Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum (instagram/aurelie.hermansyah)
05:00
9 Oktober 2025

Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?

Anak pertama dari pasangan Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar yaitu Ameena, dikabarkan sempat kecanduan permen. Gara-gara itu, Ameena jadi sulit makan bahkan sampai tantrum.

Dalam sebuah podcast, Atta dan Aurel menyebut bahwa mereka langsung turun tangan mencoba mendidik dan membatasi konsumsi permen demi kesehatan.

Di sisi lain, sebagai menantu Atta juga menegur sang mertua, Krisdayanti. Sebab kebetulan Krisdayanti lah yang kerap memberi permen kepada Ameena. 

"Aku bilang, 'Gem, aku mohon maaf lahir batin ya Gem. Tolong jangan kasih permen lagi ke anak, karena jadi kayak gini jadinya'," ungkapnya.

Tapi apakah benar permen bisa jadi pemicu anak tantrum? Mari kita bahas berdasarkan info yang ada dan pendapat para ahli.

Ilustrasi anak makan permen (Pexels/MarsBars) PerbesarIlustrasi anak makan permen (Pexels/MarsBars)

Apakah Permen Memang Bisa Memicu Tantrum?

Berdasarkan info dari kasus ini dan literatur tentang psikologi dan kesehatan anak, ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Gula & Fluktuasi Gula Darah

Konsumsi permen banyak mengandung gula sederhana yang cepat diserap tubuh. Setelah gula cepat naik (memberikan energi instan), tubuh bisa cepat merasa “overload” dan kemudian turun drastis. Ini bisa menyebabkan perubahan mood, kecemasan, atau bahkan tantrum pada beberapa anak.

2. Ketergantungan Psikologis & Ekspektasi

Anak yang terbiasa mendapatkan permen sebagai hadiah atau kenyamanan bisa menuntutnya terus-menerus. Bila tidak dipenuhi, mereka mungkin frustrasi dan menunjukkan perilaku seperti menangis atau tantrum sebagai cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

3. Kebiasaan & Pola Pengasuhan

Bila orang tua atau pengasuh memberi izin terlalu sering, tanpa batasan, anak jadi terbiasa minta permen kapan saja. Tanpa disiplin & batasan yang konsisten, permintaan itu bisa jadi tuntutan yang sulit dikontrol.

4. Kurangnya Nutrisi & Kenyang

Bila permen menggantikan makanan sehat atau snack bergizi, anak bisa lapar atau tidak kenyang secara nutrisi, badan bisa merespons melalui perilaku reaktif, termasuk tantrum.

5. Pengaruh Kafein / Pewarna / Bahan Tambahan

Beberapa permen juga mengandung pewarna, bahan tambahan, atau zat perangsang ringan yang bisa memicu hiperaktifitas pada anak, yang pada akhirnya bisa memperbesar kemungkinan tantrum.

Tips Mengurangi Dampak Permen agar Anak Tidak Sering Tantrum

  • Tetapkan batasan yang jelas: misalnya permen hanya sesekali, setelah makan, atau dalam kondisi khusus.
  • Jangan gunakan permen sebagai "pelipur Lara" agar anak tidak over-minta. Alihkan perhatian dengan aktivitas menyenangkan lain.
  • Perkenalkan makanan sehat dan snack bergizi yang lebih menarik agar anak tidak terlalu fokus ke hal manis.
  • Jelaskan dengan bahasa yang sesuai usia, kenapa terlalu banyak permen tidak baik, efeknya bagi kesehatan gigi, tubuh, dll.
  • Konsisten dalam aturan: jika Anda bilang "tidak hari ini", jangan berubah-ubah supaya anak belajar bahwa batasan itu penting.
  • Hindari membawa permen ke tempat tujuan jika memang niatnya dibatasi, kurang godaan bisa membantu.

Permen sendiri bukan penyebab langsung dari tantrum, tapi bisa menjadi pemicu dalam kondisi tertentu, terutama bila dikonsumsi secara berlebihan, tanpa batasan, atau sebagai pengganti makanan.

Kasus Ameena memperlihatkan bahwa terlalu sering memberi permen dapat memicu perilaku emosional pada anak, sampai orang tua harus melakukan intervensi. Dengan pengasuhan yang konsisten, batasan yang jelas, serta pilihan makanan sehat, permen bisa tetap dinikmati sesekali tanpa menjadi sumber konflik.

Kontributor : Rishna Maulina Pratama

Editor: Yasinta Rahmawati

Tag:  #belajar #dari #kasus #ameena #apakah #permen #bisa #membuat #anak #sering #tantrum

KOMENTAR