Waspada Risiko Tersembunyi Kehamilan, Deteksi Dini dan Teknologi Monitoring Jadi Kunci Keselamatan Ibu dan Bayi
- Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember adalah momentum tepat untuk mengapresiasi kekuatan dan cinta tanpa batas seorang perempuan. Dari mengandung, melahirkan, hingga merawat, peran ibu sering kali dijalani dengan ketangguhan yang jarang terlihat.
Namun, di balik kebahagiaan menyambut sang buah hati, tersimpan tantangan besar dalam sistem kesehatan nasional, yakni memastikan perjalanan kehamilan setiap ibu benar-benar aman dan terjamin. Terlebih, ada banyak komplikasi serius pada kehamilan justru hadir secara tersembunyi.
Sejumlah gangguan, seperti anemia, preeklamsia, diabetes gestasional, dan masalah tiroid sering kali tidak menunjukkan gejala awal yang mencolok. Kondisi ini kerap terjadi pada perempuan yang sudah memiliki faktor risiko atau kondisi kesehatan sebelumnya.
Jika tidak terdeteksi sejak awal masa kehamilan, masalah tersebut dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu dan bayi.
Ancaman di masa antenatal
Selama masa kehamilan, terdapat sejumlah komplikasi serius yang mengancam kesehatan ibu dan janin, terutama perdarahan dan preeklamsia. Kedua kondisi ini sering kali muncul tiba-tiba, berkembang cepat, dan berisiko fatal apabila tidak terdeteksi serta ditangani sejak dini.
Risiko komplikasi tersebut meningkat signifikan pada ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang kurang optimal, khususnya yang menderita anemia. Anemia tidak hanya melemahkan daya tahan tubuh, tetapi juga meningkatkan kerentanan terhadap perdarahan hebat serta memperburuk dampak klinis dari gangguan kehamilan lainnya.
Seperti diketahui, angka anemia di Indonesia sendiri masih tinggi. Menurut data menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, 36 persen penderita anemia merupakan perempuan usia reproduksi.
Sementara itu, pada ibu hamil, angkanya lebih tinggi, yakni 48 persen. Pada ibu hamil, anemia terbukti meningkatkan risiko perdarahan dan kegagalan adaptasi tubuh terhadap kehamilan.
Kondisi tersebut menyebabkan berbagai konsekuensi serius pada ibu hamil, yakni munculnya komplikasi, perdarahan saat persalinan dan kematian, kelahiran prematur, berat bayi yang lahir rendah, serta gangguan perkembangan.
Sementara itu, preeklamsia menyumbang lebih dari 25 persen kematian ibu di Indonesia. Secara global, sekitar 10 persen wanita hamil di seluruh dunia mengalami preeklamsia. Angka ini berkontribusi pada sekitar 76.000 kematian ibu dan 500.000 kematian bayi setiap tahunnya.
Dalam banyak kasus, gejala preeklamsia diawali dengan tekanan darah yang sedikit meningkat, pembengkakan ringan, atau bahkan tanpa gejala. Beberapa komplikasi lain juga berkembang secara diam-diam atau baru muncul saat kehamilan, seperti diabetes gestasional dan gangguan tiroid.
Komplikasi tersebut sering terjadi pada perempuan yang sudah memiliki faktor risiko atau kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya. Jika tidak terdeteksi sejak dini, hal ini dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu dan bayinya.
Dokter kandungan spesialis fetomaternal Prof Dr dr Siti Maisuri Tadjuddin Chalid, SpOG, SubSp KFM, menegaskan bahwa keterlambatan deteksi sering kali berujung pada komplikasi yang sulit dikendalikan.
Menurutnya, diagnosis yang diperoleh lebih dini memberi ruang bagi dokter untuk menyiapkan lebih banyak pilihan pengobatan bagi ibu hamil sekaligus merencanakan proses persalinan dengan lebih matang. Dengan demikian, penyakit dapat dikendalikan dengan lebih baik.
Untuk anemia, gejalanya dapat dikenali dengan mudah melalui pemeriksaan hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan sejak trimester pertama. Pemeriksaan ini membuat ibu dapat menjalani persalinan tidak dalam keadaan anemia.
Sementara itu, untuk deteksi faktor risiko preeklamsia, Prof Maisuri menjelaskan bahwa pemeriksaan bisa dilakukan pada trimester pertama melalui pengambilan riwayat medis dan skrining yang tercatat dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau lebih dikenal dengan buku pink.
Penilaian risiko dapat didukung lebih lanjut yang dikombinasi dengan pemeriksaan tambahan, seperti USG Doppler pembuluh darah di rahim. Ini dapat membantu memprediksi kemungkinan terjadinya preeklamsia.
