Kisah Haru Perjalanan Terakhir Dr Prateek Joshi dan Keluarganya: Dari LDR Enam Tahun hingga Gugur dalam Tragedi Pesawat Air India
Selfie terakhir Dr Prateek Joshi bersama istri dan ketiga anaknya di dalam pesawat sebelum kecelakaan. (X/@ImtiazMadmood)
15:09
14 Juni 2025

Kisah Haru Perjalanan Terakhir Dr Prateek Joshi dan Keluarganya: Dari LDR Enam Tahun hingga Gugur dalam Tragedi Pesawat Air India

Dunia medis di India tengah berduka setelah tragedi jatuhnya pesawat Air India 171 di Ahmedabad, Kamis (12/6/2025), yang menewaskan seluruh penumpang. Salah satu keluarga korban adalah Dr Prateek Joshi, seorang radiologis asal Udaipur, Rajasthan, yang kehilangan nyawanya bersama sang istri, Dr Komi Vyas, dan ketiga anak mereka: Miraya (8), serta si kembar Pradyut dan Nakul (5). 

Mereka tengah dalam perjalanan untuk memulai kehidupan baru di London setelah enam tahun hidup terpisah. Selama enam tahun terakhir, Dr Joshi menjalani kehidupan sebagai perantau di London. Di sana, ia bekerja sebagai konsultan radiologis dan mengurus seluruh dokumen hukum serta visa agar keluarganya bisa menyusul. 

Istrinya tetap bekerja sebagai dokter patologi di India, dan anak-anak mereka tumbuh besar di tengah jarak dan rindu. Namun, semangat menyatukan keluarga membuatnya terus bertahan dan mempersiapkan segala hal dengan cermat.

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Dr Komi mengundurkan diri dari rumah sakit tempatnya bekerja, dan ketiga anak mereka berpamitan kepada teman-temannya. Mereka naik pesawat Air India 171 dengan tiket satu arah menuju harapan akan awal baru. 

Dilansir dari Times of India, Sabtu (14/6/2025), sebelum keberangkatan, Dr Joshi sempat mengirimkan foto selfie bersama keluarganya ke grup WhatsApp keluarga. Foto itu disertai pesan penuh harap: “Pemberhentian berikutnya: Rumah.” Namun, pesawat yang mereka tumpangi tak pernah tiba di London. Kecelakaan tragis tersebut merenggut seluruh nyawa penumpang di dalamnya.

Tragedi ini mengguncang dua institusi pendidikan kedokteran yang pernah membentuk Dr Joshi: Jawaharlal Nehru Medical College (JNMC) di Belagavi dan Sri Devaraj Urs Academy of Higher Education and Research di Kolar. Di JNMC, ia menyelesaikan studi MBBS antara 2000–2005, lalu melanjutkan program pascasarjana di bidang radiologi di Kolar antara 2008–2010. Setelah itu, ia melanjutkan karier dan meraih FRCS di London.

“Ia adalah mahasiswa yang brilian, pekerja keras, dan sangat melek teknologi. Kami sangat kehilangan,” kata Dr NS Mahantashetti, Rektor JNMC, seperti dikutip Times of India. Ia juga mengungkapkan bahwa Dr Joshi telah mengonfirmasi kehadirannya dalam reuni perak angkatan 2005 yang akan digelar September mendatang melalui grup WhatsApp alumni.

Di kampus Kolar, suasana berkabung sangat terasa. Para dosen, mahasiswa, dan tenaga medis berkumpul memberi penghormatan terakhir. Mereka menaburkan bunga dan mengheningkan cipta satu menit untuk mengenang dedikasi almarhum. “Ia penuh rasa ingin tahu dan berdedikasi untuk memahami setiap detail medis yang bisa menyembuhkan pasien. Semangat kemanusiaannya sangat menginspirasi,” ujar Dr Sarala, Kepala Departemen Farmakologi dan Direktur Akademik di sana.

Duka juga dirasakan rekan-rekan seangkatannya. Dr Iranagouda Patil, dokter anak di Belagavi dan teman satu angkatan MBBS, mengaku sangat terpukul. “Dia aktif di grup alumni kami. Sebelum berangkat ke London empat tahun lalu, ia sempat meminta saya mengurus surat keterangan dari kampus. Kami tak pernah menyangka itu adalah persiapan menuju perpisahan terakhir,” ucapnya.

Dr Joshi dikenal bukan hanya sebagai dokter yang cerdas, tetapi juga ayah dan suami penuh kasih. Ia dengan sabar mempersiapkan kepindahan keluarganya ke London setelah bertahun-tahun terpisah. Impian sederhana untuk hidup bersama itu tinggal sejengkal lagi—namun tak pernah terwujud.

Kisah keluarga ini menggoreskan duka mendalam. Bagi dunia medis, Dr Prateek Joshi adalah contoh profesional muda dengan masa depan cemerlang. Bagi keluarga dan sahabat, ia adalah pribadi tulus, penuh semangat, dan tidak kenal lelah memperjuangkan cinta dan keluarga. “Kami kehilangan sosok yang seharusnya bisa memberi kontribusi besar bagi dunia medis,” kata Dr Mahantashetti.

Kini, doa dan air mata menjadi satu-satunya penghormatan terakhir bagi keluarga Joshi. Mereka tak pernah sampai ke rumah baru yang dijanjikan, tetapi dunia akan mengenang perjuangan dan cinta luar biasa mereka. Perjalanan hidup yang semula menuju harapan, berakhir dalam duka, namun meninggalkan warisan keteladanan yang tak ternilai.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #kisah #haru #perjalanan #terakhir #prateek #joshi #keluarganya #dari #enam #tahun #hingga #gugur #dalam #tragedi #pesawat #india

KOMENTAR