Semua Pelabuhan Israel Remuk, Yordania: Tak Ada Jembatan Darat dari Negara Kami ke Tel Aviv
KLAIM PALSU - Peta jalur yang diklaim Trucknet menunjukkan jalur transportasi darat yang menghubungkan Israel dengan kawasan Teluk sebagai alternatif pengganti jalur pelayaran Laut Merah yang diblokade Houthi Yaman. Sebuah investigasi menyatakan kalau klaim ini palsu dan Yordania membantah ada jembatan darat penghubung negara tersebut dengan Israel. 
17:20
26 Pebruari 2024

Semua Pelabuhan Israel Remuk, Yordania: Tak Ada Jembatan Darat dari Negara Kami ke Tel Aviv

Pada hari Minggu, Perdana Menteri Yordania Bisher Al-Khasawneh menyatakan, tidak ada jembatan darat untuk mengangkut barang ke Israel melalui Yordania.

Khaberni melaporkan, Al-Khasawneh mengklarifikasi kalau tidak ada jembatan darat maupun laut dari Yordania, dan pengaturan transportasi ke dan dari Yordania tidak berubah selama lebih dari 25 tahun.

Sumber di kementerian transportasi, industri, dan perdagangan Yordania menyatakan pada Sabtu (24/2/2024) kalau klarifikasi tersebut dikaitkan klaim media dan platform sosial Israel mengenai keberadaan jembatan darat alternatif ke Laut Merah.

Jalur darat ini melewati pelabuhan Dubai, Arab Saudi, dan Yordania untuk mengangkut barang-barang ke Israel.

"(Kabar adanya jembatan sebagai bagian dari jalur darat ini) Sepenuhnya salah," tulis pernyataan kementerian Yordania tersebut.

Sumber tersebut mengatakan kepada Kantor Berita Yordania, Petra, kalau posisi Amman jelas dalam mendukung warga Palestina dan mendukung mereka melalui segala cara.

Sumber tersebut membantah klaim tersebut dan menyatakan kalau tujuan unggahan yang mgklaim adanya jalur darat melalui Yordania tersebut adalah untuk "mengganggu pendirian teguh Yordania mengenai agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza."

Klaim oleh Trucknet, Perusahaan Data Bukan Transportasi atau Pelayaran

Seperti diketahui, ekonomi Israel memang terpukul oleh blokade Laut Merah yang dilakukan kelompok Angkatan Bersenjata dan Kelompok Ansarallah Houthi Yaman sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan Rakyat Palestina.

Israel yang tadinya mengandalkan pelabuhan mereka di Asdod dan Askalan pusat utama impor minyak dan persenjataan, harus beralih ke Eilat, wilayah pendudukan mereka di paling Selatan karena dua pelabuhan utama tersebut digempur secara intensif oleh Poros Perlawanan, baik itu Hizbullah Lebanon, Houthi Yaman, Perlawanan Islam di Irak dan Suriah, maupun faksi-faksi perlawanan Palestina itu sendiri semisal Hamas dan PIJ.

Namun, belakangan Pelabuhan Eilat pun tak aman dari serangan poros perlawanan.

Sebuah drone tak dikenal menghantam bangunan di Kota Eilat, Israel. Sebuah drone tak dikenal menghantam bangunan di Kota Eilat, Israel. (HO)

Di tengah kesulitan ekonomi dan semua masalah yang dihadapi pendudukan Israel, muncullah sebuah perusahaan bernama Trucknet, yang meskipun terkesan seperti namanya, adalah perusahaan data, bukan perusahaan transportasi atau pelayaran.

Trucknet mengklaim kalau mereka telah membangun jembatan darat yang menghubungkan pendudukan Israel ke Teluk, yaitu Uni Emirat Arab, melalui Yordania.

Jalur ini akan memungkinkan masuknya bahan makanan dan barang-barang penting lainnya ke wilayah Israel (Palestina yang diduduki).

Klaim berarti Israel mempunyai alternatif lain selain jalur transportasi via Laut Merah.

Klaim ini juga menyatakan blokade di Laut Merah tidak akan terlalu berdampak lagi terhadap wilayah tersebut.

"Klaim tersebut, tentu saja, beredar di media sosial dan meningkatkan ketegangan intra-Arab, dengan jutaan kecaman menimpa Yordania dan UEA dan menuntut agar jembatan darat ini dihilangkan," tulis laporan al-mayadeen.