“Dengan rujukan terencana dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ke rumah sakit, tim medis di rumah sakit dapat mengelola ibu hamil lebih optimal. Mereka dapat memberikan pengobatan antihipertensi sehingga kondisi tersebut tidak berkembang ke tahap yang lebih parah,” kata Prof Maisuri dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (22/12/2025).
Ancaman tersembunyi
Prof Maisuri melanjutkan, ancaman lain yang perlu diwaspadai adalah perubahan pola hidup di masyarakat.
Menurutnya, saat ini, semakin banyak ibu hamil yang memiliki berat badan lebih. Selain meningkatan tekanan darah, termasuk preeklamsia, kondisi ini juga menimbulkan risiko diabetes pada kehamilan.
Data International Diabetes Federation (IDF) pada 2017 menyebut bahwa 14 persen ibu hamil mengalami diabetes gestasional. Sementara itu, di Indonesia, 1,9 persen sampai 3,6 persen menderita penyakit ini.
Ilustrasi pemeriksaan ibu hamil.
Prof Maisuri mencontohkan, diabetes gestasional biasanya tidak menunjukkan gejala awal. Penyakit ini umumnya terjadi pada perempuan dengan risiko metabolik, terutama mereka yang sudah mengalami kelebihan berat badan (overweight).
Jika tidak terdeteksi sejak awal, diabetes gestasional dapat memengaruhi pertumbuhan janin dan mempersulit proses persalinan. Bayi berisiko mengalami makrosomia (ukuran besar) atau bahkan hiperglikemia saat lahir. Ini dapat menyebabkan kekurangan gula mendadak dan memicu kejang.
“Mengendalikan gula sejak dini dapat mencegah komplikasi serius,” katanya.
Selain diabetes gestasional, kata Prof Maisuri, gejala gangguan tiroid sering menyerupai perubahan normal yang terjadi selama kehamilan. Ini kerap membuat deteksi cenderung terlambat.
Menurutnya, perubahan gaya hidup dan pola hidup modern juga berkontribusi pada peningkatan risiko tersebut. Jika tidak ditangani, gangguan tiroid dapat meningkatkan risiko keguguran, keterlambatan perkembangan janin, dan kelahiran prematur.
Dalam kasus ekstrem, keterlambatan penanganan dapat memicu "badai tiroid" yang sangat berbahaya bagi ibu.
“Deteksi dini memungkinkan intervensi medis untuk mengendalikan kondisi, seperti konsultasi ke ahli endokrin dan pemberian obat tiroid,” papar Prof Maisuri.
Teknologi sebagai mitra tenaga medis
Prof Maisuri yang selama bertahun-tahun berkecimpung dalam dunia kandungan menekankan bahwa keselamatan persalinan sangat bergantung pada kualitas pemantauan. Dalam praktiknya, data yang akurat menjadi fondasi penting dalam menentukan langkah medis, terutama di ruang bersalin yang dinamis.
Pemantauan detak jantung janin, kontraksi rahim, tekanan darah, serta tanda vital ibu bukan sekadar angka di layar. Data ini menjadi “bahasa” yang membantu dokter memahami kondisi ibu dan bayi secara menyeluruh.
Ketika teknologi mampu menyajikan informasi secara jelas dan real-time, risiko keterlambatan penanganan dapat ditekan.
Di sinilah, teknologi monitoring modern memainkan peran strategis. Sistem pemantauan yang terintegrasi memungkinkan tenaga kesehatan fokus pada pengambilan keputusan klinis, bukan sekadar membaca alat.
Selain meningkatkan akurasi, teknologi juga dapat membantu menciptakan alur kerja yang lebih efisien di fasilitas kesehatan.
“Teknologi yang baik membantu tenaga medis bekerja lebih tenang, lebih yakin, dan lebih cepat merespons jika terjadi kondisi darurat,” kata dr Maisuri.
Prof Maisuri secara khusus menyoroti peran teknologi dalam membantu pengambilan keputusan klinis yang lebih cepat.
Ia menjelaskan, pemantauan melalui USG Doppler dapat mendeteksi tanda hipoksia janin, seperti peningkatan resistensi indeks arteri umbilikalis yang menuntut keputusan cepat untuk perawatan atau tindakan persalinan.
“Penggunaan USG Doppler sangat membantu dalam pengambilan keputusan,” tuturnya.
Menjaga setiap detik yang berharga
Mencermati isu silent complications yang dapat berkembang tanpa gejala yang jelas, teknologi pemantauan modern menjadi mitra penting dalam perawatan kesehatan ibu
Dalam konteks tersebut, perusahaan global yang bergerak dalam bidang teknologi medis, Mindray, menghadirkan solusi monitoring maternal dan neonatal yang dirancang untuk mendukung keselamatan persalinan.
