besar di Lebanon, Netanyahu Terpaksa Setujui Gencatan Senjata dengan Hizbullah

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengatakan gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, sekali lagi telah menghancurkan mitos tentang ketangguhan Israel.

Abbas Araghchi mengatakan Israel yang disebut-sebut memiliki kekuatan militer yang tak terkalahkan kini tunduk dan menyetujui gencatan senjata dengan Hizbullah.

"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memohon gencatan senjata setelah rezim menderita kerugian besar di Lebanon selatan," katanya pada Rabu (27/11/2024) malam di akun X miliknya, beberapa jam setelah gencatan senjata berlaku antara Israel dan Hizbullah.

Menurutnya, Israel telah memeras sekutunya, Amerika Serikat (AS), yang memberikan bantuan militer untuk mendanai perangnya.

Namun, sekutu Israel terus memaksa Netanyahu untuk mengakhiri serangannya di Lebanon selatan karena jumlah korban jiwa yang meningkat.

"Selama setahun terakhir, Netanyahu telah memeras puluhan miliar dolar dari para pembayar pajak AS untuk mendanai kejahatan perangnya, sembari menikmati dukungan militer dan perlindungan politik penuh dari AS. Ia masih dipaksa untuk memohon gencatan senjata, setelah banyaknya korban di Lebanon selatan," lanjutnya.

Menteri Iran tersebut juga mendesak Israel agar mencapai gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza.

"Hizbullah sekali lagi menghancurkan mitos tentang Israel yang tak terkalahkan. Sudah saatnya bagi Israel untuk menerima kekalahan di Gaza juga," tambahnya.

Israel dan sekutunya menuduh Iran terlibat dalam mendukung kelompok perlawanan termasuk Hizbullah dan Hamas melalui bantuan dari Pasukan Quds yang tergabung dalam Garda Revolusi Iran (IRGC).

Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Serangan Hizbullah di Israel utara dimulai pada 8 Oktober 2023 sebelum akhirnya Hizbullah dan Israel menyetujui gencatan senjata pada 27 November 2024.

Gencatan senjata Hizbullah dan Israel terjadi setelah Israel memperluas serangannya ke Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024).

Sebelumnya, Hizbullah menuntut Israel untuk mencapai gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza terlebih dahulu.

Namun, Hamas kini menerima keputusan Hizbullah yang telah mencapai gencatan senjata dengan Israel.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 44.249 jiwa dan 104.746 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (27/11/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Mayadeen.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Editor: Nuryanti

Tag:  #iran #israel #rugi #besar #lebanon #netanyahu #terpaksa #setujui #gencatan #senjata #dengan #hizbullah

KOMENTAR