5 Warga Asing di Jepang termasuk dari Indonesia Ikut Pelatihan Antisipasi Bencana
Lefrina Sinaga (Indonesia) yang tinggal di pusat Kota Kashiwara Jepang sedang mempelajari lokasi pengungsian korban gempa di Kashiwara-cho, Kota Tanba, Prefektur Hyogo Jepang. 
09:40
6 Maret 2024

5 Warga Asing di Jepang termasuk dari Indonesia Ikut Pelatihan Antisipasi Bencana

- Asosiasi Pertukaran Internasional mengadakan pelatihan terkait antisipasi bencana alam kepada warga asing, termasuk warga Indonesia yang berdomisili di Kota Tamba Hyogo Jepang.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai proses evakuasi dan lokasi pengungsian yang harus dituju apabila terjadi bencana alam seperti gempa yang terjadi di Semenanjung Noto Prefektur Ishikawa awal Januari lalu.

Pelatihan berlangsung di pusat Komunitas Kashiwabara dan dihadiri oleh lima warga asing dan 12 pegawai Kota Tamba.

Mereka mempertimbangkan persiapan khusus, seperti memastikan pusat evakuasi terdekat dari rumah mereka.

Untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain selain lima peserta, poin-poin yang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah kota dan asosiasi telah diungkapkan semua kepada orang asing itu, termasuk warga Indonesia.

Ini adalah pertama kalinya diadakan sesi pelatihan bertema bencana, partisipasi masyarakat yang belajar bahasa Jepang, dan partisipasi pegawai kota.

Salah satu warga Indonesia yang mengikuti pelatihan ini adalah Lefrina Sinaga yang tinggal di pusat Kota Kashiwara.

Lefrina bekerja di sebuah institusi medis di Kota Kashiwara.

"Pusat evakuasi pertama yang dibuka jika terjadi bencana adalah Pusat Komunitas Bencana Kashiwara. Ada pegawai kota di sana. Ada baiknya datang ke sini karena ada informasi di sana. Berbahaya kalau air di sungai banyak, jadi silakan pergi ke Balai Lingkungan Kashiwara daripada ke Kashiwara Community Center," ungkap Lefrina Sinaga.

Lefrina mengaku tidak khawatir dengan bencana alam.

"Saya tidak terlalu khawatir tentang bencana, karena saya bisa memahaminya secara sederhana lewat berbagai informasi di Jepang ini," ujarnya.

Hingga akhir Januari 2024 terdapat 1.241 warga asing di kota tersebut atau satu dari 49 penduduk.

Pendukung dan peserta didik bekerja sama memikirkan bagaimana cara menyampaikan dan memahami informasi seperti instruksi evakuasi yang akurat dalam bahasa Jepang sederhana.

Pejabat kota yang terlibat dalam operasi pusat evakuasi juga memasuki lokasi dan memeriksa lokasi tempat pengungsian terdekat dengan rumah pelajar Indonesia, Vietnam, dan Tiongkok dengan melihat peta.

Mereka memilih lokasi dengan risiko sungai dan tanah longsor yang rendah, dan merencanakan rute untuk mencapai pusat evakuasi berdasarkan skenario seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi.

Masyarakat yang tinggal di lantai atas (lantai dua ke atas) juga disarankan untuk tetap tinggal di rumah mereka daripada mengungsi saat banjir.

Terhadap pertanyaan “Bencana apa yang menurut Anda akan terjadi di Kota Tamba?”, pelajar Indonesia dan Vietnam menjawab, “Topan”.

Seorang siswa mengatakan belum pernah mengalami gempa bumi di negara asalnya.

"Ini adalah pengalaman pertama saya di Jepang," kata dia.'

Natsuyo Yanagita, kepala divisi staf Kota Tamba, bertanya, "Apa yang harus kami lakukan dan dalam bentuk apa kami harus mempermudah informasi menjangkau penduduk asing?

Lalu pihak Asosiasi mengatakan, "Warga asing yang informasi kontaknya memiliki kontak dapat diberitahukan melalui grup LINE, namun asosiasi hanya mengetahui sebagian kecil dari mereka. Jika kami terkena dampak bencana, kami memiliki informasi kontak. Kami tidak akan mampu mengirimkan informasi bahkan kepada masyarakat."

Oleh karena itu pihak Asosiasi menyerukan kepada pemerintah untuk menyebarkan informasi dalam berbagai cara.

Naoki Yamaguchi, presiden Asosiasi Pertukaran Internasional, mengatakan, "Mereka tidak tahu banyak tentang bencana Gempa Bumi Besar di Jepang Timur. Kali ini, kami memiliki staf kota yang bergabung dengan kami, dan kami dapat bertukar informasi kontak secara pribadi dengan para peserta, yang mengarah pada interaksi di antara mereka."

"Yang paling dapat diandalkan adalah jaringan manusia. Itu adalah pertemuan yang sangat bagus. Kita perlu terus berupaya bagaimana cara menyampaikan informasi kepada orang lain selain para peserta lima orang yang bisa hadir ini, dan bagaimana menjalin hubungan dengan orang-orang," ujarnya sambil mengungkapkan signifikansi dan tantangannya.

Sementara itu bagi para UKM Handicraft dan pecinta Jepang yang mau berpameran di Tokyo dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: [email protected] Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsapp.

Editor: Dewi Agustina

Tag:  #warga #asing #jepang #termasuk #dari #indonesia #ikut #pelatihan #antisipasi #bencana

KOMENTAR