Angka Kelahiran di Indonesia Turun, Jumlah Lansia Lebih Banyak dari Balita
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam acara Peresmian Brawijaya Hospital Taman Mini, Jakarta Timur, Selasa (28/10/2025).(Dok. Brawijaya Hospital)
18:18
28 Oktober 2025

Angka Kelahiran di Indonesia Turun, Jumlah Lansia Lebih Banyak dari Balita

 

– Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa angka kelahiran di Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. 

Kondisi ini menunjukkan perubahan besar dalam struktur demografi Indonesia, yaitu jumlah penduduk lanjut usia (lansia) kini meningkat pesat dan bahkan telah melampaui jumlah balita di beberapa wilayah.

Fenomena ini, menurut Budi, menjadi tantangan besar bagi pemerintah, terutama dalam menyesuaikan arah kebijakan dan layanan kesehatan masyarakat yang selama ini lebih fokus pada ibu dan anak.

Jumlah kelahiran setara satu negara Singapura

Menkes menggambarkan, jumlah kelahiran di Indonesia masih tergolong besar jika dibandingkan dengan negara kecil seperti Singapura.

“Di Indonesia kelahiran bayinya dalam setahun itu ada sekitar 4,8 juta per tahun, gambarannya seperti satu Singapura, karena mereka penduduknya 5 juta,” jelas Budi dalam acara Peresmian Brawijaya Hospital Taman Mini, Jakarta Timur, Selasa (28/10/2025).

Namun, di balik angka yang tampak besar itu, tren kelahiran justru terus menurun. 

Jika pada masa Orde Baru populasi balita sangat tinggi hingga mendorong pembangunan posyandu dan puskesmas di berbagai daerah, kini situasinya berbalik.

“Padahal populasi balita di Indonesia dulu zamannya Pak Harto itu tinggi, makanya banyak dibuat posyandu dan puskesmas karena fokus kesehatannya pada ibu dan anak,” jelasnya.

Penurunan angka kelahiran ini menjadi tanda bahwa keluarga muda di Indonesia kini cenderung menunda memiliki anak atau memilih memiliki jumlah anak yang lebih sedikit dibanding generasi sebelumnya.

Ilustrasi bayi baru lahir.Freepik/KamranAydinov Ilustrasi bayi baru lahir.

Populasi lansia kini lebih banyak dibandingkan balita

Melansir dari situs Ayo Sehat Kemenkes, Indonesia resmi memasuki fase masyarakat menua (aging population) sejak tahun 2021. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sekitar 12 persen atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia saat ini tergolong lansia. Angka tersebut diperkirakan terus naik dan mencapai sekitar 20 persen pada tahun 2045.

Budi menyoroti, perubahan struktur penduduk ini terlihat nyata di beberapa daerah besar, terutama di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Yogyakarta.

“Namun, yang terjadi di Indonesia, misalnya di Jakarta itu sudah lebih banyak lansia daripada balita. Di Yogyakarta apalagi, angka lansianya juga lebih tinggi,” kata dia.

Fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang bergerak menuju masyarakat dengan populasi menua atau aging population. 

Kondisi ini umum terjadi di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan, dan kini mulai dirasakan di Indonesia.

Perubahan tersebut tidak hanya memengaruhi aspek sosial, tetapi juga akan berdampak besar terhadap sistem kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. 

Ia menilai, Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan ini secara menyeluruh.

Tantangan baru bagi dunia kesehatan

Peningkatan jumlah penduduk lansia berarti kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan akan mengalami pergeseran yang signifikan.

“Perubahan dari epidemiologi populasi Indonesia ini harus diantisipasi oleh saya sebagai Menteri Kesehatan dan juga teman-teman yang bergerak di bidang kesehatan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, jika sebelumnya layanan kesehatan lebih banyak difokuskan pada ibu dan anak, ke depan permintaan akan meningkat pada layanan kesehatan bagi lansia.

“Sebab, nanti permintaan konsumen terhadap layanan kesehatan, dokter, dan alat kesehatan itu akan bergeser pada layanan kesehatan lansia, seperti stroke, jantung, dan Alzheimer,” jelasnya.

Fokus ibu dan anak tetap jadi prioritas

Meski demikian, Budi menegaskan, perhatian terhadap kesehatan ibu dan anak tetap menjadi salah satu prioritas utama pemerintah. 

Menurutnya, masih banyak ruang untuk memperkuat layanan di bidang ini, terutama dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap program in vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung.

“Bukan berarti bahwa balita juga kurang mendapat fokus, kesempatannya masih sangat besar karena masih banyak yang ingin mencoba program IVF,” ujar Budi.

Ia menilai, keseimbangan antara penanganan kesehatan lansia dan anak-anak perlu dijaga agar pembangunan kesehatan nasional berjalan seimbang dan inklusif.

 

 

 

Tag:  #angka #kelahiran #indonesia #turun #jumlah #lansia #lebih #banyak #dari #balita

KOMENTAR