Ada Banyak Inovasi, Deteksi Dini Kanker Payudara Bisa Pakai Alat Pemindai Otomatis Tanpa Radiasi
ilustrasi deteksi dini kanker payudara. Sumber foto: Freepik
18:43
12 Mei 2025

Ada Banyak Inovasi, Deteksi Dini Kanker Payudara Bisa Pakai Alat Pemindai Otomatis Tanpa Radiasi

- Kanker payudara masih menjadi salah satu penyakit dengan tingkat kejadian tertinggi di Indonesia. Untuk itu, deteksi dini sangat penting dilakukan guna meningkatkan peluang kesembuhan. Kini, hadir teknologi baru yang bisa menjadi alternatif skrining, yakni ABUS Invenia 2.0 (Automated Breast Ultrasound System).

Alat pemindai otomatis yang menggunakan teknologi ultrasonografi itu dirancang untuk membantu mendeteksi kanker payudara dengan lebih akurat. Terutama pada perempuan dengan payudara padat, kondisi yang umum dimiliki mayoritas perempuan Asia.

“Kepadatan payudara beda-beda tiap orang, dan tidak selalu payudara besar itu padat. Mayoritas perempuan Asia berada di kelas C dan D yang tergolong cukup padat dibanding ras lain,” ujar dr Juanda Hanjaya SpRad Subsp.R.I (K).

 Kepadatan ini ternyata berpengaruh besar terhadap risiko kanker. Semakin padat jaringan payudara, semakin besar peluang sel abnormal berkembang. “Sel-sel abnormal senang tumbuh di jaringan padat karena banyak jaringan hidup. Itulah kenapa kejadian kanker payudara di Asia cenderung lebih tinggi, termasuk tingkat keganasannya,” ungkap dokter spesialis radiologi Ciputra Hospital Surabaya.

Dibanding mamografi, ABUS memiliki beberapa keunggulan utama. Salah satunya adalah tingkat akurasi dalam membedakan benjolan. Pada mamografi, baik jaringan padat maupun benjolan sama-sama tampak putih, sehingga sulit dibedakan. Sementara pada ABUS, jaringan padat tampak putih dan benjolan tampak hitam, menciptakan kontras yang jelas.

“Itu membuat pembacaan hasil jadi lebih akurat. Kita bisa tahu ukuran dan sifat benjolannya juga,” kata dokter Juanda. 

Selain akurat, ABUS juga tidak menggunakan radiasi, berbeda dengan mamografi yang memakai sinar-X. Karena itu, alat ini aman digunakan oleh ibu hamil, menyusui, maupun perempuan usia muda. 

Dari segi kenyamanan, prosedur ABUS juga lebih ramah pasien. Prosesnya tidak menimbulkan rasa sakit seperti mamografi yang menekan payudara cukup keras. “Memang tetap ada penekanan, tapi ringan. Pemeriksaannya seperti scanning. Tidak sampai penyet seperti mamografi, jadi lebih nyaman,” bebernya.

Proses skrining dengan ABUS juga relatif cepat. Satu payudara akan dipindai tiga kali dari sisi berbeda. “Sekali scan sekitar 1–2 menit. Jadi total enam kali scan untuk dua payudara hanya butuh waktu sekitar 15 menit. Hasilnya bisa keluar dalam waktu 6 hingga 24 jam,” terangnya. 

Saat pemeriksaan, pasien akan berbaring dan payudaranya diolesi gel hangat. Alat ABUS yang sudah dalam kondisi dingin akan melakukan pemindaian secara otomatis. “Nantinya hasil bisa dilihat dalam bentuk gambar 3D, jadi lebih realistis,” imbuh dokter Juanda. 

Dari hasil ABUS, USG payudara, maupun mamografi, dokter bisa menilai tingkat kecurigaan jinak atau ganas berdasarkan bentuk dan karakter benjolan. Jika ditemukan benjolan mencurigakan, pasien akan diarahkan untuk pemeriksaan lanjutan. Sebab, tidak semua benjolan yang terdeteksi adalah kanker. 

"Banyak benjolan yang ternyata jinak. Apalagi pada usia produktif, benjolan karena hormon atau menstruasi itu sering terjadi dan bisa hilang sendiri tanpa pengobatan," tuturnya. 

Pemeriksaan ABUS tidak bersifat wajib, namun sangat dianjurkan, terutama bagi perempuan usia 40 tahun ke atas. “Idealnya usia 40 minimal pernah skrining sekali. Tapi kalau ada riwayat keluarga atau faktor risiko, bisa dimulai sebelum usia 40,” sarannya. 

Bagi yang sudah melakukan pemeriksaan ABUS, perlu atau tidaknya mengulang tergantung hasil. “Kalau hasilnya ada benjolan di bawah 2,5 cm, bisa diulang dalam 6–12 bulan. Kalau usia muda dan hasil bersih, bisa periksa ulang 2 tahun lagi. Disesuaikan kondisi,” tambahnya. 

Pada akhirnya, dokter Juanda menekankan pentingnya kesadaran deteksi dini. Selain melakukan pemeriksaan mandiri dengan SADARI, tetap penting untuk melakukan skrining dengan alat seperti ABUS supaya hasilnya lebih jelas. Semakin cepat diketahui, semakin besar peluang sembuhnya.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #banyak #inovasi #deteksi #dini #kanker #payudara #bisa #pakai #alat #pemindai #otomatistanpa #radiasi

KOMENTAR