Populer Internasional: Hizbullah Balas Kematian Arouri dan Tawil - Skandal Megakorupsi Ukraina
Kelompok Hizbullah Lebanon menyerang markas komando Israel di Safad dengan menggunakan drone, sebagai balasan atas tewasnya Arouri dan Tawil.
Konflik antara Hizbullah dan Israel makin masif setelah kedua pemimpin kelompok militan itu tewas.
Intelijen Amerika memprediksi Hizbullah akan memenangkan pertempuran karena kelompok yang didukung Iran itu pernah menang melawan Israel pada tahun 2006 lalu.
Sementara itu, soal perang di belahan dunia lain, Ukraina yang sedang kewalahan menghadapi Rusia, justru ditimpa skandal korupsi di negeri sendiri.
Berikut berita populer internasional selengkapnya.
1. Balas Dendam Tewasnya Arouri dan Tawil, Hizbullah Serang Markas Komando Israel di Safad Pakai Drone
Hizbullah melakukan penyerangan dengan menggunakan drone ke markas Israel di Safad, utara Israel pada Selasa (9/1/2024).
Dikutip dari Al-Arabiya, serangan ini dalam rangka membalas serangan Israel ke ibu kota Lebanon, Beirut yang menewaskan salah satu pimpinan Hamas, Saleh al-Arouri.
Tak hanya itu, serangan tersebut turut wujud balas dendam Hizbullah atas tewasnya salah satu komandannya, Wissam al-Tawil pada Senin (7/1/2024) lalu.
Juru bicara militer Israel pun mengakui adanya serangan di markas di bagian utara negara tersebut.
Namun, dia tidak menjelaskan secara detail terkait lokasi penyerangan itu. Kendati demikian, juru bicara itu mengungkapkan serangan Hizbullah tersebut tidak mengakibatkan kerusakan berarti dan jatuhnya korban.
Di sisi lain, pimpinan deputi Hizbullah, Naim Qassem mengatakan dalam pidatonya di stasiun televisi Lebanon bahwa pihaknya tidak ingin untuk memperluas perang.
2. Pernah Kalah Tahun 2006, Israel Diprediksi akan Keok Lagi Lawan Hizbullah yang Makin Kuat
Intelijen Amerika Serikat (AS) memprediksi Hizbullah bakal menang lagi dalam melawan Israel jika perang besar di antara keduanya kembali terjadi.
Sebelumnya, perang Israel-Hizbullah pernah meletus tahun 2006 silam dan berakhir dengan kemenangan kelompok asal Lebanon itu.
Adapun saat ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memberikan sinyal bahwa dia berencana mengobarkan perang besar melawan Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon.
Sinyal perang itu, membuat khawatir AS yang menjadi sekutu dekat Israel. AS takut Israel malah membuat blunder.
Dilansir Sputnik News, media-media besar asal AS selama beberapa hari terakhir mengabarkan ketakutan AS itu.
“Para pejabat AS khawatir Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memperluas perang di Lebanon sebagai cara untuk mempertahanakan politiknya di tengah kritik di dalam negeri perihal kegagalan pemerintahnya mencegah serangan Hamas tanggal 7 Oktober,” demikiaan pernyataan The Washington Post
“Dalam pembicaraan privat, pemerintahan [Presiden AS Joe Biden] sudah memperingatkan Israel agar tidak melakukan eskalasi signifikan di Lebanon.”
3. Mesir Ancam Israel jika Berani Masuk ke Poros Philadelphia, Perbatasan Palestina
Gambar yang diambil pada 9 Januari 2024 dari perbatasan Israel dengan Jalur Gaza ini menunjukkan tank tentara Israel (kiri) dan pengangkut personel lapis baja (APC) di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (AFP/MENAHEM KAHANA)Mayor Jenderal Militer dan Strategis Mesir, Samir Farag, mengatakan poros Philadephia tidak hanya berada di wilayah Mesir.
Poros Philadelphia termasuk perbatasan di sisi Palestina sepanjang 14 kilometer.
Menurut Perjanjian Camp David (1978), Mesir dan Israel memberlakukan pembatasan jumlah dan kualitatif terhadap penempatan pasukan di kedua sisi, hingga Israel mundur dari Jalur Gaza pada tahun 2005.
Samir Farag menegaskan, jika Israel masuk ke poros Philadelphia maka itu adalah pelanggaran terhadap Perjanjian Camp David.
"Siapa pun yang melakukan celaan di dalam perbatasan Mesir akan dipotong kakinya dan pasukan kami siap untuk itu," kata Samir Farag, Selasa (9/1/2024).
"Jika Israel melanggar Camp David, saya katakan itu akan menjadi berkah dan kedok bagi kami. Kami akan melakukan apa yang kami inginkan di Sinai," lanjutnya.
Pernyataan Samir Farag muncul beberapa hari setelah pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Mantan Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, yang menekankan perlunya Israel mengendalikan poros Philadelphia.
“Israel harus memiliki kendali penuh atas poros tersebut untuk memastikan perlucutan senjata di wilayah tersebut," kata Netanyahu, Sabtu (30/12/2023).
“Poros Philadelphia, atau lebih tepatnya titik pemberhentian selatan (di Gaza), harus berada di bawah kendali kita. Itu harus ditutup. Jelas bahwa pengaturan lain apa pun tidak akan menjamin pelucutan senjata yang kita upayakan," lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera.
4. Lagi Ngos-ngosan Hadapi Rusia, Militer Ukraina Malah Pusing Ditimpa Skandal Megakorupsi
Skandal megakorupsi kini menimpa militer Ukraina di tengah pertempuran melawan Rusia yang tak kunjung usai.
Pada Selasa (9/1/2024), Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov menyebut pihak berwenang telah mendeteksi adanya dugaan korupsi besar-besaran di dalam militer negaranya.
Di media sosial Facebook, Umerov mengatakan proses audit yang dilakukan Kementerian Pertahanan telah mengungkap tindak korupsi.
Nilai korupsi itu bahkan sudah mencapai 10 miliar hryvnia atau sekitar Rp 4,07 triliun hanya dalam 4 bulan terakhir. Angka itu bahkan belum termasuk tindak korupsi sebelumnya.
Menurut Umerov, Dinas Keamanan Ukraina bersama dengan Kementerian Pertahanan juga membongkar rencana korupsi.
Korupsi itu terkait dengan pembelian amunisi senilai 1,5 miliar hyrvinia atau sekitar Rp 611 miliar.
“Berita tentang kasus penahanan dan kejahatan yang kalian lihat belakangan ini adalah sebuah perubahan,” kata Umerov dikutp dari Anadolu Agency.
(Tribunnews.com)
Tag: #populer #internasional #hizbullah #balas #kematian #arouri #tawil #skandal #megakorupsi #ukraina