'Gaza Not For Sale', Warga Amerika Turun ke Jalan Usai Trump Bilang AS Mau Ambil Alih Gaza
BERDEMO - Tangkap layar video Warga Amerika Serikat (AS) berdemo di Washington DC, AS, Rabu (5/2/2025) menetang rencana Presiden Donald Trump yang mau mengambil alih Gaza. Seruan Trump ini terjadi saat Israel gagal mencapai targetnya seusai agresi militer selama 15 bulan di wilayah kantung Palestina tersebut. 
20:30
6 Februari 2025

'Gaza Not For Sale', Warga Amerika Turun ke Jalan Usai Trump Bilang AS Mau Ambil Alih Gaza

Warga Amerika Serikat (AS) turun ke jalan di Washington, DC, memprotes rencana Presiden Donald Trump untuk mengambil "kepemilikan jangka panjang" atas Jalur Gaza.

Gaza not for sale! (Jalur Gaza tidak untuk dijual),” teriak para pengunjuk rasa di jalan-jalan kota pada Rabu (5/2/2025) dilansir PressTV.

Berbicara di Gedung Putih pada Selasa bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengatakan kalau AS akan mengawasi pembersihan bangunan yang hancur, pembuangan persenjataan yang tidak meledak, dan "pemukiman kembali" warga Palestina di tempat lain.

"AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukan pekerjaan di sana. Kami akan menguasainya," katanya.

Pengerahan Pasukan ke Gaza

Pengumuman Trump muncul setelah militer Israel gagal mencapai target perang memberangus gerakan Hamas.

Seruan Trump ini juga datang saat Israel gagal memaksa seluruh penduduk Gaza mengungsi ke negara tetangga Mesir, meskipun telah menguasai wilayah pesisir itu dalam perang genosida selama lebih dari 15 bulan.

Dalam agresi militer besar-besaran ini, serangan Israel menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Meskipun tidak memberikan banyak rincian tentang bagaimana skema tersebut akan dilaksanakan, Trump menyarankan agar warga Palestina yang mengungsi dapat dikirim ke "negara-negara lain yang berkepentingan dengan hati yang manusiawi."

Trump juga membuka kemungkinan pengerahan pasukan Amerika di Gaza, dengan menyatakan, "Jika diperlukan, kami akan melakukannya."

Riviera Baru

Trump meramalkan Jalur Gaza yang dilanda perang, rumah bagi lebih dari dua juta warga Palestina, bisa menjadi “Riviera” Asia Barat saat ia mengumumkan rencananya untuk mengambil alih wilayah tersebut.

Riviera yang digambarkan Trump merujuk pada kompleks wisata wilayah pesisir dan pantai di Liguria, Italia barat laut.

"Riviera Timur Tengah. Ini bisa menjadi sesuatu yang sangat luar biasa," kata Trump sambil kembali menyuarakan harapan bahwa warga Palestina dapat diusir dari Gaza, dan mengatakan Amerika Serikat akan membangun kembali wilayah tersebut.

Bendera Palestina berkibar di tengah puing reruntuhan di Kota Gaza BERKIBAR - Bendera Palestina berkibar di tengah puing reruntuhan di Kota Gaza, dalam foto tangkapan layar dari Khaberni, Kamis (6/2/2025). Amerika Serikat (AS) berencana mengambil alih kendali atas Gaza dengan dalil membangunnya kembali di segala sektor.

Respons Hamas atas Rencana Trump

Rencana tersebut, yang digambarkan Trump sebagai "posisi kepemilikan jangka panjang," langsung mendapat kecaman dari kelompok Palestina.

Gerakan perlawanan Palestina yang berpusat di Gaza, Hamas, menyebutnya sebagai "resep untuk kekacauan dan ketegangan di wilayah tersebut" dan bersumpah bahwa "rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana ini terlaksana."

Kecaman kelompok itu muncul di tengah prediksi bahwa usulan itu dapat meningkatkan ketegangan di kawasan itu dan memicu gelombang perlawanan baru di wilayah Palestina dan sekitarnya.

Beberapa negara kawasan, termasuk Arab Saudi, juga dengan tegas menolak segala upaya untuk mengusir warga Palestina, dengan alasan tuntutan bangsa Palestina untuk mendirikan negara merdeka mereka sendiri.

Komentar Trump juga menuai kritik dari berbagai aktivis dan pakar. Omar Baddar, seorang analis politik, mengecam pengumuman tersebut, dengan mengatakan, "Ia pada dasarnya menyatakan kehancuran masyarakat Palestina dan tercerai-berainya rakyatnya."

Anggota kongres Amerika Rashida Tlaib mengecam Trump karena "secara terbuka menyerukan pembersihan etnis."

Sementara itu, para pakar hukum internasional dan organisasi hak asasi manusia telah menyuarakan kekhawatiran atas legalitas usulan Trump, dengan memperingatkan bahwa pemindahan paksa dan pendudukan asing atas Gaza akan melanggar sejumlah perjanjian dan konvensi internasional.

"Rencana ini mengabaikan hak-hak rakyat Palestina dan menciptakan preseden berbahaya bagi perampasan tanah sepihak," kata Abed Ayoub, direktur eksekutif Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC), sebuah organisasi hak-hak sipil yang berpusat di AS.

Namun, Netanyahu memuji Trump sebagai "sahabat terbaik yang pernah dimiliki Israel" dan menyarankan bahwa skema tersebut dapat "mengubah sejarah."

Perjalanan pejabat Israel yang dicari ICC ke AS telah memicu kecaman keras dari berbagai organisasi, tokoh, dan kelompok regional dan internasional atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Secara terpisah, Trump meragukan stabilitas perjanjian gencatan senjata antara rezim Israel dan Hamas yang diharapkan dapat mengakhiri genosida.

"Serangan [Israel] bisa dimulai besok. Tidak banyak lagi yang bisa dilakukan," katanya di tengah pelanggaran rutin Tel Aviv terhadap kesepakatan tersebut.

Ia juga menuduh bahwa “rencana yang dipimpin Amerika” akan mengarah pada “transformasi” wilayah Palestina yang dilanda perang.

Namun, para kritikus berpendapat bahwa usulan Trump mungkin dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari kontroversi yang sedang berlangsung seputar pemerintahannya, sementara Senator AS Chris Murphy menyebutnya sebagai "pengalihan perhatian yang sembrono dari masalah dalam negeri."

 

Tag:  #gaza #salewarga #amerika #turun #jalan #usai #trump #bilang #ambil #alih #gaza

KOMENTAR