Belakangan, investigasi yang dilakukan Mondoweiss menemukan kalau sama seperti Israel, klaim adanya jembatan darat tersebut mungkin merupakan sebuah kepalsuan yang digunakan oleh entitas pendudukan Israel untuk meyakinkan investor mereka kalau semuanya baik-baik saja dan bahwa perekonomian Israel tidak sepenuhnya runtuh.

Semua Pelabuhan 'Rusak Parah'

Faktanya, ekonomi Israel memang tidak baik-baik saja.

Media Israel dalam sebuah laporan menyatakan kalau semua pelabuhan di wilayah pendudukan Israel mengalami kerusakan parah akibat serangan angkatan bersenjata Yaman yang terafiliasi kelompok Ansarallah (Houthi) di Laut Merah.

Kerusakan parah yang dimaksud adalah melambatnya kegiatan perekonomian di masing-masing ​pelabuhan Israel.

Situs Israel, i24news dalam sebuah laporan hari Selasa (20/2/2024) menyatakan, operasi Angkatan Bersenjata Yaman di Laut Merah memotong mata rantai ekonomi Israel.

Houthi Yaman melakukan Blokade Laut Merah sebagai bentuk dukungan atas perlawanan milisi pembebasan Palestina di Gaza melawan agresi Israel.

"Ini memberikan pukulan yang menyakitkan pada perusahaan pelayaran Israel dan kolaboratornya," tulis laporan itu dikutip dari PT, Selasa (21/2/2024).

Menurut media Israel ini, tindakan militer dan operasi pasukan Yaman memblokade Laut Merah menyebabkan perusahaan transportasi Israel tidak melewati Selat Bab Al-Mandab dan harus memutar melalui jalur lain yang lebih jauh.

"Kapal-kapal mencapai pelabuhan Israel (dengan risiko bengkaknya biaya) sebanyak tiga kali lipat dari sebelumnya," kata laporan itu.

Tal Goldstein, Kepala Departemen Perencanaan Strategis Pelabuhan Haifa kepada media Israel mengatakan kalau Blokade Laut Merah oleh Houthi dan Angkatan Bersenjata Yaman secara langsung berdampak pada aktivitas pelabuhan Israel.

"Kami terkena dampak dari tindakan tersebut, misalnya kapal yang seharusnya tiba di pelabuhan Haifa sepekan akan tiba setelah tiga pekan," kata Goldstein. 

"Kondisi keamanan telah menyebabkan perusahaan asuransi mengenakan lebih banyak bea masuk untuk peti kemas, dan saat ini biaya asuransi telah mencapai lebih dari 65 persen nilai kapal, sedangkan biaya perjalanan waktu dan waktu kedatangan barang telah meningkat beberapa kali lipat dan risiko serangan juga harus diperhitungkan selama perjalanan ini," tegasnya.

TERBAKAR DAN TENGGELAM - Kapal Inggris Rubymar terbakar di Teluk Aden setelah diserang beberapa rudal oleh kelompok Houthi Yaman di Teluk Aden, di dekat Selat Bab Al-Mandab. Kapal akhirnya rusak parah dan akhirnya tenggelam TERBAKAR DAN TENGGELAM - Kapal Inggris Rubymar terbakar di Teluk Aden setelah diserang beberapa rudal oleh kelompok Houthi Yaman di Teluk Aden, di dekat Selat Bab Al-Mandab. Kapal akhirnya rusak parah dan akhirnya tenggelam (tangkap layar twitter)

Ingatkan Eropa Jangan Main Api di Laut Merah

Pasukan Yaman telah berjanji untuk terus menyerang kapal-kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju wilayah pendudukan Israel di Laut Merah sampai Israel menghentikan serangannya di Gaza.

Penyerangan kapal Amerika dan Israel terjadi pada saat Mohammad Abd al-Salam, juru bicara tim perunding pemerintah nasional Yaman menekankan kalau pelayaran internasional di Laut Merah dan Bab Al-Mandab aman.

Dia meminta negara-negara Eropa tidak mengikuti propaganda Amerika untuk memberikan tekanan terhadap Israel untuk menghentikan agresi militer di Gaza.

Abdus Salam juga menambahkan, “Jika bukan karena dukungan Amerika, Inggris dan beberapa negara Eropa, rezim Zionis tidak dapat melanjutkan kejahatannya terhadap bangsa Palestina,”.

Mohammed Ali al-Houthi, anggota senior Dewan Politik Tertinggi Yaman memperingatkan Uni Eropa agar tidak “mendukung kejahatan Amerika untuk melindungi [Israel]” setelah peluncuran resmi misi angkatan laut Aspides di Laut Merah.

