Pidato Duka di Ulang Tahun Naruhito, Pesan Haru Disampaikan untuk Korban Gempa Nato, Jepang
Suasana di acara ulang tahun Kaisar Jepang Naruhito di Istana Kekaisaran di Tokyo pada hari Jumat (23/2/2024). (Tomohiro Ohsumi/Pool Photo via AP)
07:42
25 Februari 2024

Pidato Duka di Ulang Tahun Naruhito, Pesan Haru Disampaikan untuk Korban Gempa Nato, Jepang

 

 - Kaisar Jepang Naruhito, menyampaikan duka cita dalam pidato perdananya pasca gempa dahsyat melanda Koto, Jepang.

Naruhito mengungkapkan duka, kesedihan, dan empatinya terhadap korban tragedi gempa dahsyat yang melanda Jepang awal tahun 2024 lalu, saat merayakan ulang tahunnya yang ke-64 pada Jumat (23/2) lalu.

Dalam pidato tersebut, sang kaisar menyatakan rasa prihatin dan doanya untuk kesembuhan para korban gempa bumi yang terjadi pada tanggal 1 Januari 2024, serta menyatakan niatnya untuk mengunjungi wilayah yang terkena dampak untuk memberikan dukungan moral.

Kegiatan tahunan pidato nasional Naruhito untuk Tahun Baru telah dibatalkan karena gempa bumi tersebut. Meski begitu, kaisar dan istrinya belum mengunjungi lokasi bencana tersebut.

Menurut pernyataan Istana kepada NHK Television, keduanya merasa perlu menunggu waktu yang tepat agar kunjungan mereka tidak mengganggu pemulihan, dan rencananya untuk melakukan perjalanan ke sana pada akhir Maret mendatang.

Di tengah cuaca dingin dan hujan, para pendukung berkumpul di Istana Kekaisaran Tokyo untuk menyambut pidato dari Kaisar Naruhito. Ditemani oleh istrinya, Permaisuri Masako, putri tunggal mereka Aiko, dan anggota keluarga lainnya.



Kaisar memberikan belasungkawa kepada korban meninggal akibat gempa di Semenanjung Noto pada bulan lalu, serta mengungkapkan simpati mendalam kepada keluarga yang berduka dan mereka yang terdampak oleh bencana tersebut.

Dari balkon istana, Naruhito mengucapkan harapannya agar semua orang dapat menemukan kedamaian di musim semi yang akan datang.

Gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 7,6 skala richter yang terjadi pada Tahun Baru telah menelan korban sebanyak 241 jiwa dan menyebabkan lebih dari 12.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Sementara itu, sembilan orang masih belum ditemukan hingga saat ini. Proses rekonstruksi di daerah pedesaan, terutama yang dihuni oleh lansia dan dikenal dengan kerajinan pernis Wajima serta kerajinan tangan lainnya berjalan lambat.

Dalam video yang dipublikasikan oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran pada hari Jumat, Naruhito dan Masako terlihat mengagumi kotak-kotak pernis dari Noto.

Mereka berdiri di depan nampan pernis bundar besar dan vas tembikar Suzu, karya seni dari daerah tersebut.

Dalam konferensi pers yang direkam dan dirilis pada hari yang sama, Naruhito juga menyatakan keinginannya untuk mengunjungi wilayah tersebut bersama Masako.



“Situasi sulit ini masih terus berlanjut, namun saya sangat berharap banyak orang akan memberikan dukungan untuk kemajuan pemulihan dan rekonstruksi," ujar Naruhito, dilaporkan dari Abc News, Sabtu (24/2).

Naruhito, yang akan segera merayakan ulang tahun kelima kenaikannya ke Takhta Krisan pada tanggal 1 Mei, menyatakan bahwa dia berusaha untuk tetap dekat dengan masyarakat. Namun, langkah ini terasa lambat bagi monarki Jepang yang tradisionalnya cenderung tertutup: rencana untuk membuka akun media sosial untuk keluarga Kekaisaran telah dibahas sejak tahun lalu.

Setelah gempa bumi di Noto, Naruhito hanya muncul sekali di depan publik, yaitu saat acara peringatan 150 tahun kepolisian Tokyo pada pertengahan Januari.

Ia juga mencatat bahwa jumlah bangsawan yang dapat menjalankan tugas publik semakin berkurang.

Rumah tangga kekaisaran mengalami penurunan cepat karena peraturan warisan takhta yang hanya mengakui laki-laki, sehingga mengusir bangsawan perempuan yang menikah di luar keluarga.

Naruhito kini hanya memiliki dua calon penerus yang lebih muda, yaitu saudaranya Akishino (58 tahun) dan keponakannya Hisahito (17 tahun). Calon penerus ketiga, pamannya, Pangeran Hitachi, sudah berusia 88 tahun.



Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan monarki Jepang dan mendesak untuk mengizinkan anggota keluarga kerajaan perempuan tetap menjadi bagian dari keluarga setelah menikah atau mewarisi takhta.

Partai konservatif yang berkuasa sedang mempertimbangkan proposal untuk memperluas anggota keluarga, tetapi tetap mempertahankan warisan khusus laki-laki.

Naruhito mengakui bahwa situasi ini merupakan masalah bagi masa depan Keluarga Kekaisaran, tetapi ia menolak untuk berkomentar lebih lanjut mengenai sistemnya karena Kaisar Jepang tidak diperbolehkan terlibat dalam politik.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #pidato #duka #ulang #tahun #naruhito #pesan #haru #disampaikan #untuk #korban #gempa #nato #jepang

KOMENTAR