Tiongkok Capai Tonggak Kemandirian Energi Global lewat Terobosan Reaktor Garam Cair Berbahan Bakar Thorium
Tiongkok menandai langkah besar dalam transformasi energi global melalui keberhasilan mengembangkan reaktor garam cair berbahan bakar thorium pertama di dunia. Inovasi ini, hasil penelitian Shanghai Institute of Applied Physics di bawah Chinese Academy of Sciences (CAS), dinilai sebagai lompatan strategis menuju kemandirian energi dan pengurangan emisi karbon secara berkelanjutan.
Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (4/11/2025), reaktor tersebut berhasil mengubah thorium-232 menjadi uranium-233, sebuah proses yang dikenal sebagai konversi “breeding” bahan bakar nuklir. Pencapaian ini menandai keberhasilan teknis pertama di dunia untuk sistem reaktor garam cair berbahan bakar thorium dan menjadi bukti nyata bahwa teknologi tersebut layak dioperasikan secara berkelanjutan.
Dalam pernyataannya, CAS menegaskan bahwa hasil tersebut “membuktikan kelayakan teknis pemanfaatan sumber daya thorium dalam sistem reaktor garam cair dan membuka jalan bagi era baru energi nuklir bersih.” Reaktor ini juga menjadi satu-satunya fasilitas aktif di dunia yang mampu memanfaatkan thorium secara langsung sebagai sumber energi nuklir.
Keberhasilan ini memiliki arti strategis bagi Tiongkok. Negara tersebut diketahui memiliki cadangan thorium yang sangat besar, termasuk di wilayah Mongolia Dalam, yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi nasional lebih dari 1.000 tahun.
“Melalui pencapaian ini, Tiongkok kini memimpin lini depan global dalam teknologi nuklir generasi keempat,” ujar Prof. Xu Hongjie, kepala proyek TMSR di Shanghai Institute of Applied Physics.
Reaktor garam cair (Thorium Molten Salt Reactor atau TMSR) berbeda dari reaktor air bertekanan konvensional. Bahan bakar nuklirnya berbentuk cairan garam fluoride yang berfungsi ganda sebagai pendingin dan medium reaksi.
Proses ini memungkinkan thorium diubah langsung menjadi uranium-233 di dalam reaktor tanpa perlu penghentian operasi untuk pengisian ulang bahan bakar. Hal ini meningkatkan efisiensi, mengurangi limbah radioaktif, serta menghilangkan kebutuhan air pendingin yang besar.
Sejak mencapai kritisitas pertama, atau kondisi ketika reaksi fisi berantai di dalam reaktor menjadi mandiri dan berkelanjutan, pada 11 Oktober 2023, reaktor berdaya 2 megawatt ini telah beroperasi stabil dan mencapai daya penuh pada 17 Juni 2024. Pemerintah Tiongkok kini tengah mempersiapkan pembangunan reaktor demonstrasi berkapasitas 100 megawatt di Gurun Gobi, dengan target penerapan komersial sekitar tahun 2035.
Para analis menilai langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang Beijing untuk mencapai kemandirian energi dan memperkuat posisi sebagai pemimpin global dalam teknologi energi bersih.
“Tiongkok berpotensi menjadi negara pertama yang mengintegrasikan energi nuklir generasi baru dengan sistem energi terbarukan secara nasional,” tulis laporan SCMP.
Namun demikian, sejumlah tantangan teknis masih membayangi. Pengujian material pada suhu tinggi, stabilitas sistem dalam jangka panjang, serta tata kelola limbah radioaktif tetap menjadi fokus utama riset lanjutan. Meski begitu, banyak pakar menilai bahwa keberhasilan ini menandai “awal dari era baru” bagi sektor energi nuklir global.
Pada akhirnya, keberhasilan Tiongkok mengembangkan reaktor garam cair berbahan bakar thorium bukan hanya menandai pencapaian ilmiah, tetapi juga perubahan arah strategis dalam kebijakan energi nasional. Langkah ini memperkuat posisi negara tersebut sebagai pionir dalam inovasi energi bersih yang berkelanjutan dan menjadi penanda penting dalam upaya global menuju masa depan bebas karbon. (*)
Tag: #tiongkok #capai #tonggak #kemandirian #energi #global #lewat #terobosan #reaktor #garam #cair #berbahan #bakar #thorium