Pakar Militer Ungkap Cara Israel Merudal Pimpinan Komando Hizbullah di Lantai Dua Bawah Tanah 
Lokasi serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon pada 20 September 2024. Serangan ini menewaskan dua dari 20 komandan pasukan elite Radwan Hizbullah yang tengah menggelar rapat di fasilitas lantai dua bawah tanah gedung tersebut. 
00:00
22 September 2024

Pakar Militer Ungkap Cara Israel Merudal Pimpinan Komando Hizbullah di Lantai Dua Bawah Tanah 

Pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, Nidal Abu Zaid memberikan analisisnya tentang penargetan sel dari unit elite Pasukan Radwan Hizbullah oleh Israel pada Jumat (20/9/2024).

Abu Zaid mengatakan, kematian dua pimpinan komando pasukan elite ini merupakan pukulan terberat yang diterima Hizbullah sejak organisasi itu didirikan.

Abu Zaid mengindikasikan, Israel menggunakan cara non-konvensional dalam serangan ke Beirut kali ini.

"Kita sedang menghadapi bentuk baru operasi (militer Israel) yang digambarkan sebagai operasi non-konvensional," katanya dilansir Khaberni, Sabtu (21/9/2024).

Menurut Abu Zaid, cara non-konvensional yang dimaksud adalah Israel mengandalkan cara kerja intelijen dan divisi teknologi militer.

"Tampaknya pasukan pendudukan Israel bekerja secara bertahap," kata Abu Zaid menjelaskan. 

Dia menjabarkan, pada setiap tahap, militer Israel akan mengevaluasi sejauh mana respons Hizbullah dan tingkat efisiensi tempurnya.

"Operasi tahap selanjutnya, tergantung hasil tahap sebelumnya," kata dia menganalisis cara kerja operasi militer Israel.

Bangunan runtuh akibat serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, Jumat 20 September 2024 Bangunan runtuh akibat serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, Jumat 20 September 2024 (via Al Mayadeen)

Tahu Persis Tanggal Kumpul dan Kelemahan Gedung 

Abu Zaid mengonfirmasi, ada yang lebih mencolok dari penetrasi intelijen Israel ini, yakni menyasar gedung tempat pimpinan Unit Radwan berada lantai dua di bawah tanah. 

Serangan Israel kali ini, kata dia, tidak hanya soal penetrasi keamanan dengan pengetahuan tentang tanggal (waktu serangan) tersebut. 

Seperti diketahui, Israel menyebut, serangan dilakukan saat 20 komandan pasukan Hizbullah berkumpul di sebuah fasilitas bawah tanah di gedung yang menjadi target serangan.

Tambahan informasi, lokasi pertemuan para komandan Hizbullah itu disebutkan terjadi di lantai dua bawah tanah.

"Ada juga inspeksi dan pengintaian terhadap gedung tersebut selama beberapa waktu, sehingga intelijen Israel mengetahui cara yang paling tepat untuk mencapai lantai bawah tanah kedua," katanya.

Operasi intelijen pra-serangan yang dilakukan oleh pihak Israel, kata Abu Zaid, berisiko sangat tinggi.

"Memeriksa gedung dan mengetahui bahwa garasi parkir adalah titik terlemah di mana rudal pesawat dapat mencapai tempat pertemuan, dan pemeriksaan di sini lebih berbahaya daripada pelanggaran keamanan," katanya.

Abu Zaid menambahkan, pihak militer Israel juga berupaya tidak memberikan ruang bagi Hizbullah untuk mengatur ulang barisannya setelah serangan ledakan massal pager dan perangkat komunikasi secara menyeluruh di Lebanon.

"Garis komando (Hizbullah) bersifat vertikal dan tengah fokus di tingkat atas. Israel memulai serangan dengan menargetkan bagian bawah piramida organisasi partai dengan menyerang anggota partai yang memiliki perangkat pager dan kemudian pindah ke tingkat atas dari mereka yang memiliki perangkat keynote. 

Serangan ke tingkat atas yang dimaksud adalah penargetan pada hari Jumatkemarin yang menyasar para pemimpin Unit Radwan, salah satu unit Hizbullah yang paling penting dan rahasia.

Seorang prajurit Israel (IDF) berlari untuk berlindung saat roket Hizbullah menghantam wilayah pendudukan utara Israel. Seorang prajurit Israel (IDF) berlari untuk berlindung saat roket Hizbullah menghantam wilayah pendudukan utara Israel. (khaberni/HO)

Rantai Komando Solid 

Abu Zaid menjelaskan, rantai pengambilan keputusan di Hizbullah sangat kuat. Dan meski sistem komando dan kendalinya dihancurkan dalam waktu 72 jam, sistem persenjataan dan persenjataan militer tidak mengalami kerugian besar.

Dia menjelaskan, hal ini bisa menjadi faktor bagi Hizbullah untuk "Memulihkan rantai komando pengambilan keputusan dan membangun sistem komando dan kendali dengan cepat, sehingga gerakan tersebut akan mungkin dapat mereproduksi operasinya terhadap bagian utara wilayah Israel pada tingkat yang sama atau kurang dari sebelum serangan".

Terbukti, Hizbullah mampu membalas secara cepat dengan menargetkan pangkalan udara dan pangkalan rudal Israel di utara.

Pun begitu, Abu Zaid mengindikasikan kalau Hizbullah tidak akan melakukan pembalasan besar-besaran, setidaknya dalam waktu dekat.

"Karena mereka menyadari bahwa mereka tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut yang mungkin berdampak pada struktur organisasi gerakan," katanya.

Abu Zaid menambahkan bahwa Israel menang secara taktis, namun kalah secara strategis dalam palagan kali ini dengan membandingkan persamaan untung dan rugi di semua medan pertempuran yang tengah dihadapi pasukan Israel (IDF).

"Mereka mencoba menyerang melalui operasi militer di utara (Lebanon) untuk menutupi kerugiannya di selatan, di Gaza dan Tepi Barat," kata Abu Zaid.

 

(oln/khbrn/*)
   

Tag:  #pakar #militer #ungkap #cara #israel #merudal #pimpinan #komando #hizbullah #lantai #bawah #tanah

KOMENTAR