Mindray mengembangkan dan memproduksi sistem canggih di bidang pencitraan medis, pemantauan pasien dan penunjang kehidupan, serta diagnostik in vitro (IVD).
Dalam perawatan ibu, portofolio ultrasonografi kesehatan wanita miliknya, termasuk seri Nuewa I, dirancang untuk membantu tenaga medis mendeteksi perubahan fisiologis halus yang mungkin belum muncul sebagai gejala klinis.
Salah satu contohnya adalah teknologi Ultra Micro Angiography (UMA). Alat ini memungkinkan visualisasi pembuluh darah sangat kecil yang berperan penting dalam mendukung fungsi plasenta selama kehamilan.
UMA membantu mengidentifikasi tanda-tanda awal insufisiensi plasenta atau gangguan sirkulasi yang jika tidak terdeteksi dapat meningkatkan risiko gangguan hipertensi dan komplikasi pertumbuhan janin.
Dokter kandungan spesialis fetomaternal Prof Dr dr Siti Maisuri Tadjuddin Chalid, SpOG, SubSp KFM. (DOK. Mindray).Selain itu, penilaian aliran darah beresolusi tinggi melalui ultrasonografi doppler mendukung deteksi dini risiko, seperti hipoksia janin atau gangguan hipertensi dalam kehamilan.
Kemampuan ini sangat sejalan dengan penekanan Prof Maisuri akan pentingnya deteksi dini sebagai cara untuk mencegah komplikasi berkembang menjadi kondisi gawat darurat yang mengancam jiwa.
Sistem ultrasonografi Mindray juga dirancang dengan mempertimbangkan kemudahan penggunaan dan keandalan. Performa yang stabil, visualisasi yang jernih, dan pengoperasian yang intuitif membantu mengurangi beban kognitif tenaga medis. Dengan demikian, mereka dapat fokus pada penilaian klinis alih-alih interpretasi perangkat.
Pendekatan ini sejalan dengan prinsip bahwa setiap persalinan layak mendapatkan pemantauan terbaik tanpa terkecuali atau “Every Birth, Safely Monitored”.
Bagi tenaga kesehatan, keandalan alat menjadi faktor penting. Sistem yang stabil, mudah digunakan, dan memberikan visualisasi data yang jelas membantu mengurangi beban kerja sekaligus meningkatkan rasa percaya diri dalam mengambil keputusan.
Sementara bagi ibu hamil, keberadaan sistem pemantauan yang optimal memberi rasa aman bahwa setiap detik persalinannya berada dalam pengawasan.
Prof Maisuri mengakui bahwa perangkat dari merek, seperti Mindray, telah banyak tersedia dan digunakan, bahkan di puskesmas. Ini membantu memfasilitasi pelatihan USG obstetri terbatas bagi dokter umum di daerah.
Ketersediaan tersebut mendukung perluasan pelatihan ANC terintegrasi USG obstetri terbatas bagi dokter umum di daerah-daerah.
Seperti diketahui, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) kerap bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) atau institusi pelatihan menyelenggarakan pelatihan ANC dalam beberapa tahun terakhir. Tujuannya, untuk membantu memperkuat kemampuan skrining dini di lokasi yang lebih dekat dengan tempat tinggal pasien.
Saat ini, kemajuan teknologi mengarah pada pengembangan probe USG mobile atau solusi ultrasonografi portabel yang dapat terkoneksi langsung ke ponsel.
“Ini akan sangat membantu kunjungan dokter puskesmas keliling, bagian dari alat USG portabel di fasilitas mobile emergency, seperti ambulans atau konsul di bangsal rumah sakit,” katanya.
Setiap kehamilan memiliki risiko, tetapi perjalanan kehamilan yang aman adalah perjalanan yang terpantau dan terkawal dengan baik. Ini berarti kontrol rutin sejak awal trimester pertama penting dilakukan.
Bertepatan dengan hari Ibu pada 22 Desember 2025, Prof Maisuri juga memperkenalkan gerakan Selamatkan Perempuan Indonesia (SPRIN). Ini merupakan inisiatif dari POGI yang dirancang untuk membangun fondasi masa depan yang lebih adil dan inklusif bagi ibu dan anak generasi berikutnya.
"Perempuan adalah pengasuh utama dalam keluarga. Karena itu, menyehatkan perempuan dan ibu berarti menyehatkan seluruh bangsa sebetulnya," tutur Prof Maisurir.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Mindray, Anda dapat klik tautan berikut.
Tag: #waspada #risiko #tersembunyi #kehamilan #deteksi #dini #teknologi #monitoring #jadi #kunci #keselamatan #bayi