Cerita Remaja 14 Tahun Kena Gagal Ginjal Stadium 5, Bagaimana Awalnya?
Ilustrasi anak dengan masalah ginjal. Di usia 14 tahun, Sulistia harus menjalani cuci darah rutin setelah gagal ginjal stadium 5, akibat kebiasaan mengonsumsi minuman manis dan makanan cepat saji, serta pentingnya pencegahan sejak dini.(SHUTTERSTOCK/sumroeng chinnapan)
10:36
11 Desember 2025

Cerita Remaja 14 Tahun Kena Gagal Ginjal Stadium 5, Bagaimana Awalnya?

Pada usia 14 tahun, Sulistia terpaksa menjalani cuci darah rutin setelah didiagnosis gagal ginjal stadium 5, kondisi yang jarang terjadi pada remaja.

Gejalanya muncul secara perlahan, yaitu bengkak di seluruh tubuh, mual, muntah, dan sesak napas, yang awalnya dianggap sebagai masalah pencernaan.

Setelah berbulan-bulan salah diagnosa, akhirnya ia dirujuk ke rumah sakit dan terungkap bahwa minuman manis dan makanan cepat saji menjadi pemicu kerusakan ginjal yang parah.

Kini, Sulistia harus menjalani perawatan intensif dengan pembatasan aktivitas yang ketat dan dukungan keluarga yang tiada henti.

Awal mula gejala yang tidak terdiagnosis dengan tepat

Sulistia mengungkapkan bahwa pada awalnya, ia merasakan gejala yang terlihat seperti masalah pencernaan biasa.

“Saya merasa bengkak seluruh badan, mual, muntah, dan sesak napas,” cerita Sulistia kepada Kompas.com saat diwawancarai pada Selasa (9/12/2025).

Selama hampir dua bulan, ia bolak-balik ke klinik untuk memeriksakan kondisinya.

“Di klinik, saya sering didiagnosis dengan asam lambung dan bahkan ada yang menyebut saya terkena flek paru,” lanjutnya.

Namun, kondisinya semakin memburuk membuatnya tidak bisa lagi menahan rasa sakit.

"Saat itu saya sudah enggak tahan sampai akhirnya pingsan dan langsung dibawa ke IGD Hermina Bitung," kenangnya.

Di rumah sakit, Sulistia langsung divonis dengan gagal ginjal stadium 5. Dokter menyebutkan bahwa kebiasaan mengonsumsi minuman berwarna dan makanan cepat saji yang sering ia pilih menjadi salah satu penyebab utama kerusakan ginjal yang dialaminya.

Gagal ginjal stadium 5: Proses diagnosis dan penanganan

Kisah Sulistia (14) yang masuk gagal ginjal stadium 5 mengingatkan bahwa keluhan ringan sekalipun bisa menjadi tanda bahaya yang perlu segera diperiksa ke dokter.Sulistia Kisah Sulistia (14) yang masuk gagal ginjal stadium 5 mengingatkan bahwa keluhan ringan sekalipun bisa menjadi tanda bahaya yang perlu segera diperiksa ke dokter.

Gagal ginjal stadium 5 adalah tahap akhir dari penyakit ginjal yang membutuhkan pengobatan intensif, seperti dialisis atau cuci darah.

Sayangnya, Sulistia harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena usianya yang masih sangat muda.

"RS Hermina tidak bisa menerima saya karena usia saya masih 14 tahun, jadi saya dirujuk ke RS Ciputra Hospital Garden City," ujarnya.

Setibanya di rumah sakit tersebut, kondisinya semakin kritis.

“Saya langsung dibawa ke ruang ICU dan koma selama dua minggu. Selama itu, saya menjalani cuci darah rutin,” tambah Sulistia.

Dia juga harus berpindah rumah sakit ke Ciputra Citra Raya agar lebih dekat dengan rumahnya, mengingat jarak yang jauh dari rumah sakit sebelumnya.

Penyebab gagal ginjal pada pemaja: Pola makan yang salah

Menurut dr. I Gusti Ngurah Adhiarta, Sp.PD-KEMD, FINASIM, seorang dokter penyakit dalam dan konsultan endokrin di Siloam Hospital TB Simatupang Jakarta, pola makan yang tidak sehat, seperti kebiasaan mengonsumsi minuman manis dan makanan cepat saji, dapat merusak ginjal secara perlahan.

"Makanan cepat saji biasanya mengandung garam tinggi yang berisiko untuk ginjal, sementara minuman manis yang mengandung gula tinggi dapat menyebabkan kebocoran pada ginjal," jelasnya.

Selain itu, kekurangan cairan juga menjadi faktor yang memperburuk kerusakan ginjal, seperti yang dialami oleh Sulistia yang lebih sering minum minuman manis dibandingkan air putih.

Gejala awal seperti bengkak dan sesak napas sering kali tidak langsung dikaitkan dengan masalah ginjal.

"Pada tahap awal, ginjal masih bisa mengatasi kerusakan dengan baik, namun ketika sudah mencapai stadium 5, ginjal tidak lagi dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yang menyebabkan cairan menumpuk di dalam tubuh dan bisa berujung pada gagal ginjal," tambahnya.

Perjuangan dalam menjalani cuci darah

Setelah menjalani serangkaian pengobatan, kehidupan Sulistia berubah drastis. Ia harus menjalani cuci darah rutin, yang berlangsung dua hingga tiga kali seminggu.

"Awalnya sangat berat, terutama saat pertama kali cuci darah. Saya suka menggigil dan merasa tidak nyaman," ungkapnya.

Selain itu, ia harus membatasi pola makannya secara ketat. "Makanan berkalium tinggi seperti buah-buahan tertentu sangat dipantang. Saya hanya diperbolehkan minum maksimal 600 ml sehari, termasuk cairan dari makanan berkuah."

Menjaga asupan cairan menjadi tantangan terbesar bagi Sulistia, terutama saat cuaca panas.

"Saya sangat haus, tapi hanya bisa minum sedikit. Untuk mengatasi rasa haus, saya biasanya berdiam di kamar ber-AC atau mengunyah es batu agar tenggorokan saya tidak kering," ceritanya.

Dukungan keluarga: Kunci kekuatan untuk bertahan

Sulistia mengakui bahwa salah satu kunci keberhasilannya dalam menghadapi kondisi ini adalah dukungan keluarga, terutama dari sang ibu yang selalu mendampingi.

“Dukungan dari keluarga sangat penting, terutama dari mama saya yang selalu menemani saya selama perawatan,” ungkapnya.

Selain itu, dia juga belajar untuk memperkuat mental dan selalu berusaha menjaga kebahagiaannya.

"Saya harus menguatkan diri sendiri dan tetap bahagia. Kunci untuk sehat itu adalah selalu merasa bahagia," kata Sulistia.

Kasus gagal ginjal yang dialami oleh Sulistia menjadi pengingat akan pentingnya pola makan yang sehat dan gaya hidup yang lebih baik, terutama pada usia muda.

Pencegahan dini dengan memperhatikan pola makan, asupan cairan, dan menghindari konsumsi makanan cepat saji serta minuman manis dapat mengurangi risiko kerusakan ginjal.

Selain itu, pemeriksaan rutin untuk memantau fungsi ginjal sangat disarankan, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.

Sulistia kini telah menjalani hidup dengan lebih berhati-hati, dan kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih peduli terhadap kesehatan ginjal dan gaya hidup mereka sejak dini.

Tag:  #cerita #remaja #tahun #kena #gagal #ginjal #stadium #bagaimana #awalnya

KOMENTAR