



Kebiasaan Bawa Tas Berat Bisa Ganggu Postur Tubuh dan Picu Skoliosis, Lakukan Ini untuk Pencegahannya
Pemandangan anak sekolah yang membawa tas ransel penuh dengan buku pelajaran hingga terlihat membungkuk seperti sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Belum lagi tren tote bag yang kini menjadi favorit generasi muda, di mana tas kanvas berukuran besar ini sering kali digantung hanya di satu bahu dengan beban yang tidak ringan. Kebiasaan-kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, namun dapat berdampak serius pada kesehatan tulang belakang dalam jangka panjang. Tanpa disadari, pola membawa beban yang tidak tepat ini dapat memicu berbagai masalah postur tubuh, salah satunya adalah skoliosis.
Skoliosis adalah kondisi medis di mana tulang belakang melengkung ke samping membentuk huruf "S" atau "C", bukan lurus seperti seharusnya. Kelainan ini dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari bayi yang baru lahir hingga orang dewasa, dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Meskipun lengkungan ringan mungkin tidak menimbulkan gejala yang signifikan, skoliosis yang parah dapat menyebabkan nyeri punggung, kesulitan bernapas, dan bahkan gangguan fungsi organ internal.
Untuk itu, penting bagi setiap individu untuk memahami jenis-jenis skoliosis. Skoliosis terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan penyebab dan waktu kemunculannya. Berikut adalah empat tipe utama skoliosis yang paling sering ditemukan:
1. Skoliosis Kongenital (Bawaan)
Jenis ini merupakan kelainan tulang belakang yang sudah terbentuk sejak bayi masih berada dalam kandungan. Kondisi ini terdeteksi pada bayi yang baru lahir dan disebabkan oleh gangguan perkembangan tulang belakang atau tulang rusuk selama masa kehamilan.
2. Skoliosis Idiopatik
Ini adalah tipe skoliosis yang paling umum terjadi, terutama pada anak-anak dan remaja. Disebut idiopatik karena penyebab pastinya belum dapat diidentifikasi secara medis, meskipun diduga ada faktor genetik yang berperan.
3. Skoliosis Degeneratif
Tipe ini berkembang pada masa dewasa dan semakin memburuk seiring bertambahnya usia. Skoliosis degeneratif biasanya disebabkan oleh kerusakan pada diskus dan sendi tulang belakang akibat proses penuaan.
4. Skoliosis Neuromuskular
Kondisi ini dipicu oleh kelainan pada sistem saraf dan otot tubuh. Penyakit-penyakit seperti cerebral palsy atau distrofi otot dapat menyebabkan otot-otot penyangga tulang belakang menjadi lemah, sehingga tulang belakang tidak dapat mempertahankan postur yang lurus.
Kembali pada kebiasaan membawa tas yang terlalu berat, ternyata hal ini memang memiliki dasar medis yang kuat. Seperti yang dilansir dari Mayo Clinic, baik anak-anak maupun orang dewasa sebaiknya tidak membawa beban tas yang melebihi 15% dari berat badan mereka.
Sebagai contoh, seorang anak dengan berat badan 27 kilogram seharusnya tidak membawa tas yang lebih berat dari 4 kilogram. Ketika beban yang dibawa melebihi batas rekomendasi ini, akan terjadi tekanan berlebih pada tulang belakang yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan postur dan meningkatkan risiko terjadinya kelainan bentuk tulang belakang seperti skoliosis.
Selain faktor beban berlebih pada punggung, skoliosis dapat dipicu oleh berbagai kondisi kesehatan lainnya seperti yang dilansir dari Alodokter. Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini.
1. Gangguan Perkembangan di Dalam Kandungan
Skoliosis kongenital terjadi karena adanya masalah dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk saat janin berkembang dalam rahim. Salah satu contoh kondisi yang dapat menyebabkan hal ini adalah spina bifida, yaitu kelainan tabung saraf yang membuat tulang belakang tidak menutup sempurna. Kondisi ini biasanya sudah dapat terdeteksi sejak bayi baru lahir.
2. Pertambahan Usia
Seiring bertambahnya usia, struktur tulang belakang mengalami degenerasi atau kerusakan alami. Skoliosis degeneratif ini umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama yang telah memasuki usia lanjut, karena diskus antar tulang belakang mulai menipis dan sendi-sendi tulang mengalami keausan. Proses penuaan ini membuat tulang belakang kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan bentuk yang lurus.
3. Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengontrol gerakan dan otot tubuh. Penderita cerebral palsy sering mengalami kelemahan otot dan masalah koordinasi yang signifikan, sehingga otot-otot penyangga tulang belakang tidak dapat bekerja dengan optimal. Ketidakseimbangan kekuatan otot ini pada akhirnya dapat menyebabkan tulang belakang melengkung secara abnormal.