“Bagi orang Eropa, jangan bermain api. Ambil pelajaran dari Inggris,” kata , melalui media sosial pada 20 Februari.

“Anda tidak memerlukan dukungan setan Amerika dalam melindungi entitas pendudukan sehingga dapat memusnahkan rakyat Gaza tanpa gangguan,” tambah Houthi, menekankan bahwa “navigasi internasional aman.”

Pesannya menyusul pengumuman Brussel tentang peluncuran resmi operasi angkatan laut UE dengan nama sandi Aspides – bahasa Yunani yang berarti perisai.

“Saya menyambut baik keputusan hari ini… Eropa akan menjamin kebebasan navigasi di Laut Merah, bekerja sama dengan mitra internasional kami. Selain respons terhadap krisis, ini merupakan langkah menuju kehadiran Eropa yang lebih kuat di laut untuk melindungi kepentingan Eropa,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melalui media sosial.

Prancis, Jerman, Italia, dan Belgia mengatakan mereka akan menyumbangkan kapal ke misi UE untuk mendukung Israel.

Diplomat utama UE, Josep Borrell, menggambarkan misi tersebut sebagai “tindakan berani untuk melindungi kepentingan komersial dan keamanan UE dan komunitas internasional.”

Dengan mandat yang awalnya ditetapkan selama satu tahun, Aspides akan mengerahkan kapal perang UE dan sistem peringatan dini lintas udara ke Laut Merah, Teluk Aden, dan perairan sekitarnya. Menurut para pejabat di Brussel, misi tersebut hanya bersifat defensif, dan pasukannya tidak akan mengambil bagian dalam serangan pimpinan AS terhadap Yaman.

(oln/jn/almydn/*)

Aspides berkumpul setelah beberapa anggota NATO terbukti ragu-ragu atau langsung menolak untuk bergabung dengan Operation Prosperity Guardian (OPG) yang gagal.

Di bawah payung OPG, dan sebagai respons terhadap kampanye maritim pro-Palestina yang dilancarkan Yaman akhir tahun lalu, AS dan Inggris telah mengebom Yaman ratusan kali sejak 12 Januari, yang merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan hukum internasional.

Menurut Wakil Laksamana AS Brad Cooper, konflik Washington melawan Yaman di Laut Merah adalah salah satu pertempuran terbesar yang dilakukan angkatan laut AS sejak akhir Perang Dunia II.

“Saya pikir Anda harus kembali ke Perang Dunia II di mana Anda memiliki kapal-kapal yang terlibat dalam pertempuran,” kata Cooper kepada 60 Minutes CBS News dalam sebuah wawancara yang disiarkan Minggu. “Saat saya bilang terlibat dalam pertempuran, di mana mereka tertembak, kita tertembak, dan kita balas menembak,” lanjutnya.

Cooper, wakil komandan Komando Pusat AS (CENTCOM), mengungkapkan Pentagon telah mengirimkan sekitar 7.000 pelaut ke Laut Merah. CBS melaporkan bahwa angkatan laut AS menembakkan sekitar 100 rudal permukaan-ke-udara standar terhadap rudal dan drone Yaman.

Namun demikian, tindakan Washington tidak banyak memberikan efek jera bagi angkatan bersenjata Yaman, yang terus menargetkan kapal-kapal komersial di Laut Merah yang memiliki hubungan dengan Israel, Amerika Serikat, dan Inggris.

Menanggapi upaya AS untuk menggalang negara-negara sekutunya untuk berperang melawan Yaman, para pejabat di Sanaa telah bersumpah bahwa angkatan bersenjata Yaman tidak akan mundur.

“Yaman menunggu pembentukan koalisi paling kotor dalam sejarah untuk terlibat dalam pertempuran paling suci dalam sejarah. Bagaimana persepsi negara-negara yang bergegas membentuk koalisi internasional melawan Yaman untuk melindungi pelaku genosida Israel?” Politbiro Ansarallah Mohammed al-Bukhaiti mengatakan pada bulan Desember.

'Jangan bermain api' Yaman memperingatkan UE saat Brussel memulai misi Laut Merah.

Kapal perang UE telah berangkat ke Laut Merah, tempat angkatan laut AS melancarkan konflik terbesar sejak akhir Perang Dunia II untuk mendukung Israel.

Tag:  #semua #pelabuhan #israel #remuk #yordania #jembatan #darat #dari #negara #kami #aviv

KOMENTAR