Mesir Siap Hadapi Semua Skenario Soal Agresi Militer Israel di Rafah
Foto dari udara menunjukkan tenda-tenda pengungsi Palestina di Kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, 31 Desember 2023. 
19:50
13 Februari 2024

Mesir Siap Hadapi Semua Skenario Soal Agresi Militer Israel di Rafah

- Seorang pejabat tinggi pemerintah Mesir, mengatakan kalau Kairo siap untuk menghadapi skenario apa pun yang mungkin terjadi atas situasi di Rafah terkait agresi militer Israel.

Stasiun televisi Al Qahera News, Selasa (13/2/2024) melaporkan, Mesir menyatakan pemerintah mereka mengawasi secara seksama situasi yang terjadi di perbatasan dan Rafah, mengingat tentara Israel (IDF) sudah memulai serangan ke wilayah itu.

 
Menurut keterangan pejabat Mesir, yang dikutip Al Qahera News, pemerintah Kairo, siap menghadapi seluruh skenario yang terkait dengan situasi di Rafah.

Pejabat Mesir itu menjelaskan, "Mesir, mengamati dengan seksama situasi di Rafah, dan siap menghadapi skenario apa pun. Mesir sekali lagi memperingatkan bahaya meluasnya area perang di kawasan Timur Tengah, akibat berlanjutnya serangan Israel ke Jalur Gaza."

Serangan Israel ke Rafah, di selatan Jalur Gaza, sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 100 warga Palestina, gugur, dan ini merupakan serangan pertama setelah ancaman berulangkali Perdana Menteri Israel.

Gumpalan asap muncul selama pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 11 Februari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. Gumpalan asap muncul selama pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 11 Februari 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (KATA KHATIB/AFP)

Kota Rafah, saat ini menampung sekitar 1,4 juta warga Palestina, yaitu setengah dari total populasi penduduk Jalur Gaza, yang berjumlah 2,2 juta jiwa.

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, merespons serangan Israel ke Rafah, dan mengatakan, "Israel, tidak boleh melanjutkan operasi militer di Rafah, tanpa program untuk menjamin keamanan warga sipil."

Asap mengepul selama pemboman Israel di Khan Yunis dari Rafah di Jalur Gaza selatan pada 30 Januari 2024. Asap mengepul selama pemboman Israel di Khan Yunis dari Rafah di Jalur Gaza selatan pada 30 Januari 2024. (AFP)

Tetap Berkomitmen pada Perjanjian Camp David

Sebelumnya dilaporkan, pemerintah Mesir mengatakan berkomitmen untuk menegakkan perjanjian damai dengan Israel

Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan pada Senin kalau negaranya berkomitmen untuk menegakkan perjanjian damai dengan Israel, Anadolu Agency melaporkan.

“Ada perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel, yang telah berlaku selama 40 tahun terakhir, dan kami melakukan kesepakatan dengan percaya diri dan efektif dan akan terus melakukannya pada tahap ini,” kata Shoukry saat konferensi pers dengan timpalannya dari Slovenia, Tanja Fajon di ibu kota Ljubljana.

Pernyataannya muncul setelah laporan sebelumnya di media AS mengklaim kalau Kairo mengancam akan menangguhkan perjanjian damai dengan Israel atas rencana serangan darat di kota Rafah dekat perbatasan dengan Mesir.

Mesir menandatangani Perjanjian Camp David dengan Israel pada tahun 1979 yang menyatakan Tel Aviv menarik diri dari Semenanjung Sinai.

Shoukry mengatakan Kairo berusaha menjadi perantara kesepakatan antara Hamas dan Israel untuk pembebasan sandera dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Tentara Israel berencana melancarkan serangan darat di Rafah, rumah bagi lebih dari 1,4 juta penduduk yang mencari perlindungan dari perang, untuk mengalahkan apa yang disebut Tel Aviv sebagai “batalion Hamas” yang tersisa.

Warga Palestina mencari perlindungan di Rafah ketika Israel menggempur wilayah kantong lainnya sejak 7 Oktober.

Pemboman Israel yang terjadi kemudian telah menewaskan lebih dari 28.340 korban dan menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Perang Israel di Gaza menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, menurut PBB.

Pada akhir tahun 2023, Afrika Selatan mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional, menuduh Israel gagal menjunjung komitmennya berdasarkan Konvensi Genosida 1948.

Dalam keputusan sementaranya pada bulan Januari, pengadilan PBB memutuskan bahwa klaim Afrika Selatan masuk akal.

Mereka memerintahkan tindakan sementara bagi pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan genosida, dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

(oln/anadolu/*)

Tag:  #mesir #siap #hadapi #semua #skenario #soal #agresi #militer #israel #rafah

KOMENTAR