4. Distrofi Otot
Distrofi otot adalah sekelompok penyakit genetik yang menyebabkan kelemahan dan degenerasi otot secara progresif. Karena otot-otot yang menopang tulang belakang melemah seiring waktu, tulang belakang kehilangan penyangganya dan cenderung melengkung ke samping. Kondisi ini biasanya memburuk seiring dengan perkembangan penyakit otot yang mendasarinya.
5. Cedera Tulang Belakang
Trauma atau cedera pada tulang belakang dalam beberapa kasus dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami skoliosis. Cedera dapat menyebabkan kerusakan pada struktur tulang, diskus, atau ligamen yang menopang tulang belakang, sehingga stabilitas tulang belakang terganggu. Meskipun tidak semua cedera tulang belakang akan menyebabkan skoliosis, risiko ini tetap perlu diwaspadai.
6. Penyakit Genetik
Beberapa kondisi genetik tertentu memiliki kaitan erat dengan terjadinya skoliosis. Sindrom Marfan, misalnya, adalah kelainan jaringan ikat yang membuat ligamen dan jaringan penyokong tulang belakang menjadi lebih lemah dan elastis. Down Sindrom juga diketahui dapat meningkatkan risiko skoliosis karena adanya kelemahan otot dan ligamen yang umum terjadi pada penderitanya.
Meskipun tidak semua jenis skoliosis dapat dicegah, terutama yang bersifat kongenital atau genetik, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dan mencegah kondisi menjadi buruk. Pencegahan ini sangat penting, terutama bagi anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan. Berikut adalah beberapa cara mencegah skoliosis menurut Hello Sehat:
1. Mengurangi Beban di Punggung
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, membawa beban yang terlalu berat dapat memberikan tekanan berlebih pada tulang belakang. Pastikan tas sekolah atau tas kerja yang kamu bawa tidak melebihi 15% dari berat badanmu. Gunakan tas dengan dua tali dan kenakan di kedua bahu secara seimbang, bukan hanya di satu sisi, untuk mendistribusikan beban secara merata.
2. Hindari Duduk Terlalu Lama
Duduk dalam posisi yang sama untuk waktu yang lama dapat membuat otot-otot punggung menjadi kaku dan postur tubuh memburuk. Biasakan untuk berdiri dan melakukan peregangan ringan setiap 30-60 menit sekali. Aktivitas sederhana seperti berjalan-jalan sebentar atau melakukan gerakan peregangan dapat membantu menjaga fleksibilitas tulang belakang dan mencegah tekanan berlebih pada satu area tertentu.
3. Gunakan Penyangga Pinggang Saat Duduk
Bagi kamu yang menghabiskan banyak waktu bekerja di meja atau di depan komputer, postur tubuh sangat berisiko terganggu. Menggunakan bantal penyangga pinggang atau kursi ergonomis dapat membantu mempertahankan lengkungan alami tulang belakang. Pastikan juga tinggi meja dan kursi sesuai sehingga kamu tidak perlu membungkuk atau menegangkan leher saat bekerja.
4. Memenuhi Nutrisi untuk Kesehatan Tulang
Tulang yang kuat membutuhkan asupan nutrisi yang cukup, terutama kalsium dan vitamin D. Konsumsi makanan seperti susu, keju, yogurt, ikan salmon, dan sayuran hijau secara teratur untuk menjaga kepadatan dan kekuatan tulang. Nutrisi yang baik juga membantu otot-otot penyangga tulang belakang tetap sehat dan mampu menopang postur tubuh dengan baik.
5. Deteksi Dini Skoliosis
Pemeriksaan rutin oleh dokter atau tenaga kesehatan dapat membantu mendeteksi skoliosis sejak dini, terutama pada anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan. Deteksi dini sangat penting karena skoliosis yang terdeteksi pada tahap awal lebih mudah ditangani dan dicegah agar tidak berkembang menjadi lebih parah. Orang tua sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti bahu yang tidak sejajar, pinggul yang miring, atau tulang belikat yang menonjol sebelah.
Dengan ini diharapkan, kita tidak lagi mengabaikan kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyebabkan skoliosis. Meskipun beberapa jenis skoliosis tidak dapat dicegah, kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan tulang belakang sejak dini dapat membuat perbedaan besar dalam kualitas hidup jangka panjang.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, melakukan deteksi dini, dan berkonsultasi dengan tenaga medis saat menemukan gejala yang mencurigakan, kita dapat melindungi diri dan keluarga dari risiko skoliosis yang lebih serius. Ingatlah bahwa tulang belakang yang sehat adalah fondasi bagi tubuh yang kuat dan kehidupan yang aktif. (*)
Tag: #kebiasaan #bawa #berat #bisa #ganggu #postur #tubuh #picu #skoliosis #lakukan #untuk #pencegahannya