Media AS Sebut Israel Gagal di Gaza: Komanda Militer IDF Frustasi, Infrastruktur Hamas Lebih Canggih
Tentara IDF berpatroli di jalan utama di Huwara di Tepi Barat, pada 27 Februari 2023. (Ronaldo Schemidt/AFP) 
12:00
21 Januari 2024

Media AS Sebut Israel Gagal di Gaza: Komanda Militer IDF Frustasi, Infrastruktur Hamas Lebih Canggih

- Media Amerika Serikat (AS) New York Times, menerbitkan sebuah artikel, isinya soal kegagalan agresi Israel di Gaza.

Artikel tersebut berdasarkan kesaksian empat pemimpin senior militer, yang berbicara tanpa menyebut nama karena tidak diizinkan untuk berbicara secara terbuka tentang pendapat pribadi mereka.

Namun dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Sabtu sore (20/1/2024), tentara Israel menyangkal artikel New York Times tersebut.

Tentara Israel mengatakan bahwa komentar yang dikutip dalam laporan media AS itu 'tidak diketahui' oleh militer dan tidak mencerminkan posisi IDF.

Dalam artikel itu, para komandan militer Israel mengatakan dua tujuan utama pemerintah Israel kini tidak sejalan.

Dituliskan di New York Times, usai lebih dari 100 hari perang, kemajuan terbatas Israel dalam membubarkan Hamas telah menimbulkan keraguan di kalangan komando tinggi militer mengenai kelayakan jangka pendek untuk mencapai tujuan utama negara itu pada masa perang.

Yakni memberantas Hamas dan membebaskan sandera Israel yang masih di Gaza.

Militer Israel harus terlibat dalam perang panjang yang kemungkinan besar akan memakan korban jiwa para sandera.

Selama 100 hari lebih itu, Israel hanya bisa menguasai sebagian kecil wilayah Gaza, jauh dari rencana Israel sejak awal invasi.

Kecepatan yang lebih lambat dari yang diharapkan telah menyebabkan beberapa komandan militer Israel merasa frustrasi, atas strategi pemerintah sipil di Gaza.

Dan membuat mereka menyimpulkan bahwa kebebasan lebih dari 100 sandera Israel yang masih berada di Gaza hanya dapat diperoleh melalui cara-cara diplomatik dan bukan militer.

Diketahui Gadi Eisenkot, mantan kepala staf militer Israel dan anggota kabinet perang, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Channel 12 Israel bahwa pembebasan para tawanan tidak dapat dilakukan melalui operasi militer.

“Bagi saya, tidak ada dilema. Misinya adalah menyelamatkan warga sipil, sebelum membunuh musuh,” kata Eisenkot.

Ada juga pertentangan antara berapa lama Israel perlu memberantas Hamas sepenuhnya.

Di mana hal tersebut menurut petinggi militer Israel sebagai sebuah kerja keras yang memakan waktu lama.

Ia menambahkan bahwa infrastruktur Hamas lebih canggih daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh para perwira intelijen Israel.

Sementara mengutip Palestine Chronicle, salah satu tujuan yang ditetapkan tentara Israel adalah penghancuran total jaringan terowongan Hamas.

Namun, tampaknya hal tersebut tidak berhasil dilakukan.

“Menemukan dan menggali setiap terowongan memakan waktu dan berbahaya. Banyak di antaranya dilengkapi dengan jebakan," menurut militer Israel.”

Tidak Ada Kontrol Militer Israel di Gaza

Meskipun ada pernyataan kemenangan mengenai kendali militer Israel atas sebagian besar wilayah Gaza yang terkepung, fakta di lapangan tampaknya menunjukkan kenyataan yang berbeda.

Menjelang invasi Israel, kata laporan itu menyebutkan militer Israel menilai bahwa mereka akan membentuk 'kontrol operasional' atas Kota Gaza, Khan Younis dan Rafah pada akhir Desember 2023.

“Tetapi pada pertengahan Januari 2024, Israel belum memulai serangannya ke Rafah, kota paling selatan di Gaza, dan masih belum memaksa Hamas keluar dari seluruh wilayah Khan Younis, kota besar lainnya di selatan,” tambah laporan tersebut.

Selain itu, Israel menarik diri dari Gaza utara pada puncak agresi militernya pada bulan Desember 2023, dan menciptakan kekosongan kekuasaan di utara, sehingga memungkinkan pejuang Hamas dan pejabat sipil Palestina untuk mencoba menegaskan kembali otoritas mereka di Gaza.

Di sisi lain perlawanan para pejuang Paleatina secara konsisten melemparkan roket ke arah pemukiman Israel di sekitar Gaza, dari wilayah yang sama, membuktikan bahwa kemampuan militer Hamas sebagian besar masih utuh dan masih berfungsi penuh.

New York Times juga mempunyai penilaian serupa, melaporkan pada hari Selasa (16/1/2024) bahwa pejuang Hamas menembakkan sekitar 25 roket ke Israel, membuat marah orang Israel.

Pemimpin Hamas Masih Hidup

Kegagalan Israel lainnya adalah Israel tidak berhasil menghilangkan kepemimpinan Hamas di Gaza.

“Para pemimpin utama Hamas di Gaza termasuk Yahya Sinwar, Mohammad Deif dan Marwan Issa masih buron,” menurut laporan tersebut.

Terlepas dari semua ini, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terus mengklaim bahwa tujuan Israel, apa pun tujuannya, hanya dapat dicapai melalui perang.

“Menghentikan perang sebelum tujuan tercapai akan menyebarkan pesan kelemahan,” katanya dalam pidatonya pada hari Kamis (18/1/2024).

(Tribunnews/Garudea Prabawati)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #media #sebut #israel #gagal #gaza #komanda #militer #frustasi #infrastruktur #hamas #lebih #canggih

KOMENTAR