Suriah Gelar Sidang Perdana Kasus Bentrokan Pesisir, Ratusan Tersangka Mulai Diproses
Sidang perdana terhadap sejumlah tersangka yang terlibat dalam bentrokan mematikan di provinsi pesisir Suriah awal tahun ini digelar pada Selasa (18/11). Bentrokan tersebut dengan cepat berkembang menjadi serangan bermotif sektarian.
Menurut laporan media pemerintah sebagaimana dilansir dari Korea Times, 14 orang dihadirkan di Istana Kehakiman Aleppo setelah proses penyelidikan selama satu bulan atas kekerasan yang terjadi pada Maret.
Insiden itu melibatkan bentrokan antara pasukan pemerintah lama dan kelompok yang mendukung Presiden Suriah yang digulingkan, Bashar Assad. Dari hasil investigasi, komite penyelidik merujuk total 563 tersangka untuk diproses di pengadilan.
Dari 14 orang yang disidangkan, tujuh di antaranya disebut sebagai pendukung Assad, sedangkan tujuh sisanya berasal dari pasukan keamanan pemerintahan baru.
Sidang ini digelar di tengah desakan kuat dari masyarakat sipil dan kelompok internasional agar pemerintah baru menunjukkan komitmen pada reformasi peradilan, setelah Suriah berada di bawah kekuasaan otoriter keluarga Assad selama puluhan tahun.
Meskipun sempat diberitakan bahwa dakwaan terhadap para tersangka akan segera dibacakan, hakim justru menutup jalannya sidang dan menjadwalkan ulang persidangan berikutnya pada Desember mendatang.
Tuduhan tersebut dapat mencakup penghasutan, memicu perang saudara, menyerang pasukan keamanan, pembunuhan, penjarahan, dan memimpin geng bersenjata.
Mengingat skala kekerasan dan jumlah tersangka, tidak jelas berapa lama proses ini akan berlangsung.
Dikutip dari Korea Times, bentrokan terjadi pada bulan Maret dipicu setelah kelompok bersenjata sekutu Assad menyerang aparat keamanan pemerintahan baru.
Serangan balasan kemudian berubah menjadi aksi balas dendam sektarian, yang berujung pada pembantaian ratusan warga sipil dari komunitas Alawi, yakni minoritas agama yang banyak bermukim di wilayah pesisir dan memiliki keterkaitan dengan Assad.
Serangan terhadap kelompok Alawi itu semakin menekan posisi Presiden sementara, Ahmad al-Sharaa. Sejak menjabat pada Desember, pemerintahannya berupaya keras keluar dari isolasi diplomatik dan meyakinkan Amerika Serikat untuk mencabut sanksi yang turut memperburuk perekonomian negara tersebut.
Komite investigasi pemerintah pada Juli menyimpulkan bahwa lebih dari 1.400 orang, sebagian besarnya warga sipil, tewas hanya dalam beberapa hari kekerasan sektarian itu berlangsung.
Namun, penyelidikan tersebut menyatakan tidak ditemukan bukti bahwa para pemimpin militer baru Suriah memerintahkan serangan terhadap komunitas Alawi.
Sebaliknya, penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa menilai kekerasan terhadap warga sipil, khususnya yang dilakukan oleh kelompok pro-pemerintah, terjadi secara meluas dan sistematis.
Komisi PBB melaporkan bahwa rumah-rumah di wilayah berpenduduk mayoritas Alawi digerebek, dan para warga ditanyai "apakah mereka Sunni atau Alawi".
Dalam laporannya, komisi itu mengungkapkan bahwa pria dan anak laki-laki Alawi kemudian dibawa pergi untuk dieksekusi. (*)
Tag: #suriah #gelar #sidang #perdana #kasus #bentrokan #pesisir #ratusan #tersangka #mulai #diproses